Busuk

40 21 4
                                    

Bisma keluar dari ruang UKS dan melihat Arul masih berdiri di balik kaca, matanya penuh kebingungan. Tanpa banyak bicara, Bisma mendekatinya. Mereka mulai berjalan bersama menuju ruang MAPALA, langkah mereka bergema di sepanjang koridor yang sepi.

Arul, tampak gelisah, berkali-kali membuka mulutnya seolah ingin mengutarakan sesuatu, tetapi selalu mengurungkannya. Akhirnya, setelah beberapa saat, dia menggumam pelan, "Ah pusing gue."

Bisma menoleh sedikit, menahan tawa, "Pusing kenapa lu?"

Arul menghela napas dalam-dalam, mencoba merangkai kata-kata yang tepat. "Lo bukannya punya cewek di sekolah itu ya?" tanyanya tiba-tiba, memberhentikan langkah mereka berdua. Tatapan Arul penuh rasa penasaran dan sedikit takut, seperti seseorang yang tahu dia sedang melangkah di atas tanah yang rapuh.

Bisma terdiam sejenak sebelum menjawab, "Udah putus," katanya singkat, namun nada suaranya mengandung beban yang lebih berat dari yang mungkin bisa dipahami oleh Arul. Bisma kemudian melanjutkan langkahnya tanpa menunggu reaksi lebih lanjut, meninggalkan Arul yang tertegun di tempat.

"Sial," gumamnya dalam hati, merasa ngeri dan menyesal telah mengangkat topik itu. "Gue enggak seharusnya nanya itu."

Bisma tidak menoleh lagi, terus berjalan menuju ruang MAPALA, pikirannya kembali pada kenangan yang lebih menyakitkan dari luka fisiknya. Di belakangnya, Arul mencoba mengumpulkan keberanian untuk bertanya lebih banyak, tapi ragu apakah ia benar-benar ingin tahu jawaban yang mungkin akan ia dengar.

Sesampai di ruang MAPALA, suasana terasa agak tegang. Arul tetap terdiam, hanya sesekali melirik ke arah Bisma yang tampak sangat fokus pada ponselnya. Suara jari-jari Bisma mengetik di layar adalah satu-satunya bunyi yang mengisi ruangan, sementara Arul mencoba mencari cara untuk memecah kebekuan.

Akhirnya, setelah beberapa saat terdiam, Arul memberanikan diri untuk bertanya, "Sekolah Amel mau hiking bareng?"

Bisma menoleh sejenak, matanya masih tertuju pada layar ponselnya. "Enggak," jawabnya singkat. "Dia ada pentas dulu di sekolah, paling nyusul nanti."

Arul mengangguk, berusaha mencerna informasi tersebut. "Oh, jadi mereka bakal nyusul? Berarti kita bakal lebih dulu di lapangan ya?"

Bisma mengangguk lagi tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. "Iya, kita bakal mulai sebelum mereka datang. Lagian, kita perlu nyiapin beberapa hal sebelum mulai."

Arul merasa seolah ada sesuatu yang menggantung di udara. Dia ingin melanjutkan percakapan, mungkin dengan menanyakan hal lain yang lebih ringan, tetapi suasana di sekitar tampaknya membuatnya enggan untuk berbicara lebih lanjut. Dia memutuskan untuk lebih baik diam dan fokus pada persiapan mereka.

Bisma menatap Arul sejenak sebelum mengangguk.

"Gue ke toilet dulu ya," ujarnya sambil meninggalkan ponselnya yang tergeletak di meja, sedang di-charging. Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Bisma segera keluar dari ruang MAPALA.

Arul, yang merasa tertekan oleh suasana, mulai melirik ponsel Bisma yang sedang berdering. Nama yang muncul di layar adalah "Sayangku," dan Arul merasa bingung. Ia membaca pesan singkat yang muncul di layar, tetapi hanya tampak sebagian dari pesan tersebut.

"Putus?" pikirnya, hatinya bergetar dengan ketidakpastian.

Arul merasa bersalah karena membaca pesan pribadi itu, tetapi rasa ingin tahunya terlalu besar. Ia terdiam beberapa detik, merasakan tekanan dalam dadanya.

"Apa yang harus gue lakukan?" batinnya, merasa terjepit antara privasi Bisma dan keinginan untuk memahami situasi yang terjadi.

Dia memutuskan untuk tidak menyentuh ponsel Bisma lebih jauh dan menunggu Bisma kembali. Arul mencoba mengalihkan perhatian dengan memeriksa peralatan hiking dan menata beberapa barang di meja, meskipun pikirannya terus menerus kembali pada pesan yang baru saja dilihatnya.

Setelah beberapa menit, Bisma kembali dari toilet, tampak segar dan siap melanjutkan persiapan. Dia melihat Arul yang sedang sibuk dengan tugasnya dan tidak langsung menyadari bahwa ponselnya telah dibuka.

"Sorry, lama. Ada yang bisa gue bantu?" tanya Bisma sambil meraih ponselnya.

Arul, mencoba terlihat santai, menjawab, "Enggak, enggak ada. Cuma lagi nyiapin beberapa barang."

Bisma mengangguk, lalu melanjutkan pekerjaannya. Namun, Arul tidak bisa menyingkirkan rasa penasaran dan kekhawatiran dari benaknya, serta bertanya-tanya bagaimana Bisma akan menangani masalah pribadinya yang mungkin lebih rumit dari yang terlihat.

OMBAK BERSORAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang