Kehebohan

41 19 1
                                    

Karena ada rapat mendadak, guru mata pelajaran tak masuk kelas. Suasana kelas pun menjadi lengang. Sebagian besar murid memilih mengobrol, yang lain asyik dengan ponsel mereka. Nana, yang merasa bosan menunggu balasan dari Bisma, memutuskan untuk membuka aplikasi streaming di ponselnya. Ia teringat anime yang belum sempat ia selesaikan semalam, dan tanpa ragu, ia menekan tombol "play." Sementara alur cerita anime yang seru membawanya pergi ke dunia lain, senyuman kecil menghiasi wajahnya setiap kali ponselnya bergetar—pertanda ada notifikasi baru, yang tentu saja diharapkannya dari Bisma.

"Ke kantin apa ke taman ya?" Di kelas lain, Bisma duduk sambil melamun. Guru yang biasanya galak pun tidak terlihat batang hidungnya hari ini. Saat ponselnya bergetar, ia segera membuka pesan yang baru saja masuk.

Nana anak IPS:
Ini, Nana.

Sebuah senyuman tipis muncul di wajahnya saat melihat nama pengirimnya—Nana. Pesan sederhana yang ia terima dari Nana seolah memberikan energi baru, membuatnya tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Febri, teman semeja Bisma, tak luput mengamati perubahan suasana hati temannya itu. Ia yang biasa melihat Bisma dengan wajah muram dan ketus, hari ini mendapati temannya itu dengan ekspresi berbeda. Rasa penasaran muncul di benaknya. Tidak seperti biasanya, Bisma hari ini terlihat lebih tenang, bahkan sesekali terlihat tersenyum sendiri.

"Eh, tadi lo duduk berdua sama Nana di depan, ya?" tanya Febri, suaranya agak ragu namun rasa ingin tahunya lebih kuat. Bisma yang sejak tadi diam, tampak terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia tak langsung menjawab, hanya memandang Febri dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Kok bisa sih lo disamperin cewek modelan Najela, alias si Nana?" lanjut Febri, kali ini dengan nada yang lebih serius, membuat Bisma berhenti memainkan ponselnya dan fokus pada temannya.

"Memangnya dia kenapa?" tanya Bisma, mencoba mengimbangi rasa penasaran Febri dengan antusiasme yang sama.

"Lo enggak tau? Wajahnya imut, manis gitu," jawab Febri sambil mengerutkan dahi, seolah-olah heran kenapa Bisma tidak mengetahui hal yang sudah jelas itu. Bisma hanya mengangguk setuju, masih menunggu penjelasan lebih lanjut dari Febri.

"Tapi sikapnya, gila, kutub utara sama kutub selatan pun kalah ekstremnya!" Febri menambahkan dengan semangat, tangannya bergerak-gerak menirukan perbedaan kutub yang ia maksud. Bisma tertawa kecil, meskipun dalam hatinya, ia berpikir bahwa Febri mungkin tidak benar-benar mengenal Nana seperti yang ia bayangkan.

˖°𓇼🌊⋆

Di sisi lain, Nana masih tenggelam dalam dunianya sendiri, menikmati anime yang ia tonton. Sesekali ia melirik ponselnya, berharap ada pesan balasan dari Bisma. Meskipun ia tidak terlalu memikirkan apa yang orang lain katakan tentangnya. Namun, baginya, yang terpenting adalah bahwa ia bisa merasa nyaman dengan Bisma, seseorang yang tampaknya bisa melihat sisi lain dari dirinya yang tidak semua orang tahu.

Di tengah obrolan seru antara Bisma dan Febri, dari arah luar kelas muncul seorang perempuan berambut panjang yang selalu memakai bando khasnya. Tesya, salah satu teman sekelas Bisma, berjalan anggun menuju mereka. Tanpa ragu, dia menghampiri Bisma yang sedang asyik bercanda dengan Febri.

"Bisma, Arul nyuruh lo ke kantin sekarang. Ada yang mau dia omongin," kata Tesya sambil menyampaikan pesan. Bisma yang tak ingin membuat Arul menunggu lama, segera bangkit dari kursinya. Setelah Bisma pergi, Tesya dengan cepat mengambil tempat duduknya.

Tesya duduk santai, tetapi matanya menyapu sekitar seolah mencari sesuatu. Setelah beberapa detik, dia mendekatkan wajahnya sedikit ke arah Febri, menurunkan suaranya, "Banyak yang ngomongin tuh, cewek itu duduk berdua sama Bisma di depan, ya?" tanyanya dengan nada menggoda, jelas merujuk pada Nana.

Febri hanya mengangkat bahu, tidak terlalu tertarik pada topik itu, tapi Tesya tidak berhenti di situ. "Kalau temen gue tau, gimana ya reaksinya? Pasti seru deh," lanjut Tesya dengan senyum sinis yang tersirat. Febri menghela napas pelan, merasa bahwa percakapan ini akan berujung pada gosip yang tak ada habisnya.

"Biasa lah, manusia memang seperti itu," pikir Febri dalam hati, tanpa ingin terlibat lebih jauh. Baginya, sudah menjadi rahasia umum bahwa kaum hawa sering kali tak henti-hentinya membicarakan orang lain, apalagi tentang hal-hal kecil seperti siapa yang duduk dengan siapa.

Tesya menyadari keengganan Febri untuk melanjutkan percakapan, tapi itu tidak menyurutkan niatnya. Dia justru menikmati situasi ini, di mana ia bisa bermain-main dengan informasi yang dimilikinya. Sementara itu, Febri hanya bisa menghela napas lagi, berusaha sabar menghadapi teman sekelasnya yang tampaknya lebih senang dengan drama daripada hal lainnya.

Sementara Bisma berjalan menuju kantin, pikirannya dipenuhi oleh berbagai hal. Ia memikirkan Nana, pesan dari Arul, dan juga sikap teman-temannya yang semakin penasaran dengan interaksinya dengan Nana. Bisma tahu, apa pun yang terjadi, semua ini hanyalah bagian kecil dari kehidupan sekolah yang penuh dengan dinamika dan cerita yang terus berkembang.

Di tempat lain, Nana masih asyik dengan dunianya, tak menyadari bahwa interaksi sederhana yang ia lakukan dengan Bisma telah menjadi topik hangat di kalangan teman-teman mereka. Namun, baginya, yang paling penting adalah kenyataan bahwa ia dan Bisma bisa saling memahami, meskipun dunia luar mungkin memiliki pandangan yang berbeda.

OMBAK BERSORAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang