Ajakan Bisma Menuju Dieng

14 8 2
                                    

Jika kamu adalah orang yang mampu menyembuhkan traumaku, maka aku yakin kamulah yang selama ini bisa membuatku kembali percaya
~Bisma Delvanio~

Nana berdiri di depan cermin dengan senyum lebar, memastikan seragamnya sudah rapi. Ponselnya yang tergeletak di atas kasur kini ada di tangannya. Ia memeriksa layar dan mendapati pesan dari Bisma, yang mengajaknya jalan-jalan ke Dieng. Jantungnya berdegup kencang, dan dia tak bisa menahan rasa bahagianya.

"Pagi bunda," sapa Nana ceria ketika ia masuk ke ruang makan. Ia duduk di kursi sambil melirik ponselnya, masih tak percaya dengan pesan dari Bisma. Kabar baik ini membuatnya bersemangat sepanjang hari.

Nana memeriksa pesan itu sekali lagi, memastikan tidak salah baca. "Wahh Dieng! Gila Dieng!" teriaknya spontan. Rasa excitement yang meluap-luap membuatnya hampir melompat dari kursinya.

Wina, ibunya, yang tengah menyajikan sarapan, mendengar teriakan Nana dan bertanya penasaran, "Kenapa sayang?"

Nana hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, berusaha menutupi kegembiraannya. "Enggak apa-apa, bunda. Hanya berita baik saja."

Dengan penuh semangat, Nana melanjutkan sarapannya sambil membayangkan rencana jalan-jalan ke Dieng bersama Bisma.

˖°𓇼🌊⋆

Sesampai di sekolah, Nana melangkah ke halaman dengan semangat yang meluap.

"Pagi, pagi, dan pagi semua!" serunya ceria kepada teman-temannya.

Dea, yang melihat ekspresi bahagia Nana, hanya bisa tersenyum. Ia merasa hangat melihat sahabatnya yang biasanya selalu murung di balik kecerian, kini begitu sangat ceria.

"Nana benar-benar meleleh oleh mentari pagi ini," pikir Dea, merasa bersyukur melihat sahabatnya bahagia.

Saat Nana menaruh tas dan mengambil bekalnya, Dea segera mendekatinya. Dengan sigap, Dea menarik pergelangan tangan Nana.

"Lo mau kemana?" tanyanya penasaran.

"Kelas anak IPA," jawab Nana sambil tersipu malu.

"Kesiapa? Lo kan enggak punya teman di sana selain kita," kata Dea, bingung.

"Ke... ke Bisma!" Nana menjawab dengan penuh semangat sambil mencubit pipi Dea dengan gemas. Setelah itu, ia melanjutkan langkahnya menuju kelas Bisma tanpa memberi kesempatan untuk Dea membujuknya.

Dea hanya bisa bergidik ngeri melihat tingkah laku Nana. Meskipun dia ingin mencegah atau menasihati sahabatnya, dia merasa tak bisa berbuat banyak. Dengan campur aduk antara khawatir dan senang, Dea menyaksikan Nana menjauh, berharap semuanya akan baik-baik saja.

Sesampai di depan kelas Bisma, Nana berdiri dengan senyuman ceria sambil memegang sekotak bekal. Namun, saat Tesya yang ingin keluar dari kelasnya melihat Nana, senyumnya memudar. Nana membelakangi Tesya, menyadari bahwa perempuan yang pernah menatapnya tajam di toilet adalah Tesya, teman sekelas Bisma.

"Anu, ada Bisma?" Tanya Nana dengan sedikit gugup.

Tesya melambaikan tangannya, meminta Bisma untuk menghampiri. Namun, Bisma tampaknya enggan, tetap duduk di tempatnya. Nana memutuskan untuk sedikit memperlihatkan dirinya di ambang pintu kelas. Begitu Bisma melihatnya, ia segera berdiri dan menghampiri Nana.

"Ada apa?" tanya Bisma, dengan ekspresi penasaran.

Nana langsung menarik pergelangan tangan Bisma dan membawanya menjauh dari kelas, menuju area taman. Di bawah pohon besar dengan kursi putih, Nana duduk dan Bisma mengikuti tanpa banyak bertanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OMBAK BERSORAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang