"Fre ada yang beda dari gue nggak?" Azizi menatap Freya dengan tatapan berbinar. Menunggu respon dari gadis yang menjadi teman sebangkunya itu. Ingin menunjukkan kreasinya yang baru ia buat pagi tadi. Yang diajak berbicara hanya menolehkan kepala. Kedua matanya masih melekat pada layar ponsel. Seperti tidak ingin melewatkan hal terpenting dalam hidup.
Karena tak mendapat respon, Azizi memanggilnya sekali lagi.
"Frey!" Akhirnya gadis itu menoleh. Mengerutkan dahi ketika Azizi mengulang kembali pertanyaannya.
"Lo... ganti skincare Zee?" Jawaban yang melenceng jauh dari perkiraan itu membuat Azizi mencibir.
"Kok skincare sih?"
"Bentar ya. Bentar, gue sibuk."
Sedetik kemudian atensi Freya kembali sepenuhnya pada benda pipih tersebut. Tidak mendapat reaksi yang diinginkan, Azizi beralih pada dua sahabatnya yang duduk di depannya.
"Marsha, Menurut lo ada yang beda nggak dari gue?" Marsha menaikkan satu alisnya, meneliti Azizi dari atas ke bawah lalu ke atas lagi.
"Tas baru?"
"Nggak tau, Zee. Gue mau lanjut nyatet dulu," lanjut Marsha dan kembali menghadap ke depan.
"Nggak ada yang tau, Zee. Lo itu nggak sepenting itu buat diperhatiin." Azizi mendecak samar.
Lalu beralih pada Flora. Pasti gadis itu bisa langsung menebak. Namun belum sempat Azizi bersuara, Flora lebih dulu memotongnya tanpa menoleh.
"Ck, Zee, gue masih nyatet. Nanti dulu bisa nggak?"
"Liat, kan? Lo itu nggak penting." Gadis itu terdiam. Berusaha menelan ludahnya susah payah ketika segala perasaan tidak enak mulai memenuhi tiap rongga di tubuhnya.
"Oh ... sorry." Azizi mengembalikan tubuhnya yang condong kembali seperti semula. Membiarkan sahabatnya mencatat materi yang seharusnya sudah sedari tadi rampung dilakukan.
"Di sini anaknya ada berapa?" Tanya Pak Sean ketika suasana kembali ramai setelah ia menjelaskan.
"25, Pak," jawab siswi yang duduk di paling depan.
"26 nggak sih?"
"Tapi Adel nggak pernah masuk, kan? Kemarin yang sejarah juga nggak ikut andil sama sekali."
"Kenapa kok nggak pernah masuk?" Tanya Pak Sean lagi, menengahi.
"Nggak tau, Pak. Kita semua nggak tau, bahkan guru-guru juga nggak tau." Suasana kembali tenang.
Setelah perdebatan kecil antara jumlah murid di kelas mereka 25 atau 26, akhirnya Pak Sean memanggil si ketua kelas.
"Ketua kelasnya mana?" Azizi yang merasa terpanggil pun mengangkat tangan. Tiba-tiba perasaannya jadi tidak enak.
"Kamu sekelompok sama Adel ya." Dan benar saja. Ia menghirup napas dalam-dalam sebelum menjawab,
"Iya, Pak." dengan berat hati. Ia tau Pak Sean tengah menguji jabatan "ketua kelas"nya. Apakah ia bisa bekerja sama dengan Adel atau tidak.
Azizi bisa melihat, Freya tengah tertawa cekikikan. "Semangat kakaknya Adel!" Serunya sembari mengepalkan tangan.
ʕ'•ᴥ•'ʔʕ'•ᴥ•'ʔʕ'•ᴥ•'ʔʕ'•ᴥ•'ʔʕ'•ᴥ•'ʔʕ'•ᴥ•'ʔ
Brak
Azizi menutup pintu kamarnya dengan kencang sembari mengembuskan nafasnya lelah. Dia menatap langit-langit kamarnya yang serba biru.
"Kenapasih harus gue" gumam Azizi
"Gue harus kemana buat nyari Adel? Nomornya aja gue gak punya, apa tanya Bu Feni aja kali ya?" Azizi berfikir sangat keras
"Aarrghhhh Zee ayo dong berfikir kan Bu Feni mana mungkin punya nomor Adel" teriak Azizi karna frustasi
Tanpa menunggu lama Azizi segera mengganti bajunya dan mengambil jaketnya untuk mencari Adel. Kemana dia akan mencarinya? Ke jembatan?. Azizi menghembuskan nafasnya berkali-kali. Saat melewati jembatan matanya tak sengaja menangkap seseorang yang sedang membawa kresek besar berisi sampah lalu pergi meninggalkan tempat itu.
"Itu.... ADEL" Panggil Azizi
Adel memalingkan wajahnya ke arah orang yang memanggilnya. "Kenapa lagi tuh orang" gumam Adel
"Ikut gue" Azizi menarik tangan Adel untuk ikut bersamanya di tempat nasi goreng pinggir jalan
"Mang nasgornya dua ya, sama es teh nya juga dua" Ucap Azizi pada penjual nasgor
"Siapp neng" balas penjual nasgor itu
"Maruk Lo" ucap Adel
"Maksud Lo?"
"Itu pesen masa dua emang sanggup" tanya Adel
"Buat lo satunya" jawab Azizi
"Gue gak mau"
"Harus mau"
"Ck, terserah"
"Del"
Adel melihat ke arah Azizi dengan tatapan bertanya.
"Ada tugas dari pak Sean dan Lo sekelompok sama gue" ucap Azizi
"Terus?"
"Gak usah ngeselin bisa Del? Ya Lo harus bertanggung jawab atas tugas itu lah"
"Yaudah maaf, kapan kerkom nya emang?"
"Minggu, atau sepulang sekolah bisa?" Tanya Azizi
"Gak bisa gue sibuk"
"Terus bisanya kapan"
"Kalau sore biasanya jam 3-4 gue bisa tapi kalau malam bisanya jam 8 an"
"Sibuk ngapain sih lo Del" tanya Azizi heran
"Lo gk perlu tau Zee"
"Del lo jadi orang ngeselin banget sih" kesal Azizi dan menatap sinis ke Adel
"Biasa aja tuh perasaan"
"Lo tu yaaa, gue tinju baru tau rasa lo" geram Azizi
"Gue kokop lo" balas Adel yang membuat sekujur tubuh Azizi merinding sekaligus terkejut
"Gak espek sumpah Del"
Adel tertawa mendengar ucapan Azizi. Ini yang kedua kalinya Azizi mendengar Adel tertawa
"Gue bercanda, lucu banget lo Zee"
Hei apa tadi dia bilang? Adel bilang Zee lucu? Sial Zee salting sekarang.
"Gak jelas lo, siniin hp lo Del" minta Azizi
"What for?"
"Sok inggris padahal sering bolos, buat nyimpen no gue di hp lo biar lo bisa hubungin gue"
"Kebanyakan fakta ya, yaudah nih" Adel menyerahkan ponselnya pada Azizi dan Azizi segera menyimpan no nya di hp Adel
"Dah nih" Azizi mengembalikan ponsel Adel
"Balik lo udah malem ini" ucap Adel dan tanpa menunggu jawaban dari Azizi Adel segera pergi dari sana
"Aneh" gumam Azizi
Setelahnya Azizi segera berjalan untuk pulang karna memang sudah malam dan cuacanya sangat dingin. Tanpa Azizi sadari sebenarnya Adel tidak benar-benar pergi namun melihatnya dari kejauhan.
Voteee votee cinta cintaakuuuu🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
all we want [ZEEDEL]
Randomsemua yang gue mau, semua yang lo mau, dan semua yang kita mau gak ada di dunia ini. ~zee kalau gitu lo mau gak cari apa yang kita mau di dunia lain bareng gue. ~Adel gue bakal selalu ada untuk lo.~ zee janji?. ~Adel