Mungkin bagi sebagian orang, hari minggu adalah hari dimana mereka tidak melakukan apapun. Hanya rebahan sambil scroll HP sampai muntah-muntah.
Tapi tidak bagi Azizi.
Tidak ada yang namanya hari bermalas-malasan untuknya. Gadis itu benar-benar tidak mau berdiam diri dan membuang waktunya secara percuma. Pasti ada saja yang dia kerjakan. Contohnya seperti membersihkan rumah.
Adel sendiri merasa seperti tidak berguna dan hanya menumpang untuk digaji. Memperhatikan Azizi yang sibuk mengepel dari ambang pintu utama-azizi yang menyuruh. Katanya biar tidak mengganggu kegiatan mengepelnya.
"Kebalik nggak sih, Zee?" Harusnya dia yang mengepel dan Azizi yang memperhatikan.
Tapi sepertinya gadis itu terlalu menikmati kegiatannya sambil terus bersenandung hingga tak menghiraukan ucapan Adel. Tak mau menurut dengan perintah Azizi yang menyuruhnya menunggu, Adel memutuskan untuk menghampiri dan berusaha merebut tongkat pel itu dari yang lebih tua.
"Dih, ngapain?" Azizi menahan gagang pelnya agar Adel tidak bisa merebut.
"Mau bantu lah."
"Nggak usah, gue bisa sendiri."
"Tapi ini, kan tugas gue."
"Lo nggak mau banget sih makan gaji buta?" Adel tak menanggapi pertanyaan Azizi yang di luar nalar dan masih berusaha merebut pelnya.
Gadis bule itu mendesis sambil memplototinya, pura-pura marah. Terus menjauhkannya dari jangkauan Adel.
"Mending lo bersihin garasi aja. Di situ juga kotor kok." Azizi sendiri tidak mau menginjakkan kaki di garasi.
Terlalu banyak debu. Bisa-bisa hidungnya memerah dan bengkak karena terlalu banyak menghirup partikel-partikel kecil itu.
Bukannya menurut, Adel justru menjawab, "Iya nanti gue bersihin juga."
Peristiwa saling rebut tongkat pel itu seketika berubah memanas. Azizi baru menyadari, inilah sisi keras kepala Adel.
Kenapa tidak membiarkannya saja sih? Toh enak, kan? Adel tinggal duduk menikmati hasil. Tapi bukan itu permasalahannya. Adel yang sebelumnya selalu aktif bekerja sana-sini setiap detik, menit, maupun jam, mana terbiasa dengan pekerjaan barunya yang hanya ongkang-ongkang kaki sambil menonton orang lain sibuk bekerja.
Perasaan tidak enak dan mengganjal itulah yang membuatnya menjadi keras kepala. Hingga akhirnya, lantai yang licin itu membuat mereka mau tidak mau harus berguling di lantai yang lembab. Tapi, tidak cukup sampai di situ penderitaan Azizi yang ditindih oleh gadis bermata sayu itu.
Di saat itu juga, Azizi memekik marah karena harus merelakan dirinya basah tergenang air pel yang tidak sengaja ikut terguling.
"ADEL! GUE BILANG JUGA APA!"
Matilah ia.
Adel cepat-cepat menyingkir dari tubuh Azizi, lalu membantu gadis itu untuk berdiri. Aura-aura kehitaman sudah memenuhi wajahnya. Bahkan saat ini matanya tengah menatap Adel nyalang, seolah ingin memakannya hidup-hidup sekarang juga. Tanpa sepatah kata Azizi langsung melengos dan pergi ke kamarnya.
Mungkin ingin segera membersihkan diri dari air kotor itu.
Dan di sinilah Adel.
Membersihkan semua kekacauan sambil terus merenung. Matanya terpejam erat, meratapi yang sudah terjadi. Pasti Azizi saat ini sangat marah kepadanya. Bukan hanya itu, bagaimana jika ia dipecat? Bisa-bisa Adel harus menghubungi semua tempat kerjanya yang sebelumnya untuk melamar kembali.
Tapi, Adel sudah nyaman disini. Ia tidak mau jika Azizi sampai memutuskan hubungan kerja ini karena kesalahannya. Setelah selesai dengan urusan pel dan lantai, Adel beralih pada garasi rumah Azizi. Hanya ada tiga kendaraan di sana. Satu mobil sedan hitam, satu sepeda tua dengan boncengan dibelakang dan satu lagi sepeda lipat.
Adel penyapu semua debunya ke tempat sampah. Adel segera membersihkan debu-debu yang menempel dan membuatnya kembali mengkilap seperti baru. Lalu menyapu bagian lantai yang terlihat dan membuang ketika kakinya melangkah untuk kembali masuk ke dalam, matanya tiba-tiba tertuju pada sepeda yang terparkir di belakang mobil. Pasti sudah lama tidak digunakan, karena debu yang menumpuk di sana bahkan lebih banyak dari pada di mobil.
Setelah selesai Adel kembali pada ruang tengah di mana sudah ada Azizi dengan muka kesalnya duduk di sofa.
"Zee..." Panggil Adel tapi tidak dijawab oleh Azizi
"Lo marah?" Tanya Adel
Ya Lo pikir aja, gimana gue gak marah
Azizi masih terdiam dengan wajah yang sengaja ia datarkan agar terlihat sangat marah pada sosok gadis bermata sayu di depannya itu.
"Zee... Maaf..." Ucap Adel namun dihiraukan oleh Azizi
Dengan rasa takut akhirnya Adel duduk di atas karpet sambil memandang lekat wajah Azizi.
Duh, ngapain sih ni anak
"Maaf ya gue gak sengaja Zee, beneran deh" ucap Adel dengan wajah penuh penyesalan.
Tetap pada pendiriannya. Azizi terus diam sambil memalingkan wajahnya ke arah lain karna sedang menahan tawanya melihat kondisi muka Adel yang merasa bersalah itu.
Karna tidak ada pilihan lain akhirnya Adel terfikir ide yang melintas di otaknya. Dengan senyum manisnya Adel mendekat kepada Azizi sambil berjongkok dengan kedua tangan di rapatkan seolah menjadi anak kucing yang lucu.
"Miaww miaww, Azizi, Adel minta maaf yaa, miaww, Adel gak sengaja tadi, miaww miaww" ucap Adel sambil menirukan suara anak kucing.
WOY LAH LUCU BANGET MIRIP ANAK KUCING BENERANN!!
Azizi berusaha sekuat tenaga menahan kedutan di bibirnya. Dia menggigit keras pipi bagian dalamnya agar menahan rasa ingin teriaknya.
"Maaf ya gue janji gak bakal gitu lagi" ucap Adel
"Zee—"
"Apa? Mau apa lagi?" Tanya Azizi dengan nada dibuat-buat seolah masih marah padanya.
"Maaf"
"Gue maafin"
"Serius? Beneran?" Tanya Adel dengan mata yang berbinar
"Ya"
"Kalau gitu ikut gue yok mau gak?" Ajak Adel
"Mau kemana?"
"Nanti juga tau"
Up lagi ini udah nyempetin sebisa mungkin lohh🙃🙃 vote, komen, dn follow yaa kalau suka sama ceritanya
KAMU SEDANG MEMBACA
all we want [ZEEDEL]
Randomsemua yang gue mau, semua yang lo mau, dan semua yang kita mau gak ada di dunia ini. ~zee kalau gitu lo mau gak cari apa yang kita mau di dunia lain bareng gue. ~Adel gue bakal selalu ada untuk lo.~ zee janji?. ~Adel