bab 13

560 66 7
                                    


"Lo mau nyari ayah lo?" Tebak Azizi. Dan lagi, diam berarti iya.

"Mau gue bantu? Gini-gini gue intel, tau," pamer Azizi dengan wajah sombongnya.

Azizi ini ahlinya stalking. Kemampuan intelnya sudah tidak perlu diragukan lagi. Terlebih Azizi mempunyai relasi yang luas. Gadis bule itu bahkan kenal dengan penjual es degan di dekat rumah Freya.

"Lo tinggal sebut nama, keluar semua data," ucapnya dengan senyum bangga setelah mengumandangkan slogannya.

Sudah banyak kok tester dari jasa intelnya ini. Beberapa diantaranya adalah teman-temannya sendiri. Bahkan Adel sendiri adalah contohnya. Dari yang awalnya sama sekali tidak tau apa-apa tentang Adel, sekarang apa yang Azizi tidak tau tentang Adel?

"Jadi? Mau gue bantu nggak? Mau dong, masa enggak."

Adel hanya menghela napas lelah melihat tingkah Azizi. Lalu gadis bule itu berdecak.

"Nggak usah hela napas kek gitu lah! Tinggal bilang iya, gengsi amat. Apa namanya?" Kini Azizi sudah bersiap di hadapan laptopnya. Tangannya pun sudah berada di atas keyboard. Tinggal mengetik-mengetik saja.

"Lo yakin bisa?"

"Lo ngeremehin gue? Gini-gini nilai TIK gue selalu seratus, tau. Udah, namanya apa?"

Adel diam sejenak. Menggigiti bibir bagian dalamnya sedikit ragu. Namun akhirnya ia tetap percaya pada Azizi.

"Dikta Pramoedya."

Seketika itu juga Azizi dengan kacamatanya, sibuk menelisik akun di semua sosial media orang-orang yang bernama Dikta Pramoedya satu persatu.

"Ada fotonya nggak? Seenggaknya ada patokan orangnya yang mana."

Adel mengangguk, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menunjukkan foto jadul tersebut pada Azizi. Satu-satunya foto ibu dan ayahnya yang ia miliki. Hanya bermodalkan foto pernikahan orang tua Adel yang terlihat buluk, Azizi mencoba untuk mencocokkan wajahnya satu persatu. Membuka setiap akun yang ada, menggulir hingga mendapatkan sesuatu yang ia butuhkan. Dan itu sangat memakan waktu.

Sudah hampir setengah jam lebih Azizi tidak berubah tempat. Gadis itu terlihat sangat serius dan fokus dengan laptopnya. Hingga akhirnya,

"NAH!"

Pekikan yang tiba-tiba itu langsung menarik perhatian Adel. Dengan cepat Azizi memutar laptopnya menghadap ke arah gadis yang duduk di depannya.

"Postingan terakhirnya lima tahun yang lalu sih. Tapi seenggaknya kita punya petunjuk pertama," ujarnya menjelaskan.

Dalam foto itu, terlihat tiga sosok laki-laki yang tengah tersenyum dengan latar belakang kotor khas bengkel. Tidak ada keterangan apapun dalam postingan itu. Tapi ada satu hal yang membuat Adel geming dengan jantung yang terus berdegup cepat.

Ini adalah pertama kalinya Adel melihat ayahnya di foto lain selain foto pernikahan yang ibu simpan. Dan setelah di perhatikan, Adel dan ayahnya sama-sama memiliki mata sayu, bibir tipis, dan senyum yang datar.

Mereka ... sangat mirip.

"Dari info yang di bio, rumahnya ada di kota ini. Oh! Kerjanya di Bengkel Prismatama!" Azizi segera mengetik kembali. Mencari dimana bengkel itu berada. Dan, dapat!

"Bengkelnya nggak jauh dari area sekolah. Pas deh. Besok habis pulang sekolah, kita bisa mampir ke sana." Azizi mengakhiri sesi intelnya dengan senyum puas. Namun lengkungan di bibirnya itu tak bertahan lama ketika ia melihat Adel.

"Adel?" Adel yang sebelumnya termenung, langsung menoleh menatap Azizi seolah bertanya

"apa?" lewat mata.

"Lo kenapa?"

Gadis itu menelan ludahnya susah payah. Bingung bagaimana menjelaskan apa yang ia rasakan saat ini. Jantungnya masih berdetak dengan cepat. Merasa tidak percaya jika ia benar-benar akan bertemu dengan ayahnya. Pria yang belum pernah ia temui seumur hidup walaupun memiliki hubungan darah.

"Gue ... Bingung."

Bingung dengan perasaannya sendiri. Senang, tapi juga sedih. Antusias, takut, kesal, marah, semua tercampur menjadi satu. Tak jelas bagaimana bentuknya. Adel tidak tau harus berbuat apa jika dirinya berhadapan dengan ayahnya.

Azizi Berusaha menenangkannya. Dengan cepat, perasaan Adel seketika Azizi meraih tangan Adel yang tergeletak di atas meja, lalu menggenggamnya erat. Tau jika gadis itu tengah resah.

"Ada gue," ucapnya dengan senyum lembut. berubah menghangat.

"Jangan takut, besok kita cari sama-sama ya? Gue bakal temenin lo kok Del"

"Iya, makasi ya Zee" ucap Adel sambil tersenyum tipis.


         








Coba tebak siapa ayah dari Adel?
Clue nya ayahnya Adel itu ayahnya temennya si Azizi



all we want  [ZEEDEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang