bab 12

663 71 1
                                    

Suasana pantai memang sedikit ramai, karena sekali lagi ini hari minggu. Terlebih lagi matahari mulai memperlihatkan tanda-tanda untuk berpamitan. Maka semakin banyak orang yang datang hanya untuk menyaksikan sang bintang yang akan tenggelam.

Setelah memarkirkan sepeda, mereka berdua lanjut berjalan beriringan untuk mencari tempat menikmati ombak.

"Lo tau? Tebing itu-" Azizi menunjuk ke arah tebing yang ada di sisi selatan. Mulai mengeluarkan semua isi kepala setelah mendapat duduk di tengah-tengah kumpulan manusia.

"Katanya di sana lebih cantik pemandangannya. Tapi lagi ditutup soalnya lagi ada renovasi biar lebih aman gara-gara ada yang pernah jatuh dari sana. Untungnya sih banyak orang yang liat, jadi korbannya masih bisa diselamatin. Kayaknya bulan depan bakal selesai renovasinya," cerita Azizi tiba-tiba.

Hanya dengan melihat dari tatapan dan cara gadis itu bercerita saja, Adel sudah bisa menebak.

"Lo pengen ke sana?" Dengan senyum kecil Azizi mengangguk.

"Lo mau nemenin gue nggak? Bagus, tau. Di situ bisa liat ombak yang lebih kenceng. Bahkan kata tetangga gue, lo bisa kecipratan airnya. Seru nggak sih?"

Adel diam mendengarkan Azizi bercerita dengan antusiasnya. Seolah ingin pergi ke sana detik ini juga. Namun Adel tersenyum simpul.

"Gue takut sama ombak."

Kedua alis Azizi naik, menunjukkan rasa bingungnya.
"Kenapa?" Gadis dengan rambut panjang yang diikat seperti ekor kuda itu mengedikkan bahu.

"Takut aja. Takut sama laut soalnya gue nggak bisa renang."

Laut itu tidak bisa ditebak. Bagaimana dalamnya, ada apa saja di sana, dan apa saja yang akan terjadi karena ombaknya.

Gelap, dalam, dan dingin.

Adel takut tenggelam dan tak ditemukan.

"Tapi, Del. Buat gue laut itu istimewa."

Adel perlahan menoleh ke arah Azizi. Melihat bagaimana gadis itu menatap ke depan, ke laut lepas dengan mata sayunya.

Adel itu seperti laut.

"Gelap, tapi bikin penasaran. Dalam, tapi banyak hal unik di dasarnya. Dingin, tapi kalo lo renang lebih jauh, lama-lama jadi hangat karna matahari."

Kemudian kepalanya menoleh ke arah Adel, menatap manik hitam kelam yang juga sedang menatapnya lalu tersenyum manis.

"Gue suka sama laut."

Sebenarnya Adel sudah sering melihat orang cantik, bahkan hampir setiap hari. Kemanapun ia pergi, pasti ada banyak orang cantik di sekitarnya. Sampai-sampai Adel terbiasa dan lupa bagaimana rasanya terkagum-kagum pada sesuatu.

Adel memang pernah mengatakan bahwa Azizi itu cantik, karena memang begitu adanya. Namun kali ini, entah kenapa rasanya berbeda. Sangat berbeda.

Kok bisa sih ada orang yang kayak gini?
Dia nih beneran orang, kan? Bukan siluman, kan?
Kok bisa cantik banget??
Ketika gadis dengan paras kebarat-baratan itu terus berbicara soal laut dan istimewanya. Di sisi lain Adel justru sudah terjatuh hingga tak lagi bisa digapai. Gadis itu terlalu sibuk menelisik netra kecokelatan di hadapannya yang berkilau terkena cahaya. Dan tanpa ia sadari, dirinya telah tenggelam begitu dalam di lautan milik Azizi.

"Cantik."

"Hm?"

Della sedikit mencondongkan kepalanya untuk mendengarkan gumaman Adel yang begitu pelan.

"Lo cantik."

Azizi terdiam. Seketika jantungnya seolah sedang berlomba-lomba dengan angin yang membawa ombak. Bahkan deburan kencang itu tak mampu mengalahkan degupan jantungnya. Wajahnya mulai memanas. Yakin orang-orang yang berlalu lalang di depan mereka itu akan panik dan khawatir ketika tak sengaja melihat wajahnya. Mengira gadis itu terbakar oleh sinar karena saking merahnya.

all we want  [ZEEDEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang