bab 7

741 78 1
                                    

Azizi tengah khusyuk berdoa di depan gundukan tanah dengan batu nisan yang bertuliskan nama kakung di sana. Mungkin Azizi memang lebih dekat dengan Uti. Tapi dulu Azizi juga dekat dengan kakung sebelum akhirnya berhenti bekerja karena sakit.

Dulu kakung adalah orang yang selalu mengantarnya kemanapun ia mau. Tidak ada yang namanya ojek online atau apapun itu. Kakung adalah sopir yang menyenangkan. Selalu bisa menghibur Azizi di sepanjang perjalanan, selama apapun itu.

Azizi mendongak, menyadari hari semakin sore ia segera bangkit sebelum papa mencari-cari keberadaanya. Namun belum sempat ia beranjak, di kejauhan Azizi bisa melihat sosok familiar yang tengah berjongkok di depan salah satu makam paling ujung dari yang terujung.

Secercah keheranan hinggap di wajah Azizi. Kenapa dia ada disini?
Dan apa yang sedang gadis itu lakukan dengan makam itu?
Kaki jenjang yang harusnya membawa Azizi pulang itu, justru lebih memilih untuk membawanya mendekat.

"Adel" panggilnya pelan.

Membuat si empunya nama langsung mendongak menatapnya. Azizi memutuskan untuk berjongkok di hadapannya. Memperhatikan gadis dengan kaos lengan panjang putih dan celana hijau gelap itu membersihkan makam dari daun-daun kering.

"Ini makamnya siapa?" Tanya Azizi

Adel mendongak menatap Azizi lurus. "Kalo gue bilang nggak tau, lo percaya nggak?"

Dengan alis berkerut, Azizi kembali bertanya meminta penjelasan.

"Maksudnya?"

"Gue cuman bantu bersihin." Kemudian gadis itu mengangkat sebuah sikat dan semprotan sabun yang ia temukan di pondok makam untuk membersihkan batu nisan.

Azizi mengerjap, berusaha mencerna kalimat yang keluar dari mulut Adel.

"Kenapa? Lo kira makam keluarga gue?" Dengan cepat gadis bule itu menggeleng.

"Nggak tuh. Gue nggak mikir kayak gitu." Bohongnya. Padahal ia sudah berpikir jika gadis bermata sayu itu seorang yatim piatu atau anak jalanan. Menjadikan alasan dibalik keadaan Adel saat ini.

"Makam ibu nggak disini." Celetukan itu membuat Azizi geming.

Apa maksudnya?
Apakah isi pikirannya benar? Ibu? Ibu siapa? Ibu kandungnya?
Pertanyaan terus muncul dalam benak Azizi. Dan tanda tanya itu makin membesar ketika Adel beringsut dan mengulurkan tangannya.

"Mau nemenin gue ketemu ibu nggak?" Meski dengan rasa ragu, Azizi meraih uluran tangan itu dan mengikuti kemana pun Adel membawanya.

Manik kecoklatan Azizi turun menatap genggaman di tangannya, lalu beralih pada punggung kecil milik gadis yang berjalan di depannya.

Katanya jangan cari tau, tapi dia-nya sendiri yang ngasih tau. Batinnya.

Tiga kali Azizi dibuat bingung dengan segala tindakan Adel.

Yang pertama, ketika gadis itu tiba-tiba mengulurkan tangannya di makam, bertanya apakah mau ikut menemui ibunya atau tidak. Yang kedua, ketika gadis itu selalu berhenti untuk mengambil bunga-bunga ajeran di pinggir jalan, dan mengumpulkannya hingga berbentuk seperti buket bunga. Yang ketiga, ketika gadis itu berhenti dan melepas genggamannya di jembatan yang biasa mereka jadikan tempat bertemu.

"Mau ngapain?" Tanya Azizi ketika Adel membagi dua buket bunga liar yang ia kumpulkan sedari tadi.

Adel tak menjawab. Ia hanya menyodorkan setengahnya pada Azizi tanpa mengatakan apapun. Membuat gadis bule itu heran bukan main. Sebenarnya Adel kenapa sih?

"Ibu suka bunga ini. Makanya gue bawain."

Azizi menatap bunga itu lamat-lamat. Mulai mengerti apa maksud Adel sedari tadi.

all we want  [ZEEDEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang