bab 6

760 76 2
                                    

Semilir angin malam mulai menerpa permukaan kulit gadis dengan rambut wolf cut itu.

"Dingin. Adel mana ya?" Gumam Azizi.

Setelah menunggu beberapa saat tiba-tiba dia di kejutkan oleh jaket yang terlempar ke arahnya.

"Dah tau kalau malem dingin kenapa harus pake baju tipis? Mana gk bawa jaket lagi" Omel Adel.

Azizi mendengus sebal karena Adel. "Gue kira lo gk lama Del"

"Maaf, ada urusan mendadak tadi"

"Gak usah minta maaf gk papa kok"

"Jaket gue di pake Zee" ucap Adel

Azizi segera memakainya  "Udah"

"Ayo ikut gue"

"Kemana?"

"Duduk sana" tunjuk Adel ke arah jembatan.

"Del, gue mau tanya"

"Apa?"

"Selama ini yang lo bilang kalau lo sibuk itu maksudnya lo sibuk kerja?" Tanya Azizi hati-hati

"Iya"

"Kenapa? Maksudnya kenapa lo harus kerja, kan seharusnya anak seusia kita itu seneng seneng"

Adel menarik nafasnya dalam lalu menghembuskan nafasnya perlahan
"Kalau gue gak kerja gimana gue bisa bertahan hidup di dunia yang jahat ini Zee"

"Ortu Lo?" Tanya Azizi sedikit ragu

"Gue hidup sendirian Zee"

"Gue tanya Del ortu lo kemana"

"Lo gak perlu tau"

"Kenapa? Kenapa gue gak lo bolehin untuk kenal lebih dalam tentang lo Del? Gue juga pengen bisa Deket sama lo"

"Setiap orang yang nyari tau tentang gue lebih jauh bakal pergi ninggalin gue Zee dan gue gak mau hal itu terjadi sama lo"

Azizi terdiam mendengar ucapan Adel, sebenarnya apa maksudnya?




ʕ⁠´⁠•⁠ᴥ⁠•⁠'⁠ʔʕ⁠´⁠•⁠ᴥ⁠•⁠'⁠ʔʕ⁠´⁠•⁠ᴥ⁠•⁠'⁠ʔʕ⁠´⁠•⁠ᴥ⁠•⁠'⁠ʔʕ⁠´⁠•⁠ᴥ⁠•⁠'⁠ʔʕ⁠´⁠•⁠ᴥ⁠•⁠'⁠ʔ

Azizi terbangun di pagi hari setelah sinar mentari yang sangat terang masuk ke dalam kamarnya lewat jendela. Gadis berambut wolf cut itu berjalan menuju dapur tapi saat sampai dia tidak melihat adanya kehidupan di sana.
Di mana uti nya? Kenapa sangat sepi dirumahnya, dan kemana makanan yang selalu disiapkan oleh uti untuk dirinya? Apa uti sedang sakit? Tiba-tiba Azizi merasa sangat khawatir pada uti nya. Jantungnya berdegup kencang saat dia memanggil uti nya tapi tidak ada jawaban sama sekali.

Tidak peduli jika sekarang jam telah menunjukkan pukul 06:31. Tidak peduli bagaimana keadaannya setelah berlari. Tidak peduli dengan keadaan kakinya yang tak menggunakan alas apapun. Yang Azizi pikirkan hanya satu, pergi ke rumah Uti.

Jantungnya berdetak tak karuan ketika ia melihat sebuah bendera kuning di depan rumah Uti. Para tetangga mulai berdatangan, mengerubungi rumah kecil sederhana itu. Kursi-kursi plastik pun mulai ditata memenuhi halaman.

Azizi geming di ujung jalan. Dadanya naik turun tak beraturan. Hatinya mencelos bak dipukul oleh kenyataan. Namun jauh, jauh sekali di dalam sana, masih ada setitik harapan bahwa semua yang ia pikirkan hanyalah angan. Dengan napas tercekat, bahu yang terus memberat, dengan telapak kaki yang mulai memanas dihantam aspal, Azizi berjalan mendekat sembari terseok-seok.

"Uti ...." Gumamnya lirih. Lalu mempercepat langkahnya.

"Uti!"

Dengan secepat kilat gadis itu memeluk tubuh ringkih tersebut. Bahunya seketika merosot lega. Semua beban di tubuhnya langsung hilang begitu saja.

"Nduk, Zee ngapain ke sini?" Tanya wanita tua itu dengan mata sembab.

Azizi tidak menjawab. Terlalu lemah untuk sekedar mengeluarkan suara. Yang bisa ia lakukan hanya menggumamkan kata syukur dalam hati.

"Kamu ndak sekolah ta? Kok di sini?" Tanya Uti setelah Azizi melepas pelukannya.

Azizi menggeleng. Tidak tega jika harus pergi ke sekolah dan membiarkan Uti sendirian. Bergulat dengan kesedihannya seorang diri.

"Aku di sini aja ya, Uti? Biar Uti ada yang nemenin."

"Ndak usah. Kamu sekolah aja. Toh udah rapi, kan? Ndang berangkat. Nanti telat loh."

Azizi merasa tidak enak hati ketika ia terpaksa menuruti ucapan Uti. Ketika ia menatap wanita tua yang telah ringkih itu, Azizi bisa melihat dengan jelas bahwa binar dimata Uti yang buram tersebut, perlahan telah meredup. Menyadari bahwa tak ada lagi yang akan menemaninya untuk kembali menjalani hidup.

Azizi melihat Uti menyeka air matanya. Hanya itu. Tak ada suara tangisan, atau bahkan raungan. Hanya ratapan dalam diam. Menyaksikan teman hidupnya selama puluhan tahun mulai dimandikan dibantu tetangga lain. Uti tidak punya sanak saudara di sini. Bahkan ketika Azizi telah melangkah pergi, ia masih bisa melihat Uti yang tengah duduk sendiri di tengah para tetangga yang sedang berbincang.

Diam-diam, Azizi terus memikirkan sesuatu yang tak seharusnya ia pikirkan.

Gadis berambut wolf cut berwajah kebarat-baratan itu tengah bermain tebak-tebakan dengan semesta.

Kira-kira, siapa yang akan berada di posisi Uti? Papa? atau Azizi? Azizi harap, itu bukan dirinya. Mungkin ini akan terdengar jahat. Tapi Azizi harap, Papa saja yang merasakannya. Karena dirinya, sudah pasti tidak akan bisa. Tapi Papa, pasti bisa.

"Azizi, kamu habis darimana? Nggak pakai sepatu, tasnya juga digeletakkin sembarangan," serbu Papa segera setelah ia melihat kehadiran  Azizi di pagar rumah.

Azizi tak membalas atau pun merespon ucapan Papa. Ia hanya berjalan gontai masuk ke dalam rumah tanpa menoleh sedikit pun. Dan berucap dengan nada datar.

"Kakung meninggal"

"Apa!" Kaget papa nya

"Terus sekarang uti gimana Zee?" Tanya papahnya

"Uti gak baik-baik aja pah" Ucap Azizi sambil menangis di pelukan papahnya

"Udah, jangan nangis lagi yaa? Kamu mau ikut nganterin Kakung gak? Biar nanti papah izin ke guru kamu" tanya papahnya

"Emang boleh pah?" Tanya Azizi

Papahnya tersenyum tipis. "Boleh, buat kali ini aja tapi"

Azizi mengangguk bahagia  " Zee mau kok pah, nanti kita anterin kakung bareng uti yaa"

"Iya, sekarang kamu mandi terus siap-siap kan kita mau ke tempat uti nanti"

"Iya pah kalau gitu Zee mandi dulu"

Papahnya tersenyum tipis melihat Azizi yang perlahan menghilang dari pandangannya
"Zee, zee padahal itu bukan kakek nenek kandung kamu tapi kamu tetep nganggep mereka udah kayak keluarga sendiri" gumam papahnya Azizi.

Perlahan pikiran Aran—papahnya Azizi tenggelam dalam lautan ketakutan.
Bagaimana jika hal yang dialami uti terjadi pada dirinya? Apakah nanti dia atau Azizi yang akan pergi dahulu?











Up lagi niihh jangan bosen bosen buat vote yaa cinta cintakuu

all we want  [ZEEDEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang