Chapter 27

1.1K 88 0
                                    

"DIMANA  ADIKKU?!" Suara Teriakan Johnny menggema ke seluruh penjuru istana Giryeo pagi itu.

Surat dari Giryeo yang mengabarkan tentang kondisi Ten yang tiba-tiba memburuk, membuat Johnny seperti orang kesetanan yang membentak seluruh pengawal yang mencoba menghentikannya untuk pergi ke Giryeo.

Memang saat surat dari Giryeo sampai ke Sounju, waktu menunjukkan jika itu masih dini hari. Tentu para pengawal, bahkan orang kepercayaan Johnny 'pun mencegah Sang Raja melakukan perjalanan saat itu juga.

Bukan hanya karena waktu, tapi juga karena perlu untuk melakukan persiapan dalam melakukan perjalanan. Kondisi jalan yang gelap, membuat tingkat bahaya menjadi meningkat. Tidak ada yang tahu apa yang bisa muncul dari kegelapan.

Namun, apakah Johnny mendengarkan penjelasan mereka? Oh! Tentu tidak!

Karena mengetahui kondisi adiknya lebih penting daripada itu.

Dan dengan persiapan yang tidak maksimal, Johnny berangkat dari Seonju saat itu juga. Dengan Jungwoo dan Haechan yang juga memaksa ikut. Begitupun dengan Hendery yang baru saja pulang dari acara berkelananya. Lagi.

Mendengar adanya keributan di area istana, di waktu yang bahkan sang surya baru mulai menunjukkan keberadaannya, sontak Taeil langsung bergegas menghampiri tempat kejadian, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.

"Dimana Adikku?! Kau yang mengirim surat bukan? Kenapa penyakitnya bisa tiba-tiba kambuh?! Apa kalian tidak bisa menjaganya dengan benar?!! Bagaimana bisa kambuh lagi?!!"

Baru saja Taeil sampai di tempat, Johnny sudah membombardirnya dengan begitu banyak pertanyaan yang ditanyakan dengan murka.

Jungwoo menepuk pundak suaminya, meminta suaminya untuk tenang, "Tenangkan dirimu."

Jungwoo menatap Taeil, "Ten hyung dimana? Dan bagaimana keadaannya sekarang?" Tanya Jungwoo dengan nada yang halus.

Jungwoo khawatir tentu saja. Tapi, ia harus tetap tenang. Jika ia panik, maka Johnny akan ikutan panik. Suaminya itu akan lebih sulit untuk mengontrol emosinya jika begitu.

Taeil membungkukkan badannya, memberikan hormat pada kedua pimpinan Seonju itu. "Yang Mulia Ratu Ten sekarang ada di kamarnya. Dan untuk kondisinya, beliau sudah lebih baik dari kemarin."

Jungwoo menghembuskan napas lega, "Tidak ada yang serius 'kan? Ten hyung akan baik-baik saja 'kan?" Tanya 'nya lagi dengan cemas.

Taeil terdiam sebentar. Butuh 5 detik untuk ia menjawab pertanyaan dari sang Ratu Seonju. "Untuk itu... Saya tidak berhak memberitahukannya, Yang Mulia Ratu."

"Yang Mulia Ratu lebih baik menanyakannya langsung pada Yang Mulia Taeyong." Lanjut Taeil dengan tetap bersikap hormat.

Diberitahu hal demikian, Johnny langsung bergegas menuju kamar Ten tanpa mengatakan sepatah kata 'pun lagi. Hatinya diliputi rasa gelisah dan takut. Jika orang kepercayaan Taeyong sampai mengatakan itu, itu artinya ada hal yang serius.

__


Johnny diam menatap pintu kamar di depannya. Di sisi kanan dan kiri pintu itu terdapat 2 pengawal yang berjaga. Johnny yakin Taeyong yang memerintahkannya.

"Ten ada di dalam?" Tanya Johnny pada pengawal di hadapannya.

"Ada, Yang Mulia." Jawabnya hormat. "Yang Mulia Taeyong dan Putra Mahkota juga berada di dalam."

Johnny mengerutkan alisnya. Taeyong dan Mark ada di dalam? Itu bukanlah hal yang biasa terjadi. Itu artinya, pasti telah terjadi sesuatu pada Ten.

Saat Johnny hendak membuka pintu di depannya, pintu itu sudah lebih dulu terbuka. Menampilkan wajah sang Putra Mahkota Giryeo yang tampak jelas terkejut kala melihatnya.

"Paman ada disini?!" Mark menatap ke belakang Johnny. Ada Jungwoo, Haechan, bahkan Hendery juga di sana. "Kalian semua juga ada disini? Kapan kalian datang?"

"Kami baru saja datang." Ujar Johnny mengalihkan atensi Mark dari orang-orang di belakangnya. "Bagaimana kondisi Ibumu?"

Mark menghela napasnya berat. Ia berbalik ke belakang, menatap kedua pengawal yang berjaga, lalu memerintahkan keduanya untuk meninggalkannya dengan keluarga Seonju di sini.

"Ibu lebih baik dari kemarin." Ucap Mark setelah kedua pengawal itu benar-benar pergi.

"Ada apa? Apa yang terjadi?" Sahut Jungwoo begitu mendengar jawaban Mark yang tampak sangat lesu.

"Ibu..." Mark berdehem sebentar, berusaha mengontrol suaranya agar tidak bergetar, "Kondisi ibu memburuk. Bibi Doyoung bilang, beliau tidak bisa melakukan apapun lagi untuk ibu. Begitupun dengan tabib lainnya. Dan..." Mark tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Lidahnya kelu, rasanya begitu sulit untuk memberitahukannya.

"Dan apa?!" Sentak Johnny. Ia harus tahu apa yang terjadi pada adiknya!

Mark menggigit bibir bawahnya, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Ibu hanya memiliki... memiliki sisa waktu... satu bulan lagi." Ucap Mark dengan susah payah.

Seketika tangan Johnny melemas dikedua sisi tubuhnya. Jungwoo menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dan Haechan yang sedari tadi hanya diam menyimak, langsung memeluk kakaknya erat begitu mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Mark. Sedangkan Hendery, ia hanya diam seraya menenangkan Haechan yang kini mulai menangis di dadanya.

"APA MAKSUDNYA?!" Seru Johnny tidak terima dengan hal yang di katakan keponakannya barusan. "Minggir! Aku akan menemui adikku!" Bentak Johnny seraya menyingkirkan Mark dari hadapannya.

"Tidak! Jangan sekarang paman. Ibu baru saja tidur dini hari tadi. Nanti saja paman menemui ibu." Mark memegang tangan kanan Johnny dengan kedua tangannya. Mencoba menghentikan pamannya itu.

Johnny menatap mata Mark. Tatapan mata itu... seolah dapat diartikan, 'bukan paman saja yang hancur dengan ini.'

Johnny menghembuskan napas kasar. Ia mencoba menetralkan emosinya, "Baiklah." Ucapnya kemudian.

Mark tersenyum tipis, berterimakasih dalam hati karena Johnny bisa mengerti. "Aku akan menyuruh dayang menyiapkan kamar untuk kalian."








TBC







Batasan | MARKNO [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang