"Hyungg?!"
Jeno kaget melihat Mark ada di luar jendela kamarnya. Apa yang dilakukannya malam-malam begini?!
"Apa yang hyung lakukan disini?!" Pekik Jeno tertahan. Ia menengok ke arah pintu kamarnya lalu keluar jendela. Memastikan tidak ada orang yang melihat.
Tanpa menjawab pertanyaan Jeno, Mark langsung menerobos masuk ke dalam lewat jendela kamar Jeno itu.
Astagaa! Apa yang Mark lakukan?!
Buru-buru Jeno langsung menutup jendela kamarnya.
"Apa yang hyung lakukan?! Bagaimana jika ada orang yang melihat?! Ibuku juga belum tidur. jika ibu ta--.."
Mark mengecup sekilas bibir Jeno. Membuat semua omelan Jeno tadi langsung berhenti. Jeno membeku. Matanya membulat lucu.
"Kau terlalu berisik." Ucap Mark singkat.
"Aku merindukanmu." Lanjut Mark kemudian memeluk Jeno erat. Meletakkan kepalanya di perpotongan leher yang lebih muda, menghirup dalam-dalam aroma khas milik Jeno.
Tak lama, Jeno tersadar dari keterkejutannya. Ia kemudian membalas pelukan Mark. Ikut menyembunyikan wajahnya yang memerah di bahu sang dominan.
Jeno tidak ingin memikirkan apapun sekarang. Ia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Mark. Ia ingin mengenyahkan semua hal yang menguasai pikirannya tadi.
"Kenapa hyung ada disini?" Tanya Jeno memecah keheningan yang terjadi diantara keduanya.
Mark menarik dirinya dari pelukan Jeno, menyelipkan anak rambut Jeno yang menghalangi mata indahnya ke belakang telinga.
"Memangnya kenapa? Aku tidak boleh berada disini?" Tanya Mark kemudian.
Dengan tangan yang masih melingkar di pinggang yang lebih tua, Jeno mendongak menatap Mark. "Yaa.. Boleh saja sih. Tapi ini 'kan sudah malam. Jika ada yang melihat bagaimana?" Tanya Jeno dengan wajah yang menggemaskan menurut Mark.
Mark mengecupi seluruh wajah Jeno berkali-kali saking gemasnya. Mulai dari dahi, kedua mata indahnya, hidung dan terakhir bibir merah alaminya.
Membuat Jeno terkikik geli mendapat perlakuan itu, "ihh.. Hyung berhentiii" Ucapnya setengah tertawa.
Mark menghentikan aksinya. Tersenyum teduh kearah Jeno. "Tidak ada yang akan melihat. Percaya padaku."
Jeno kembali memeluk Mark dan membenamkan wajahnya di dada sang kekasih. "Bagaimana jika ibuku tahu?" Suara Jeno teredam dada yang lebih tua.
Mark membalas pelukan Jeno. Tangannya mengusap-usap lembut rambut Jeno. "Jika bibi tahu, aku akan langsung meminta restunya untuk menikahimu."
Jeno memukul dada kekasihnya main-main. "Ishh... Aku seriuss."
Mark tergelak, "Aku juga serius, sayangg." Balasnya.
Jeno hanya berdecih pelan dan semakin membenamkan wajahnya di dada bidang Mark, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena panggilan baru untuknya tadi.
Mark semakin tergelak akan tingkah kekasih manisnya ini, "Hey hey, tunjukkan wajahmu. Aku ingin melihatnya. Pasti menggemaskan melihat wajahmu yang merah." Goda Mark.
"Tidakkk!" Seru Jeno
"Ayolah sayang, sebentar saja." Ujar Mark masih gencar menggoda Jeno.
"Iihh, hyungg... Tidakkk." Rengek Jeno. Tidak pahamkah Mark jika Jeno ini malu?!
Mark terkekeh mendengarnya. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Jeno. Sesekali Mark akan mengecupi pucuk kepala Jeno. "Iya, Tidak."
Jeno juga semakin menyamankan dirinya dipelukan Mark.
Namun, ketika suara Doyoung terdengar, kepanikan Jeno rasakan.
"Jeno? Kau belum tidur?" Tanya Doyoung dari luar kamar Jeno.
Jeno langsung melepaskan pelukan Mark.
"Ibuu!!" Ucap Jeno panik sambil menatap pintu kamarnya dan Mark bergantian.
"Hyungg cepat pergiii!" Jeno mendorong Mark kearah jendela lalu segera menyuruhnya pergi.
"Sayang??" Doyoung mengetuk pintu kamar Jeno. Itu membuat Jeno semakin panik.
"Hyungg, cepat pergi!."
"Iya iya." Ucap Mark.
Mark yang akan memanjat jendela berhenti sebentar, ia memanggil Jeno. "Jeno..."
Jeno menoleh,
Cup!
"Aku mencintaimu. Sampai jumpa." Setelah mengecup sekilas bibir kekasihnya dan mengatakan itu, Mark langsung melesat pergi dari kamar Jeno.
Jeno lagi-lagi terkejut dibuatnya. Kenapa Mark itu hobi sekali menciumnya tiba-tiba! Itu membuat jantungnya tidak aman. Pipinya bahkan kembali memerah.
Ayolah, ini bukan saat yang tepat untuk salah tingkah!
"Jeno, ibu masuk ya" Ucap Doyoung.
Sial! Tidak ada waktu untuk menutup jendela. Jeno bergegas naik ke tempat tidur, membungkus tubuhnya dengan selimut sampai sebatas telinga lalu pura-pura tidur.
Kriett...
Doyoung membuka pintu kamar Jeno.
"Dia sudah tidur? Aku yakin mendengar suara tadi." Doyoung bingung saat melihat buntalan selimut diatas kasur.
Saat ingin pergi ke dapur tadi, Doyoung melewati kamar Jeno dan ia mendengar suara sesorang dari kamar Jeno.
Tapi ketika dilihat, Doyoung tidak melihat siapapun di kamar putra kesayangannya ini. Netranya kemudian menatap jendela yang terbuka.
Melangkah mendekati jendela itu, menengok kearah luar, lalu menutup jendelanya setelah yakin tidak ada orang di luar.
"Sepertinya Jeno lupa menutup jendela. Mungkin suara yang 'ku dengar tadi dari luar." Doyoung menatap putranya yang tertidur.
Doyoung mendekati Jeno, mengelus pucuk kepalanya yang sedikit tersembul dibalik selimut dengan sayang.
Setelahnya Doyoung keluar dari kamar Jeno dan menutup pintunya perlahan.
Setelah mendengar suara pintu tertutup, Jeno baru bisa menghembuskan napas lega. 'Hampir saja.' batinnya.
TBC
Yes!
KAMU SEDANG MEMBACA
Batasan | MARKNO [END]✔️
FanficPersetan dengan batasan. Jeno akan melewati batasannya malam ini. bxb! MARKNO Mark dom! Jeno sub! MPREG! Gak suka? Gak usah baca lah!