Chapter 26

1.1K 97 3
                                    

Keheningan menyelimuti kamar yang berisi sepasang ibu dan anak itu. Tampak Mark dan Ten berbaring di atas kasur dengan Mark yang memeluk ibunya dari samping.

Keduanya memejamkan mata.

Tidak ada yang tidur, namun mereka enggan untuk sekedar membuka suara. Lebih memilih diam dan menikmati waktu yang tersisa untuk disimpan di memori masing-masing.

Sampai sang ibu melontarkan sebuah pertanyaan, "Kau tidak ingin kembali ke kamarmu?" keheningan yang sejak tadi tercipta akhirnya pecah.

"Tidak. Aku akan tidur bersama ibu malam ini."

Ten terkekeh kecil, "Kau sudah 25 tahun, sudah menjadi Putra Mahkota malah. Tidak malu tidur bersama ibu?"

"Untuk apa malu? Aku 'kan tidur bersama ibuku sendiri." Mark mengeratkan pelukannya pada Ten. "Lagipula aku rindu tidur bersama ibu seperti saat aku masih kecil."

Ten tertawa pelan, ia membuka mata, kemudian menatap putra tunggalnya, "Ibu menyayangimu. Dari dulu, sekarang dan untuk selamanya." Ten mengelus kepala Mark.

"Kenapa ibu mengatakan itu? Tanpa ibu bilang 'pun aku tahu." Ucap Mark tanpa membuka matanya. Ia takut untuk melihat iris ibunya. Ia takut pertahanannya akan runtuh lagi.

"Tidak ada alasan. Ibu hanya ingin mengatakannya."

Hening. Baik Mark maupun Ten tidak mengatakan apapun setelahnya.

Mark tahu kenapa ibunya mengatakan itu. Ya alasannya pasti tidak jauh dari sisa waktu yang dimiliki sang ibu.

Mata Mark kembali memanas kala mengingat hal itu. Sekuat tenaga Mark menahan agar air matanya tidak keluar lagi.

"Apa yang kalian berdua lakukan tanpaku?"

Mendengar adanya suara seseorang yang memasuki rungu Ten dan Mark, pasangan ibu dan anak itu mengalihkan atensinya ke arah pintu kamar.

Tampak Taeyong berjalan menghampiri anak dan istrinya. Dan tanpa mengatakan apapun, ia langsung ikut bergabung di kasur, memeluk istrinya, membuat Ten terhimpit diantara suami dan putranya.

"Astaga. Apa yang kau lakukan?! Kasur ini luas. Menjauhlah sedikit. Aku terdesak!" Protes Ten pada Taeyong yang malah semakin mendekatkan tubuhnya.

"Tidak mau. Suruh anakmu saja yang menjauh. Suruh dia kembali ke kamarnya sendiri." Ujar Taeyong semakin mengeratkan pelukannya pada Ten.

Mark menatap Ayahnya sinis, "Ayah saja yang kembali ke aula utama. Bukankah Ayah masih punya pekerjaan? Ibu milikku."

Mendengar dua kata terakhir putranya, Taeyong langsung bangkit duduk dari acara berbaringnya, "Heh! Ibu milik Ayah, ya! Enak saja kau ini bicara." Sulut Taeyong tidak terima.

Mark mengabaikan Ayahnya. Ia semakin memeluk ibunya, menatap mengejek kearah Taeyong, "Ibu milikku." Ucapnya dengan nada bicara dan raut wajah yang menyebalkan.

Tampak Taeyong mengerutkan dahinya tidak suka. Sepersekian detik kemudian ia menyunggingkan senyum licik, "Oh, Baiklah! Jika ibu milikmu, maka Jeno milik Ayah."

Mendengarnya, Mark langsung ikut duduk menghadap Taeyong, menatap Ayahnya sengit. "Mana bisa begitu! Jeno milikku! Ibu juga milikku!"

"Hei anak muda. Kau tidak boleh serakah." Ucap Taeyong tenang. "Ibu milikmu, jadi Jeno milik Ayah."

"Tidak bisa!" Sanggah Mark.

"Kenapa tidak bisa? Bisa saja. Lagipula Ayah itu Raja, jadi kalau Ayah memerintah Paman Jaehyun untuk menikahkan Jeno dengan Ayah, Paman Jaehyun tidak akan bisa menolaknya." Taeyong masih ingin mengerjai putranya. "Lagipula Jeno anak yang manis."

Mark menatap Taeyong tidak percaya. Apa Ayahnya serius?!

"Itu penyalahgunaan kekuasaan namanya!" Cerca Mark.

"Lagipula memang Ayah ingin menikah lagi?! Ayah itu sudah tua! Ayah sudah tidak menyayangi ibu?!" Mark menatap ibunya, "Ibu lihat, Ayah sudah tidak sayang lagi dengan ibu. Ayah ingin menikah lagi." Rengek Mark pada Ten.

Ten hanya memutar bola matanya malas melihat perdebatan Ayah dan anak itu. Kebiasaan Taeyong mengerjai Mark memang tidak pernah berubah. Dan lagi, kenapa Mark percaya saja dengan yang dikatakan Taeyong sih!

"Heii, jangan bawa-bawa umur. Cinta itu tidak mengenal usia." Taeyong masih ingin melanjutkan sandiwaranya. Ia menatap Ten, memberi isyarat agar istrinya itu ikut masuk ke dalam dramanya.

Ten menatap datar Taeyong. Tidak ingin ikutan. Taeyong merengut sesaat, kemudian berlanjutlah perdebatan antara Mark dan Taeyong.

Ten menatap lamat keduanya. Mungkin ini akan jadi terakhir kalinya ia melihat suami dan putranya seperti ini. Menjadi terakhir kalinya ia berkumpul dengan keluarga kecilnya. Dan menjadi terakhir kalinya merasakan semua kehangatan ini.

Ten akan menyimpan momen ini baik-baik di memorinya. Ia tersenyum tipis, matanya mulai memanas. Sudah lama mereka tidak berkumpul dan bercanda seperti ini. Biasanya mereka akan sibuk dengan urusan masing-masing.

Dengan Taeyong yang menjabat sebagai seorang Raja dan Mark yang merupakan pewaris tunggal, membuat mereka sangat sulit untuk sekedar menghabiskan waktu bersama.

Sepertinya Mark sadar akan keterdiaman Ten. Ia melihat netra indah ibunya berkaca-kaca, itu membuat Mark sontak melayangkan pertanyaan bertubi pada sang ibu. "Ibu kenapa? Ibu baik-baik saja? Ada yang sakit? Perlu aku panggilkan bibi Doyoung?" Tanya Mark sarat akan kekhawatiran.

Ten tersenyum lembut, "Ibu baik-baik saja. Sungguh."

"Dan.. Ibu setuju dengan Ayah. Cinta tidak mengenal usia." Ucap Ten pada akhirnya mengikuti drama suaminya.

Mark kehilangan kata-katanya. Kenapa dengan ibunya ini?!

"Ibuu... Ibu 'kan tahu jika aku dan Jeno--" Kalimat protes Mark terhenti kala ia teringat jika Ayahnya belum tahu tentang hubungannya dengan Jeno.

"Kau dan Jeno apa?" Tanya Taeyong. Ia sudah mendengar dari Ten, tapi belum dengan Mark. Taeyong ingin mendengarnya langsung dari mulut putranya.

"Itu... Akuu..." Mark menghela napasnya. "Aku akan memberitahu Ayah besok." Ucapnya final. Memang sudah saatnya ia jujur tentang hubungannya dengan Jeno.

"Ini sudah lewat tengah malam. Ibu juga perlu istirahat. Jadi, akan kuberitahu besok, Ayah." Lanjut Mark saat melihat raut perlu penjelasan Ayahnya.

Ten hanya tersenyum mengamati mereka, "Baiklah, Ayo tidur. Ibu sudah mengantuk."

Lantas ketiganya berbaring diatas tempat tidur yang cukup luas itu. Dengan Mark dan Taeyong yang memeluk Ten dari sisi kanan dan kiri.

"Kau benar-benar tidak ingin kembali ke kamarmu? Kau mengganggu waktu Ayah dan ibu."

"Tidak. Jika terganggu, Ayah saja yang pergi sana"

"Tidurr! Jika tidak, ibu akan menendang kalian berdua keluar dari kamar ini."











TBC











Kalo udah mulai memasuki tahap ending gini, otakku gak bisa mikirㅠㅠ

Batasan | MARKNO [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang