15 tahun kemudian
"Huhh..."
Submissive manis kesayangan Jung Jaehyun itu menghela napasnya. Jika bukan kerena ibunya, Jeno sekarang pasti masih berada dirumah dan bereksperimen didapur. Bukannya berjalan menyusuri hutan seperti sekarang.
Doyoung menyuruhnya untuk mencari tumbuhan herbal di hutan. Katanya yang ada di rumah habis. Padahal Jeno itu tidak suka sesuatu yang berbau herbal, obat atau apalah itu. Ughh... Jeno tidak suka pokoknya.
Tapi karena iming-iming ibunya akan memberikan uang jajan lebih untuknya, disinilah dia berada. Mencari tumbuhan herbal yang entah apa namanya. Jeno tidak tahu, dia hanya tahu bentuknya saja. Jeno juga tidak ingin tahu sebenarnya.
Saat Jeno ingin mengambil tumbuhan yang dikenali matanya, tiba-tiba...
Tak!
"Akh." Jeno meringis kecil, dia mengusap-usap kepalanya yang terkena lemparan batu kerikil. Menoleh ke sekitar, mencari orang yang berani melemparkan batu ini padanya. Jeno akan mengumpati siapapun itu. Sungguh.
Namun, saat netranya menangkap sosok familiar yang berdiri tak jauh darinya, Jeno mengurungkan niatnya.
Bagaimana bisa Jeno mengumpati orang itu. Tidak. Jeno tidak bisa. Kalaupun bisa, Jeno juga tidak akan melakukannya.
"Mark hyung?! Apa yang hyung lakukan disini?"
Disana nampak Mark mengenakan dopo berwarna putih sedang berdiri menatapnya sambil tersenyum kalem.
"Hanya berjalan-jalan." Mark berjalan kearah Jeno. Menatap wajahnya yang semakin hari semakin terlihat manis itu.
Kulit putih bersih, hidung bangir, bibir tipis merah alami, pipi berisi yang terlihat menggemaskan, dan mata yang selalu membentuk bulan sabit ketika dia tersenyum.
Satu kata yang dapat menggambarkan semua itu.
Cantik.
"Hanya? Berjalan-jalan? Di hutan?" Jeno heran, kenapa Mark ini memilih mengisi waktu luangnya untuk berjalan di hutan sih? Jika itu Jeno, Jeno akan lebih memilih berdiam diri di rumah atau pergi ke tempat Renjun. Itu lebih baik daripada hanya jalan-jalan di hutan pikirnya.
Mark mengabaikan pertanyaan retoris Jeno, "Apa yang kau lakukan disini? Aku rasa kau tidak tertarik dengan sesuatu yang menyangkut pengobatan, herbal, atau sesuatu yang seperti itu." Dia melihat kearah keranjang yang Jeno bawa. Isinya ada beberapa macam tumbuhan herbal.
"Bahan untuk membuat obat herbal di rumah habis, jadi ibu menyuruhku untuk mencarikannya." Jeno melirik keranjangnya lalu menatap Mark.
Mark hanya mengangguk-angguk, "Biar aku bantu." Tanpa menunggu jawaban Jeno, Mark mulai mencari tumbuhan yang biasanya digunakan oleh Doyoung untuk membuat obat.
Jeno berjalan dibelakang Mark, memperhatikan dia dari belakang. Tubuh tegap, bahu kokoh dan punggung lebar. Dia pernah naik ke punggung itu saat usianya 9 tahun, memeluk lehernya dari belakang dan menjatuhkan kepalanya di bahunya.
Bisakah Jeno melakukan itu lagi sekarang?"Jeno kau mendengarkan 'ku?" Mark berbalik ke belakang. Daritadi dia bertanya pada Jeno, apa tumbuhan yang dicari sudah cukup. Tapi Mark tidak mendapatkan jawaban apapun dari Jeno.
Jeno yang masih melamun terus berjalan tanpa sadar objek yang di lamunkannya itu sudah berhenti berjalan dan menatapnya. Alhasil Jeno menabrak dada bidang Mark. Kepalanya mendongak, matanya beradu pandang dengan obsidian hitam yang lebih tua.
Deg!
Matanya terpaku menatap Mark. Rahang tegas, pipi tirus, hidup mancung, mata bulat, alis yang terlihat unik, dan bibir yang terlihat menggoda.
Bagaimana rasanya jika bibir itu menyentuh bibirny...Astaga!! Apa yang Jeno pikirkan!
Buru-buru Jeno memutus kontak matanya dan menarik dirinya menjauh dari Mark.Namun na'as, kaki Jeno memijak tanah yang berlubang, membuatnya kehilangan keseimbangan dan reflek menarik kerah dopo yang dipakai oleh Mark. Mark yang belum siap menahan tubuh Jeno ikut limbung dan terjatuh menimpa Jeno.
Deg... Deg... Deg...
Jantung Jeno berdetak sangat keras.
Jeno menatap wajah Mark. Posisi wajah mereka sangat dekat sekarang, Jeno bahkan dapat merasakan deru nafas Mark. Semoga saja Mark tidak mendengar detak jantungnya.
Mark menatap wajah Jeno yang memerah, meneliti wajahnya dari atas kebawah. Mulai dari alis, mata, hidung, dan berhenti dibibir merah alami Jeno.
Entah apa yang yang Mark pikiran sekarang, bukannya menjauh, Mark justru semakin mendekatkan wajahnya, mengikis jarak yang ada diantara keduanya.
Dan Jeno, bukannya menolak atau memberontak, dia hanya diam memandang wajah yang semakin mendekat kearahnya sambil mengeratkan pegangannya dikerah dopo Mark. Jantungnya berdebar semakin kencang.
Saat hidung keduanya bersentuhan, Jeno memejamkan matanya. Menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sebelum...
"Jenoo! Kau dimana?" Terdengar suara Ayahnya, Jung Jaehyun yang memanggil namanya.
TBC
•Dopo adalah pakaian luar sejenis po (jubah hanbok), yang berfungsi seperti mantel.
Dopo
***
Bulan puasa nulis beginianㅠㅠ
Btw, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan •°•
See you in the next chapter👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Batasan | MARKNO [END]✔️
Fiksi PenggemarPersetan dengan batasan. Jeno akan melewati batasannya malam ini. bxb! MARKNO Mark dom! Jeno sub! MPREG! Gak suka? Gak usah baca lah!