Chapter 2

2.4K 132 4
                                    

"Ishh! Mark hyung lama sekali." Submissive manis berusia sembilan tahun itu menggerutu. Hidung bangirnya mendengus, alisnya berkerut, dan bibirnya mengerucut. Nampak jelas dari wajahnya kalau dia sedang kesal.

Dia sudah menunggu selama 30 menit disini, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda orang yang ditunggunya akan datang.

"Huhh...." Dia menghela nafas.



Tak lama kemudian, netra submissive manis itu menangkap siluet seorang anak sedang berlari kearahnya. Akhirnya. Datang juga orang yang ditunggu nya.



Tap... Tap... Tap... 



"Hahh, hahh, hahh... Maafkan aku Jeno, aku terlambat." Mark berkata sambil memegang kedua lututnya, napasnya terengah-engah.

Mark tadi berlari dari istana sampai tempat ini. Ughh... Itu melelahkan. Dia berusaha menetralkan napasnya sekarang.

Ya. Setelah 10 kali percobaan, akhirnya Mark bisa mengalahkan Taeyong. Yah meskipun dia hanya berhasil memberikan luka kecil di lengan kiri Ayahnya itu.

Jeno memandang Mark sambil memicingkan matanya, "Hyung tahu, aku sudah 30 menit menunggu disini. 30 menit!" Kata Jeno dengan menunjukkan 3 jarinya kedepan wajah Mark. Dia ingin Mark tahu jika dia sedang kesal saat ini.

Mark meringis, "Aku minta maaf, sungguh. Ayahku tidak membiarkan aku pergi dengan mudah."

Jeno mendengus. "Memangnya apa yang dilakukan oleh Yang Mulia Raja?" Dia bertanya sambil bersedekap dada.

Mark menatap Jeno yang masih memicingkan matanya. Bukannya terlihat menakutkan, justru anak itu malah terlihat menggemaskan. Setidaknya itu yang ada dipikiran Mark. "Aku harus berhasil mengalahkan Ayahku dalam duel pedang. Jika aku berhasil mengalahkannya, maka aku boleh pergi."

Jeno terkejut, matanya membulat, "Hah?! Jadi hyung berhasil mengalahkan Yang Mulia?!" Dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tidak percaya akan apa yang dia dengar.

Cepat sekali anak ini berubah. Padahal tadi dia terlihat sangat kesal padanya. "Kau tidak perlu terkejut begitu. Itu bukan hal yang besar. Aku hanya berhasil melukai lengan kiri Ayahku saja, tidak lebih. Itupun hanya luka kecil, paling seminggu juga sudah sembuh." Mark hanya berhasil melukai lengan Ayahnya, bukannya benar-benar mengalahkan Ayahnya.

"Bagaimana aku tidak terkejut. Hyung mengatakan jika hyung berhasil mengalahkan Yang Mulia, maka hyung boleh pergi. Dan sekarang hyung disini, itu artinya hyung berhasil mengalahkan Yang Mulia." Sepertinya Jeno sudah melupakan kekesalannya tadi. Terlihat dari bagaimana antusiasnya dia mengatakan hal-hal itu kepada Mark. Jangan lupakan binar matanya yang menunjukkan kalau dia senang sekaligus  bangga pada Mark hyungnya itu. Mark hyungnya? Bolehkan Jeno beranggapan seperti itu?.

"Dan apa kata hyung tadi? Bukan hal besar? Bukan hal besar apanya! Meskipun hanya luka kecil, hyung berhasil melukai Yang Mulia Raja. Umur hyung masih 10 tahun, sedangkan Yang Mulia sudah berumur 37 tahun yang kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. Menurutku, dari segi manapun hyung sudah melakukan hal yang... Waahh... Pokoknya keren! Itu patut dibanggakan hyung!" Jeno kehilangan kata-katanya. Dia begitu bersemangat mengatakan semua hal itu kepada Mark.

Mark terkekeh melihat Jeno yang mengatakannya dengan berapi-api. "Baiklah baiklah, itu patut dibanggakan. Lalu tuan Jung Jeno yang pintar, apa itu artinya kau sudah memaafkanku?"

Jeno berdehem, memalingkan wajahnya dari Mark dan menyilangkan kedua tangannya di dada. Lalu dia melirik Mark, "Ekhm, sebenarnya aku masih marah pada hyung, tapi karena menurutku hyung keren hari ini, aku memaafkan hyung." Jeno menyengir menatap Mark setelahnya.

Mark terkekeh lagi dibuatnya, "Baiklah, karena aku sudah membuat tuan muda Jeno menunggu lama hari ini, aku akan menebusnya dengan memberikan tuan muda hadiah."

Mata Jeno berbinar. Dengan tidak sabaran, Jeno berkata, "Benarkah? Apa hadiahnya hyung? Cepat berikan padaku." Sambil mengulurkan tangannya kehadapan Mark.

"Bukan barang, tapi aku akan membawamu ke suatu tempat. Kau mau?" Mark meraih tangan Jeno yang terulur didepan wajahnya, lalu menggenggamnya.

"Tentu saja mau!" Jeno balas menggengam tangan Mark dengan senyum yang mengembang sempurna, membuat matanya melengkung indah membentuk bulan sabit.

Kedua sudut bibir Mark ikut tertarik keatas melihatnya.















TBC

Ada yang bisa nebak siapa bapaknya Jeno? :D







Makasih buat yang udah vote☺







See you in the next chapter👋

Batasan | MARKNO [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang