Chapter 36

1K 91 2
                                    

Bukannya Doyoung tidak ingin berbaikan dengan Jeno, tapi Jeno sendiri yang selalu menghindar saat Doyoung mencoba mengajaknya bicara. Sudah 5 hari berlalu, dan Jeno sepertinya masih marah padanya.

Doyoung sudah berusaha untuk membujuk Jeno tapi usaha selalu gagal.

Seperti saat itu.

"Jeno, ibu ingin bicara." Dan dibalas oleh Jeno, "Renjun mengajakku ke pasar."

Atau..

"Jeno, lihat ini. Ibu membuatkanmu yakgwa." Lalu akan dijawab Jeno, "Aku tadi sudah makan di rumah Renjun."

Oh! Dan juga...

"Jenoo... Ib-" Kalimat Doyoung terpotong oleh Jeno yang menghampiri Jaehyun. "Ayah, lihat ini. Aku membuat gelang ini sendiri."

Huh...

Semua cara sudah Doyoung lakukan. Tapi ia belum juga bisa bicara pada Jeno. Bahkan meminta maaf pada putra manisnya secara langsung saja belum.

Akhirnya Doyoung memutuskan untuk memberi Jeno waktu sampai putranya itu benar-benar memaafkannya.

Dan untuk apakah Doyoung merestui hubungan Mark dan Jeno, jujur ia masih belum bisa memutuskannya. Ia masih ragu. Hatinya masih ragu oleh keputusan apa yang harus ia buat. Doyoung takut ia salah mengambil keputusan dan akhirnya membuat Jeno menderita.


__


Malam itu Jaehyun mengajak Doyoung jalan-jalan ke sekitar desa. Sekedar cari angin, sekaligus menjernihkan pikiran.

Jaehyun sadar setelah masalah waktu itu, Doyoung menjadi lebih pendiam. Ia yakin Doyoung pasti memikirkan banyak hal. Suasana di rumah juga jadi kurang enak. Itulah sebabnya Jaehyun membawanya keluar malam ini.

Namun tak lama setelah mereka berjalan di sekitar lahan yang ditumbuhi bunga liar, langkah Jaehyun dan Doyoung terhenti saat melihat ada orang lain di sana.




Tampak Mark sedang memakaikan mahkota bunga ke kepala Jeno.

"Hyung membuat ini?" Tanya Jeno sambil ujung tangannya menyentuh mahkota yang terpasang di kepalanya.

"Tidak. Haechan yang membuatnya. Dia memberikannya padaku," Jawab Mark santai.

"Jadi ini dari orang lain dan untuk orang lain?! Lalu kenapa memberikannya padaku?!" Sungut Jeno tidak terima seraya mencopot mahkota bunga itu dengan gerakan kasar dari kepalanya. Membuat rambut hitamnya sedikit berantakan.

Mark menatap Jeno bingung. "Memang kenapa jika aku memberikannya padamu?"

"Kenapa katamu?! Hei Putra Mahkota. Haechan membuatkannya untukmu, lalu kenapa kau berikan padaku?!" Ujar Jeno dengan menyipitkan matanya.

Mark masih tidak mengerti, apa yang salah dari itu? "Yaa, memangnya kenapa? Lagipula itu lebih cocok jika kau yang memakainya."

Jeno mendengus, "Haechan membuatkan ini untuk hyung. Setidaknya jika ingin memberikan aku seperti ini, hyung sendiri yang harus membuatnya! Dan lagi, kenapa Haechan harus membuat mahkota ini untuk hyung!" Ucapnya sembari mengangkat mahkota bunga itu ke hadapan Mark.

Mark mengantupkan bibirnya, ia paham sekarang. "Aku 'kan tidak bisa membuat mahkota dari bunga seperti ini." Mark menyengir, "Memang kau mau memakai mahkota jelek yang aku buat?"

"Aku akan memakainya, sejelek apapun itu! Karena hyung yang membuatnya. Untukku!" Jeno bersedekap dada seraya memalingkan wajahnya dari Mark. Ia kesal!

"Sungguh? Aku ingin memberimu sesuatu yang bagus. Aku yakin jika aku yang membuatnya, itu tidak akan bisa disebut mahkota bunga," Ujar Mark menatap wajah kesal Jeno dari samping.

Batasan | MARKNO [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang