Chapter 32

1.1K 96 11
                                    

Jeno berjalan menghampiri Mark sambil menghentakkan kakinya. "Hyung ingin membicarakan apa?" Ketusnya.

"Maafkan aku." Mark menghadap Jeno. "Jangan marah lagi. Yaa?" Mohon Mark pada submissive manis di hadapanya ini.

"Memang hyung tahu apa salah hyung?" Tanya Jeno masih dengan nada ketus.

Mark menyengir, "Tidak." Ucapnya.

Sepertinya Mark sangat ingin membuat Jeno darah tinggi hari ini.

"Kalau tidak tahu, kenapa minta maaf?!"

Mark meringis sambil memegangi telinganya. Suara Jeno berdenging di kupingnya.

"Ayolah, sayang. Aku hanya minta izin pada Ayah dan Paman Jaehyun untuk menikahimu. Lagipula aku akan menikahimu cepat atau lambat. Jadi tidak ada ruginya aku meminta izin sekarang." Ujar Mark memberi pengertian pada Jeno.

Jeno? Ia memilih memalingkan wajahnya ke samping. Wajahnya terasa panas begitu Mark bilang akan menikahinya.

Sebenarnya Jeno tidak semarah itu pada Mark. Hanya sedikit kesal, dan... sedikit bingung bagaimana harus bersikap setelah tahu Mark membahas soal pernikahan pada Ayahnya dan Yang Mulia Taeyong.

"Heii... Pipimu memerah." Goda Mark saat melihat pipi orang di depannya ini berubah warna.

Jeno menutupi wajahnya dengan tangan, "Ti-tidak. Kata siapa merah?!" Ucapnya gugup dengan sedikit sewot.

Mark terkekeh, "Kulitmu itu putih, jadi warna merah sedikit saja, akan terlihat jelas."

Jeno menurunkan tangannya, merengut menatap Mark. "Ishh! Hyung menyebalkan! Aku pergi saja kalau begitu."

Jeno hendak melangkahkan kakinya, namun tangannya lebih dulu dicekal oleh Mark.

"Iya iya, maaf." Mark berdiri di hadapan Jeno, "Kau masih marah padaku? Aku minta maaf. Sungguh."

Jeno menatap Mark sebentar, "Sebenarnya aku masih kesal. Tapii... Sudahlah. Tidak ada gunanya juga marah. Toh itu sudah terjadi." Jawab Jeno pada akhirnya. Memilih untuk melupakan masalah itu.

Lagipula, ia juga diuntungkan dari kejadian itu. Ayahnya sudah tahu tentang hubungannya dengan Mark, tidak marah juga padanya. Dan yang lebih penting, Ayahnya merestui hubungannya.

Mark tersenyum lebar, melingkarkan kedua tangannya ke pinggang ramping kekasihnya. "Jadi... Hanya ada satu orang lagi yang perlu kita beritahu." Ucap Mark sambil mengelus lembut pinggang Jeno.

Benar. Doyoung. Mereka harus memberitahunya. Dan Jeno rasa akan sulit untuk membujuk ibunya itu. "Kapan kita harus memberitahunya? Aku takut ibu marah padaku." Ucap Jeno lesu di akhir kalimatnya.

"Aku tidak bisa menjamin bibi tidak akan marah. Tapi... Ayo kita hadapi bersama." Mark tersenyum menenangkan Jeno. "Jadi, mari kita memberitahunya besok."

Jeno ikut tersenyum. Jujur, saat itulah yang paling ditakuti oleh Jeno, saat ketika ia memberi tahu yang sebenarnya pada ibunya.

Namun Jeno percaya, Mark tidak akan membiarkannya melalui itu semua sendirian.

Tangan kanan Jeno terangkat untuk menyentuh pipi kiri Mark. "Apa yang kau lihat dariku? Kenapa kau bisa mencintaiku? Aku hanyalah rakyat biasa yang cengeng, manja, keras kepala, dan mudah merajuk." Entah disadari atau tidak, cara bicara Jeno berubah.

Mark tersenyum, menarik Jeno semakin mendekat ke tubuhnya. "Entah. Aku tidak punya alasan untuk mencintaimu. Dan aku juga tidak membutuhkannya."

"Apa yang aku lihat darimu? Kau indah, Jeno. Semua yang ada di dirimu indah. Apapun yang kau lakukan, selalu berhasil membuatku jatuh, dan jatuh lagi padamu."

"Aku tidak pandai berkata manis, tapi, kau sempurna. Apapun yang ada di dirimu aku menyukainya. Aku mencintaimu karena itu kau. Jung Jeno. Bukan orang lain." Ujar Mark mengakhiri penjelasan panjangnya. Ia menunduk, menggesekkan hidungnya pada hidung Jeno gemas.

Jeno terkikik geli karena perlakuan Mark. Ia menjauhkan wajah yang lebih tua darinya. Mendongak menatap Mark penuh arti. "Aku bukanlah manusia yang sempurna, dan memang tidak ada manusia yang sempurna. Tapi terimakasih karena telah mencintaiku yang masih banyak kurangnya ini."

"Aku mencintaimu." Jeno menangkup pipi Mark, menariknya untuk sedikit menunduk, kemudian ia berjinjit, meraih bibir yang lebih tua, lalu mempertemukannya dengan bibir ranum miliknya.

Jeno mengecupnya sekali, dua kali, dan tiga kali. Jeno tersenyum tanpa menjauhkan wajahnya dari Mark. Ia kembali mempertemukan bibirnya dengan sang Pangeran. Kali ini bukan sekedar kecupan. Jeno menggerakkan bibirnya lebih dulu, melumat pelan bibir sang kekasih.

Namun, ciuman mereka langsung terputus begitu mendengar seruan murka yang ditujukan untuk Jeno.









"JUNG JENO!!"









Doyoung berteriak marah. Tidak percaya dengan apa yang matanya lihat sekarang.

Tadi Jeno bilang padanya, Jaehyun menyuruhnya untuk mengantarkan buku yang tertinggal di rumah. Anak itu bilang hanya sebentar, dan akan kembali ke kamar Ten lagi. Jeno juga bilang akan membantunya jika ia perlu bantuan untuk membujuk Ten agar mau meminum semua obatnya.

Sudah hampir 30 menit, tapi Jeno belum kembali juga. Bahkan Ten yang sudah menghabiskan obatnya menanyakan keberadaan Jeno.

Alhasil Doyoung pergi mencari putranya. Saat bertemu Jaehyun, ia menanyakan soal Jeno. Tapi Jaehyun bilang, dia tidak pernah menyuruh Jeno untuk mengantarkan buku apapun.

Doyoung dibuat bingung, itu artinya Jeno membohonginya? Tapi kenapa?

Ia berjalan menyusuri istana untuk menemukan putranya. Doyoung harus mencari tahu kenapa Jeno berbohong padanya.




Namun, saat menemukannya, Doyoung dibuat membeku ditempat.


Apa yang ia lihat sekarang?!


Sungguh, Doyoung tak habis pikir!


Doyoung berjalan mendekati Jeno dengan amarah yang sudah berada diujung.



Jeno menjauhkan dirinya dari Mark, "Ibuu..." Gumam Jeno cemas.



Dan saat Doyoung tiba di depan Jeno,









PLAK!









Ia menampar pipi kiri Jeno keras.












TBC









Batasan | MARKNO [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang