"Aku akan memberi tahu Ayah. Tentang... hubungan kita." Ucap Mark mengawali percakapannya dengan Jeno diatas jembatan tempat mereka saling mengungkapkan perasaan dulu.
Jeno yang sejak tadi hanya menatap air di depannya, langsung menolehkan kepala saat mendengar perkataan Mark barusan.
"Apa?!!" Jeno tidak bisa tidak terkejut dengan apa yang barusan dikatakan Mark.
Mark memutar tubuhnya menghadap Jeno, "Aku akan memberitahukan kepada Ayah soal hubungan kita." Ulangnya.
"Tapi kenapa?! Maksudku, di saat kedaan seperti ini?" Jeno tidak tahu apa yang ada di dalam kepala kekasihnya saat ini. Kenapa dia ingin memulai masalah baru disaat kondisi sedang tidak baik begini.
Mereka baru mendengar kabar buruk dari Ratu kemarin, dan Mark ingin menambah kabar menggemparkan lain?!
Mark memegang kedua tangan Jeno, "Aku hanya akan memberitahu Ayahku. Lagipula aku sudah berjanji tadi malam."
Jeno mengernyit bingung, berjanji? Janji apa?
Jeno menatap Mark bertanya.
"Tadi malam... aku hampir kelepasan mengatakan jika kau adalah kekasihku di depan Ayah. Jadi aku bilang padanya akan kuberitahu esok." Jelas Mark menjawab kebingungan Jeno.
"Lagipula Ayahku dulu yang memulainya. Ayah bilang ingin menikahimu. Tentu aku tidak terima! Dan... Yaa.. Akhirnya aku hampir kelepasan." Lanjut Mark.
Jeno menatap Mark tidak percaya, "Dan hyung percaya Yang Mulia ingin menikahiku??"
Mark merengut, "Yaa... Aku tidak tahu..."
Jeno menghela napasnya lelah, ia tahu Mark belum bisa berpikir jernih karena kabar kemarin, tapi tetap saja!
"Hanya Ayahku, Jeno. Aku hanya akan memberitahu Ayahku." Ucap Mark kembali membujuk Jeno.
Sebenarnya Mark bisa saja langsung memberitahu Ayahnya tanpa meminta persetujuan Jeno, tapi yang menjalani hubungan ini 'kan mereka berdua, rasanya tidak etis jika Mark memutuskan sesuatu tanpa memberitahu Jeno.
"Tapi hyung, Yang Mulia baru saja mendengar kabar buruk tentang istrinya. Aku yakin emosinya belum stabil." Jeno mencoba membujuk Mark agar Mark mau menundanya untuk saat ini.
"Dan saat Yang Mulia tahu kita menjalin hubungan diam-diam, bisa saja Yang Mulia marah besar nanti."
"Hyung tahu 'kan, menjalin hubungan diam-diam, apalagi hanya dengan orang kalangan bawah sepertiku, itu bukanlah sikap yang tepat bagi seorang Putra Mahkota." Jeno harap penjelasannya mampu menggoyahkan sedikit saja tekad Mark.
Resiko memberitahukan hubungan yang mereka jalin diam-diam saat ini adalah pilihan yang sangat tidak tepat.
"Tidak akan. Kalaupun Ayah marah, aku akan mengatasinya." Mark menatap mata Jeno serius, "Dan jangan mengatakan dirimu seperti itu. Aku tidak peduli tentang status atau apapun itu. Karena mencintaimu adalah hal terindah yang terjadi dalam hidupku."
Jeno menatap iris hitam sang kekasih. Ya. Sepertinya ia gagal menggoyahkan tekad yang lebih tua. Justru Jeno rasa, ia mendapat kekuatan baru untuk terus memperjuangkan hubungannya dengan orang di hadapannya ini.
Mark menarik Jeno kedalam pelukannya, "Aku akan mengatasi semuanya. Percaya padaku."
__
"Ayah, aku ingin bicara." Ujar Mark sore itu di aula tempat Ayahnya bekerja. Hanya ada Taeyong disana saat ini.
Taeyong tetaplah Raja yang harus mengurus masalah Kerajaannya, jadi mau tidak mau Ayahnya itu sudah harus duduk di depan meja kerjanya sekarang. Meskipun Mark yakin Taeyong tidak akan bisa seratus persen fokus pada pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batasan | MARKNO [END]✔️
FanfictionPersetan dengan batasan. Jeno akan melewati batasannya malam ini. bxb! MARKNO Mark dom! Jeno sub! MPREG! Gak suka? Gak usah baca lah!