Chapter 4

1.6K 103 1
                                    

Setelah selesai mengobati Jeno, Doyoung pergi ke dapur untuk mengambil kudapan dan minuman untuk Mark. Dia harus menyajikan sesuatu bukan.

Doyoung meletakan sepiring yakgwa di meja bersama dengan secangkir teh maesil-cha.

"Maaf pangeran, hanya ada ini dirumah." Biasanya Doyoung selalu menyimpan banyak kudapan dirumahnya, berjaga-jaga jika sewaktu-waktu Pangeran Giryeo itu kesini. Tapi sepertinya stok kudapan miliknya sudah habis dan dia lupa untuk menyetok kembali.

Karena letak rumah ini yang memang dekat dengan istana, Mark sering kemari untuk bermain bersama Jeno. Sudah sejak Mark masih berusia 3 tahun malahan. Tidak heran jika Jeno dan Mark menjadi sedekat itu.

Mark tersenyum menatap Doyoung, "Tidak masalah bibi. Ini bahkan terlihat lebih enak daripada makanan yang ada di istana. Bibi membuat yakgwa ini sendiri?" Mark mengambil sepotong yakgwa dari atas piring.

Doyoung terkekeh, "Iya, saya membuatnya sendiri. Jeno bilang dia ingin memakannya, jadi saya membuatkannya." Sikap rendah hati Mark ini mengingatkan Doyoung akan sikap yang juga dimiliki oleh sang Ratu. Tapi untuk mulut manis Mark itu, emm... sepertinya itu menurun dari Ayahnya.

Jeno mengabaikan percakapan kedua orang itu dan mencomot sepotong yakgwa yang ada di piring lalu memasukkannya kedalam mulut.

Doyoung menatap putranya kesal, "Lain kali jatuh 'lah lagi. Ibu ikhlass." Dia tidak bisa jika tidak memarahi putranya ini.

"Lagipula, kau ini kenapa keras kepala sekali?! Ibu sudah bilang berkali-kali padamu untuk selalu berhati-hati, jangan ceroboh. Tapi kau tidak pernah mendengarkannya."

Jeno merengut menatap ibunya, "Iya iya, aku akan lebih berhati-hati lain kali." Ucapnya dengan nada sewot.

"Jangan iya iya saja, tapi lakukan juga!" Doyoung jengkel dengan anak semata wayangnya ini. Bilangnya saja iya, tapi tidak dilakukan. Entah menurun dari siapa sifatnya itu.

Mark hanya diam melihat perdebatan keduanya, tanpa berniat menengahi ataupun membantu Jeno. Lagipula semua yang dikatakan Doyoung itu benar adanya.

Sesaat kemudian, dia teringat oleh obat yang dibuat Doyoung tadi, Mark 'pun bertanya, "Bibi, apakah obat yang bibi buat tadi untuk ibuku?

Doyoung menoleh kearah Mark, "Iya Pangeran. Itu untuk Yang Mulia Ratu. Saya akan memberikannya setelah makan malam nanti." Ucapnya dengan nada sopan.

Karena kondisi Ten yang melemah setelah melahirkan Mark, Ten diharuskan untuk meminum obat-obatan herbal setiap harinya. Dan Doyoung 'lah yang bertanggung jawab atas pengobatan itu.

"Apa ibu tidak bisa sembuh?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Mark dengan nada sendu.

Jeno yang ingin memasukkan yakgwa kedalam mulutnya langsung terhenti, tangannya menggantung diudara. Dia bertukar pandang dengan ibunya.

Doyoung terdiam, tidak bisa menemukan jawaban yang pas untuk pertanyaan sang Pangeran.

Penyakit Ten memang tidak bisa disembuhkan, apa lagi hanya dengan obat-obatan herbal. Obat-obat itu hanya membantunya untuk bertahan, tidak bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakitnya.

Dan menyembuhkan penyakit jantung? Doyoung tidak bisa, Pengetahuannya masih terbatas. Begitu juga dengan obat-obatan yang ada. Semuanya masih terbatas.

Jeno memasukkan yakgwa yang ada ditangannya tadi ke mulut Mark, "Hyung bilang yakgwa ini terlihat enak, tapi hyung hanya makan satu. Hyung harus makan lagi."

Mark mengunyah yakgwa yang dijejalkan oleh Jeno pada mulutnya. "Bagaimana aku bisa makan lagi? Kau menguasainya sendiri. Satu belum ditelan tapi kau sudah mengambil lagi."

Jeno hanya menyengir, menunjukkan wajah tak berdosanya. Mark terkekeh melihatnya, tangannya terangkat untuk mengusak surai Jeno.

Dan semua itu tak luput dari pandangan Doyoung. Dia hanya terdiam melihat interaksi keduanya.

Mark berdiri dari duduknya dan beralih menatap Doyoung, "Aku harus pulang bibi. Matahari sudah terbenam, Ayah dan ibu pasti mencariku." Dia pamit dan membungkukkan badannya sedikit.

Melihat itu, Doyoung 'pun ikut membungkukkan badannya kepada Mark, memberi hormat pada sang Pangeran.

"Aku pulang dulu, lain kali hati-hati." Mark pamit kepada Jeno dan menyempatkan mengusak surainya lagi sebelum berjalan keluar rumah.

Setelah punggung sang Pangeran Giryeo itu tidak terlihat, Doyoung menatap Jeno, "Kau harus membatasi dirimu dengan Pangeran Mark, Jeno. Mark adalah seorang Pangeran dan kau hanya orang biasa, ibu tau kalian dekat, tapi ingat batasanmu. Jangan gunakan perasaanmu. Ibu tidak ingin kau terluka."

Doyoung mengambil piring dan cangkir yang telah kosong dari atas meja lalu membawanya menuju dapur.

Sedangkan anak berusia sembilan tahun itu hanya menatap ibunya bingung, dia tidak paham apa maksud perkataan ibunya.













TBC



Yakgwa adalah jenis kue tradisional khas Korea yang terbuat dari tepung gandum, madu dan minyak wijen.

Maesil-cha atau teh plum adalah teh tradisional Korea yang terbuat dari maesil (plum segar), omae (plum asap), atau maesil-cheong (sirup plum).

•Maesil-cha atau teh plum adalah teh tradisional Korea yang terbuat dari maesil (plum segar), omae (plum asap), atau maesil-cheong (sirup plum)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yakgwa

Maesil-cha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maesil-cha

Batasan | MARKNO [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang