Chapter 7

1.3K 116 2
                                    

Setelah mendapatkan hadiah untuk Mark, kini Jeno dalam perjalanan pulang. Namun bukannya langsung pulang ke rumah, Jeno malah membelokkan kakinya ke arah sungai. Padahal ini sudah malam, tapi Jeno tidak menghiraukannya.

Jeno duduk diatas bebatuan yang ada dipinggir sungai. Matanya menatap air yang mengalir di sungai dangkal dihadapannya. Pikirannya melayang memikirkan saran Renjun tadi siang.

Andai di hutan waktu itu Jeno tidak melamun, kejadian itu pasti tidak akan terjadi. Dan Jeno tidak perlu bersikap seperti ini.

Apakah Jeno harus mengikuti saran Renjun?

"Kau menjauhiku."

Suara seseorang yang memasuki gendang telinga Jeno, membuat semua lamunannya buyar.

Jeno bangkit dari duduknya, kemudian berbalik ke sumber suara.

Jeno membulatkan matanya. Itu Mark!!

Mark berjalan mendekati Jeno. "Kau menjauhiku." Ulangnya lagi.

Jeno menatap kesana kemari. Dia tidak bisa menatap obsidian hitam didepannya.

"A-akuu ti-tidak--" Kalimat Jeno terpotong oleh Mark.

"Kau iya."

"Kenapa kau menjauhiku?" Mark menangkup wajah Jeno. Mengarahkan agar Jeno menatapnya.

Wajah Jeno memanas. Melihat Mark membuatnya mengingat kejadian di hutan waktu itu. Apalagi kini posisinya dengan Mark bisa terbilang dekat.

"A-akuu..." Sial. Jeno tidak bisa mengeluarkan sepatah kata 'pun!

Mark mengamati wajah Jeno. Meski malam, dia masih dapat melihat samar kedua pipi Jeno yang memerah.

"Karena kejadian di hutan waktu itu?" Tebak Mark kemudian.

Wajah Jeno semakin memanas. Jeno melepaskan tangan Mark yang berada di pipinya, mendorong dada Mark agar menjauh darinya.

"Ti-tidak! Bukan ka-karena itu." Jeno merutuki dirinya dalam hati. Kenapa dia tergagap menjawabnya sih?!

Mark terkekeh, "Kau tidak bisa berbohong."

Jeno terdiam. 'Tolong pikirkan sesuatu Jenoo' batinnya.

Wajah Mark kembali serius. "Jadii.. Apa tebakanku benar?" Mark melangkah maju mendekati Jeno. Membuat Jeno memundurkan kakinya untuk menjaga jarak aman diantara mereka.

"H-hyung.." Jeno semakin melangkah mundur tatkala langkah kaki Mark yang semakin mendekat ke arahnya.

"Hyung tunggu dul--"

"Akhhh!!"

Karena terlalu fokus memundurkan langkahnya, Jeno tidak sadar jika dia sedang berada dipinggir sungai. Kakinya terpeleset oleh batu yang dia pijaki.

"Jenoo!!" Seru Mark panik saat melihat tubuh Jeno oleng dan akan jatuh ke sungai.

Tangan kanan Mark reflek meraih pinggang Jeno, sedang tangan kirinya memeluk kepala Jeno, melindungi kepala Jeno agar tidak membentur bebatuan yang ada di sungai.


Byurr!!


Keduanya jatuh ke sungai yang dangkal itu. Beruntung mereka jatuh bukan di tempat yang penuh batu-batu besar. Jika tidak keduanya pasti akan terluka parah.

Jeno memejamkan matanya erat. Tangannya mencengkram kuat hanbok yang dikenakan Mark.

"Kau baik-baik saja?"

Suara berat Mark yang terdengar membuat Jeno membuka matanya. Wajah yang lebih tua langsung menyapa indera penglihatannya. Hanbok, rambut, wajah, dan badan Mark basah semua.

"Ughh... I-iya. Aku baik-baik saja." Jeno melepaskan genggamannya pada hanbok Mark.

Mark bangkit. Mengulurkan tangannya kehadapan Jeno.

Jeno menatap uluran tangan didepannya sebentar, lalu setelahnya Jeno meraih uluran tangan Mark. Bangkit berdiri dari jatuhnya. Tubuhnya juga basah kuyup. Air sungai yang dingin membuatnya menggigil. Apalagi ini sudah malam.

Mark menyadarinya tentu saja. "Ayo pulang. Kau bisa sakit." Mark langsung menarik tangan Jeno untuk keluar dari sungai tanpa menunggu jawaban dari sang empu.

Jeno hanya menatap tangannya yang bertaut dengan tangan Mark. Jeno ingat betul bagaimana Mark melindunginya saat dia terjatuh tadi.

Netra Jeno langsung mengamati tangan kiri Mark, punggung tangan Mark terluka!

Jeno menghentikan langkahnya. "Tanganmu terluka Hyung!" Jeno meraih tangan kiri Mark. Sepertinya punggung tangan Mark tergores batu saat melindungi kepalanya tadi.

"Ini hanya luka kecil. Sudahh. Ayo pulang. Kau benar-benar akan sakit jika berlama-lama diluar." Mark kembali meraih tangan Jeno dan menariknya untuk segera pulang ke rumah.

"Tapi hyu--" Kalimat Jeno terpotong saat Mark tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Mark berbalik kearah Jeno. "Kau bisa mengobatinya nanti." Setelah mengucapkannya, Mark kembali melanjutkan langkahnya yang beberapa kali sempat terhenti itu.

Mark menggenggam tangan Jeno, berjalan disamping pemuda itu. Sesekali Mark akan menggosok-gosokkan kedua tangannya ke tangan Jeno. Berharap Jeno bisa merasa sedikit lebih hangat.

Jeno mengamatinya. Hatinya menghangat. Bagaimana bisa Jeno tidak semakin jatuh cinta pada Mark jika begini?!

'Ibu, maafkan aku jika nanti aku tidak bisa menjaga batasanku' batin Jeno.











TBC

Batasan | MARKNO [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang