Chapter 30

1.1K 93 2
                                    

Matahari telah terbenam di ufuk barat. Jeno terlihat mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia sedang merapikan kamarnya yang entah bagaimana bisa seberantakan ini.

Atau mungkin memang biasanya begini, dan Jeno baru menyadarinya sekarang?


Tok.. Tok.. Tok..


Suara pintu kamar yang diketuk, mengalihkan perhatian Jeno dari apapun yang dilakukannya sekarang.

Tak lama kemudian, tampak sang Ayah menyembulkan kepalanya setelah dia membuka sedikit pintu kamar Jeno.

"Ayah boleh masuk?" Tanya Jaehyun sembari tersenyum sampai menampilkan lesung pipinya.

"Masuk saja, Ayah." Jeno ikut tersenyum.

"Kenapa Ayah sudah pulang jam segini? Biasanya juga tengah malam baru pulang." Jeno kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda sebentar tadi.

Jaehyun tertawa kecil, ia langkahkan kakinya memasuki kamar Jeno. Kemudian ia mendudukkan dirinya di kasur. "Yang Mulia menyuruh Ayah pulang lebih awal."

Jeno hanya mengangguk sambil terus melakukan pekerjaannya merapikan kamar.

Jaehyun menatap Jeno lamat, "Putra Ayah sudah besar ya sekarang."

Pergerakan Jeno kembali terhenti.

"Kenapa tiba-tiba mengatakan itu?" Tanya Jeno bingung. Ia rasa ada sesuatu tentang Ayahnya.

"Memang kenapa? Ayah hanya bilang kau sudah besar." Jaehyun tersenyum tulus, "Rasanya baru kemarin Ayah menggendongmu saat kau bayi. Dan sekarang, kau sudah 24 tahun. Waktu berlalu terlalu cepat."

Jeno mengerucutkan bibirnya. Memilih menunda pekerjaannya, menghampiri Ayahnya, dan duduk di sampingnya.

Jeno memeluk lengan kiri Jaehyun, menyandarkan kepalanya di bahu sang Ayah.

Jaehyun mengusap rambut Jeno, "Karena kau sudah 24 tahun, mungkin sebentar lagi akan ada yang akan meminangmu."

Jeno mengangkat kepalanya dari bahu Jaehyun, ia mengerutkan dahinya, "Apa maksud Ayah?"

"Menikah tentu saja, apalagi? Cepat atau lambat kau akan menikah juga dengan orang lain. Meskipun Ayah tidak siap jika kau akan pergi meninggalkan Ayah, tapi kau tetap akan menikah 'kan." Jaehyun ingin sedikit menjahili Jeno. Hitung-hitung memberi Jeno sedikit pelajaran karena telah menyembunyikan hubungannya dengan Mark.

Jeno menatap tidak suka pada Jaehyun, "Aku tidak akan meninggalkan Ayah. Lagipula, Menikah? Aku belum akan menikah."

"Kenapa? Karena kau belum memiliki calon? Jika soal itu, tenang saja. Ayah mengenal seorang pemuda yang baik." Jawab Jaehyun sambil mengedipkan sebelah matanya.

Jeno melepaskan tangannya dari lengan kiri Jaehyun. "Ayah ini kenapa? Aku tidak ingin tahu siapapun itu!" Keluh Jeno kesal. Jeno tidak suka jika Jaehyun menjodoh-jodohkannya dengan orang lain.

"Heii. Cobalah bertemu dulu dengannya. Ayah yakin kau pasti akan menyukainya." Jaehyun menjalankan aktingnya dengan baik.

"Tidak! Kenapa Ayah jadi menjodohkanku sih?! Aku tidak mau!"

Sudah Jeno duga, sejak awal Jaehyun memasuki kamarnya, Ayahnya itu pasti punya niat tersembunyi.

"Memangnya kenapa? Meski awalnya tidak kenal, kalian akan menjadi lebih akrab seiring berjalannya waktu." Balas Jaehyun tenang.

"Pokoknya aku tidak mau!" Pekik Jeno.

"Kau harus menikah, Jeno. Umurmu sudah 24 tahun." Nada suara Jaehyun terdengar serius.

Batasan | MARKNO [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang