Chapter 23

1.2K 103 8
                                    

Jeno bergegas melemparkan tubuhnya ke kasur dan menyembunyikan wajahnya di bantal miliknya.

"Jenoo! Kau sudah gilaa!" Maki Jeno pada dirinya sendiri.

"Aaaa. Apa yang sudah aku lakukan!" Pekik Jeno seraya memukul-mukul kasur dengan tangan dan kakinya.

"Bagaimana aku bisa bertemu Mark hyung besok." Rancau Jeno.

Jeno terlalu malu untuk bersitatap dengan Mark setelah kelakuannya tadi. Bagimana bisa Jeno jadi senakal itu?! Apa yang akan dipikirkan Mark tentangnya nanti?! Aaa... Jeno ingin menghilang saja rasanya.

Jeno bangkit duduk dari acara tengkurapnya. "Jung Jeno bodoh!" Rutuk Jeno sembari menepuk-nepuk kedua pipinya berkali-kali.

Jeno kembali menyembunyikan wajahnya yang memerah di bantal, "Ini memalukan!"

"Ibu pasti akan memukulku jika tahu kelakuanku tadii." Memikirkannya Jeno sudah merinding. Doyoung itu galak sebenarnya. Lebih galak dari Renjun.

"Bahkan Yang Mulia Ratu melihatnya tadi." Ucap Jeno dengan nada merengek.


__



Matahari mulai berjalan ke arah barat. Sore itu, Mark dan Ten terlihat berbincang santai di taman belakang istana.

"Jeno bilang, ada yang ingin ibu bicarakan." Ucap Mark membuka topik pembicaraan.

"Ah. Iya, tapi tidak terlalu penting. Ibu hanya ingin berbincang saja denganmu." Jawab Ten.

Ten menatap putranya. "Ibu memang ingin cepat punya cucu. Tapi bukankah kalian harus menikah dahulu?"

"Ibuu... Itu tadi sebuah kesalahan." Ucap Mark dengan wajah yang memerah. Mark malu tentu saja. Apalagi dipergoki oleh ibunya.

Ten tersenyum jahil, "Eyy.. Benarkah? Jujur pada ibu, sudah berapa kali kalian melakukannya?" Tanya Ten dengan berbisik.

"Ishh! Kami belum pernah melakukan itu, ibuu... Kenapa ibu berpikiran kesana sih?" Protes Mark.

Ten merengut, "Ya salah kalian sendiri. Kalian yang membuat ibu berpikiran kesana." Sewot Ten.

"Tapi... Kalian juga sudah sama-sama dewasa. Ibu ingin cucu yang menggemaskan seperti Jeno." Ujar Ten berbisik diakhir kalimatnya.

"Ibuu.." Rengek Mark. Kenapa ibunya suka sekali menggodanya?!

Ten tertawa, "Hahaha... Baiklah, maafkan ibu. Ibu hanya bercanda."

"Tapi kalian belum pernah melakukannya 'kan?" Tanya Ten serius setelah berhenti tertawa.

"Belumm. Belum pernah. Itu tadi kesalahan kami." Jelas Mark.

"Maka dari itu, agar kalian tidak melakukan kesalahan lagi, cepat nikahi Jeno." Ujar Ten.

Mark terdiam sejenak, "Apa Ayah akan mengizinkan?"

"Tentu saja. Ayahmu itu tidak memandang kasta. Lagipula sebenarnya ibu juga bukanlah anak kandung kakekmu 'kan? Bahkan asal-usul ibu tidak jelas. Tapi Ayahmu tetap menikahi ibu." Ten menjeda ucapannya.

"Jadi jangan khawatir. Ayahmu akan merestuinya. Bicaralah pada Ayahmu." Lanjut Ten menyelesaikan kalimatnya sambil tersenyum.

Mark memandang ibunya, kemudian memeluknya sayang. "Ibu tetap anak kakek, adik tersayang paman Johnny dan bagian keluarga dari Seonju. Jangan berkata asal-usul ibu tidak jelas lagi."

"Itu hanya perumpamaan, sayang. Ibu tahu. Ibu hanya ingin bilang kalau Ayahmu tidak akan mempermasalahkan kau menikah dengan orang biasa atau bangsawan." Ten mengelus sayang punggung Mark.

"Paman Jaehyun dan bibi Doyoung..." Mark tidak melanjutkan kalimatnya.

"Ibu rasa Jaehyun tidak akan sulit dibujuk. Jika Doyoung... Ibu akan bantu membujuknya."

Ten terdiam sesaat, setelah itu, "Kau sudah ingin menyerah sebelum berusaha?!" Ten melepaskan pelukannya dan menatap putranya serius.

"Tentu saja tidak! Aku tidak akan menyerah. Aku akan berusaha membujuk paman dan bibi sampai mereka merestui hubunganku dengan Jeno." Ujar Mark penuh keyakinan.

Ten tersenyum, "Bagus. Kau tidak boleh menyerah! Apapun rintangannya, hadapi! Kau bisa mengalahkan musuh meski tubuhmu sudah bersimbah darah, tapi kau tidak bisa meminta restu untuk cintamu?! Itu akan memalukan!" Ucap Ten menggebu-gebu.

Mark terkekeh, "Tidak akan, ibu. Aku tidak akan mempermalukan Ibu, Ayah, ataupun diriku sendiri."

Ten tersenyum lebar seraya mengacungkan kedua ibu jarinya kehadapan Mark.



Namun,



Sepersekian detik kemudian, raut wajah Ten berubah. Tangan kanan Ten memegang dada kirinya, merematnya kencang, melampiaskan rasa sakit yang ia rasakan pada jantungnya. Ten kesulitan bernapas, wajahnya memerah, ia berusaha keras untuk mengais oksigen.

Melihat Ten yang kesakitan sontak membuat Mark panik. "Ibu, ada apa?!"

"Sa-sakithh..." Rintih Ten.

Mark semakin panik dibuatnya. "Dayang Shin! Panggil bibi Doyoung ke istana! Cepat!" Titah Mark pada dayang pribadi Ten yang berdiri tak jauh dari tempatnya berada.

Mark langsung mengangkat tubuh Ten dan bergegas membawa ibunya ke kamar. Berdoa dalam hati, semoga ibunya baik-baik saja.











TBC











Ah, udahlah. Anehh:/

Batasan | MARKNO [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang