7. Permintaan

59 42 20
                                    

Jika aku terlahir memang untukmu, maka biarkan aku selalu melindungimu...

💔💔💔

Panasnya terik mentari tidak akan mengalahkan cerahnya wajah seorang wanita yang tengah duduk di depan Pohon Peri seraya senyum di wajahnya begitu merekah. Hal itu tentu membuat mata Kenzo tidak dapat berkedip sekejap karena menatap keindahan yang mungkin tidak akan hilang untuk selamanya.

Menikmati deru angin yang berhembus, sambil melayang-layangkan kakinya yang bersepatu kets, tentu seakan membuatnya sedang bahagia saat ini. Kenzo segera kembali menyadarkan dirinya karena terlalu larut dalam dekapan khayalan.

"Kenapa aku menatapnya seperti itu?" batin Kenzo dengan suara yang kesal.

Mata wanita yang tengah duduk sendiri itu pun menyadari kehadiran Kenzo sudah berada di sana. Dia langsung melambaikan tangannya memanggil Kenzo untuk menghampirinya.

"Kenzo! Ke mari!"

Kenzo cukup malas untuk beranjak menghampirinya, wanita yang tidak ada dalam list hidupnya, yaitu Lovy Nayresa. Wanita yang pasti akan mengganggu dan tidak akan mengubrisnya. Namun, kaki Kenzo tetap melangkah untuk mendekati Lovy.

"Hari ini, tidak ada pameran Mamah, jadi aku mau bersantai di sini," ujar Lovy dengan sangat antusias.

"Hm."

Kenzo hanya membalas dengan kata itu, dan langsung berkacak pinggang seraya mimik wajahnya yang datar itu kembali menghiasi. Lovy sendiri cukup dibuat kesal karenanya.

"Kamu juga, kenapa ke luar sendirian, di mana Yingjun?" tanya Lovy sembari menatap ke sekitar untuk mencari keberadaan Yingjun.

"Dia ada urusan lain," jawab Kenzo dengan sangat datar.

"Oh."

Kenzo perlahan menatap Lovy. Dia kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, ketika Damar menyuruhnya untuk bekerja sama. Dipikirannya, Kenzo ingin bekerja sama dengan orang itu, namun tidak sendirian, melainkan mengajak Lovy. Tapi entah kenapa, rasanya sulit untuk mengungkapkannya.

"Lovy ... " panggil Kenzo tiba-tiba sangat lembut.

"Kenapa? Tiba-tiba jadi lembut gitu?"

"Aku datang ke dunia ini karenamu, tentu aku harus minta imbalan atas semua itu," tutur Kenzo dengan penuh penekanan.

"Imbalan? Atas apa?"

"Kamu harus bertanggung jawab atas kehadiranku di dunia ini. Apa bisa memberiku satu permintaan?" pinta Kenzo.

Lovy nampak bergeming sejenak, karena memikirkan hal yang pasti nanti akan menyulitkannya. "Boleh, tapi harus sesuai kemampuanku, ya!" tegas Lovy.

"Tentu. Aku mau, kita membuat buku komik."

Seketika tubuh Lovy merasakan getaran akan rasa emosi. Benar saja, Kenzo pasti akan meminta hal yang tidak ingin dilakukannya. "Sudah kubilang, aku tidak mau menjadi penulis buku komik!" tukas Lovy.

"Hanya menemaniku, lagipula itu juga bisa membuatmu berhasil, bukan? Jika komik kita terkenal, maka kita juga akan menjadi penulis yang terkenal!" jelas Kenzo, namun Lovy tidak mengubrisnya.

"Kenapa harus buku komik?"

"Karena ... " Kenzo menggantung ucapannya. "Aku yakin, itu akan berhasil," ujar Kenzo yang tiba-tiba suaranya menjadi sangat hangat didengar.

"Kamu nggak tahu, apa alasan aku menolak menjadi penulis buku komik. Kalau kamu tahu, pasti kamu nggak akan maksa aku!" geram Lovy karena sudah mulai kesal dengan Kenzo.

Mr. Kenzo | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang