1. Pohon Peri

139 77 21
                                    

💔💔💔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💔💔💔

Kehangatan sinar mentari telah memenuhi seluruh pelosok Kota, terutama Kota yang menjadi tempat utama dalam kisah ini —Kota Jingga. Menjadi tempat bertumbuhnya seorang wanita cantik dengan wajah merona dan tas selempang yang tengah dikenakannya. Berjalan tanpa henti menatap setiap unsur bumi dan sesekali tersenyum menyapa para pejalan kaki.

Lovy Nayresa, wanita yang telah dideskripsikan tadi. Dia hendak pergi ke kantor penerbitan buku untuk mengirimkan naskah novelnya. Benar, Lovy memiliki cita-cita menjadi seorang penulis. Dia bahkan seorang lulusan Sarjana Sastra Indonesia dan suka menulis sejak masih sekolah menengah pertama.

"Maaf, kami tidak bisa menerima naskahmu."

Namun, semangatnya selalu layu ketika naskah novelnya tidak pernah diterima. Padahal, dia sudah belajar dengan baik dan beberapa kali merevisi naskahnya. Memang benar, apa yang terlalu diharapkan tidak boleh berlebihan, karena hanya berujung kekecewaan.

Daripada terus berdiri di depan banyak orang berlalu-lalang seperti ini, lebih baik dia memilih pulang saja. Menuju rumah dia pulang dengan naik bus. Sambil menikmati angin yang berhembus lewat kaca jendela, betapa indahnya pemandangan Kota Jingga. Tapi, dia jadi rindu suasana desa tempat tinggalnya saat kecil.

Tinn! Tidak lama bus yang dinaiki tiba di halte dekat dari rumah. Butuh waktu 5 menit berjalan untuk sampai di sana. Di setiap perjalanan, Lovy akan melewati beberapa kolam kecil yang sangat indah dan ramai dengan banyak orang. Tempat tinggalnya sekarang dekat dengan taman wisata, maka dari itu akan ramai orang apalagi di waktu seperti ini.

Ada satu pohon yang di sampingnya juga terdapat kolam. Pohon itu mendapat julukan Pohon Peri. Sebenarnya dia tidak terlalu percaya, namun katanya jika membuat permohonan di sini maka apa yang kita inginkan akan terkabul.

"Hei, hei, wanita, sedang apa kamu di sini?"

Dia menoleh ke arah sumber suara bariton seorang pria dewasa yang memanggilnya. Dia sangat mengenal pria dewasa itu, karena dia sudah sejak kecil tinggal di sana dan akan sering bertemu dengannya.

"Ahjussi, Jal-seng-gin namja!" sapanya dengan senyuman bak kelopak bunga yang sedang merekah.

Bahasa korea, tentu. Itu adalah julukan pria dewasa yang sedang berada di dekatnya saat ini. Panggilan random darinya selalu datang. Dia tidak bisa mengatakan kalau pria dewasa yang sedang berada di hadapannya kini memang cukup tampan. Wajah pria itu seperti seumuran Ayahnya jika dipikir-pikir. Namun, dia tidak berani menanyakan identitas pribadi tentang pria itu. Bahkan, nama aslinya saja Yingjun, yang diambil dari aksara china —artinya Tampan. Dia hanya penasaran karena namanya seperti ada sensasi Korean, tapi setelah dicari di internet, ternyata berasal dari bahasa China. Aneh namun dia tidak bisa memikirkannya.

"Jangan susah-susah panggil aku seperti itu," ujar Yingjun padanya.

"Iya, Yingjun tahu tidak itu artinya apa?" tanyanya yang mengundang candaan di antara mereka.

Mr. Kenzo | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang