Untuk menjadi seorang penulis, nampaknya juga memerlukan banyak inspirasi dan ide dari luar terutama alam sekitar. Begitulah bagi dua orang yang saat ini berada di taman, duduk di kursi berdua namun tidak saling menyapa. Siapa lagi kalau bukan Kenzo dan Lovy.
Hanya ada suara deru gelombang angin dan daun-daun kering yang berhamburan. Bahkan suara burung-burung yang berterbangan pun lebih keras dari pada suara mereka.
"Sejak tadi kamu berdiam diri saja, setidaknya bicara apapun denganku." Akhirnya Lovy sudah merasa bosan dan tidak sanggup lagi didiamkan begitu lama oleh Kenzo.
"Aku sedang mencari inspirasi," balas Kenzo sangat datar.
Tentu itu bukanlah alasan utamanya. Kenzo menjadi terdiam dan hanya bungkam ketika bersama Lovy, adalah salah satu cara agar perasaannya tidak terlalu mengguncang. Kenzo sedang memikirkan bagaimana caranya agar dia tidak terbawa perasaan lagi oleh Lovy. Karena, baginya Lovy hanyalah wanita yang menjengkelkan, pengganggu dan merepotkan.
"Inspirasi apa?" tanya Lovy yang masih penasaran.
"Dibuku novelmu, pria utama itu diambil dari kisah nyata seorang pangeran yang diusir dari kerajaan karena menikahi wanita miskin, bukan? Aku sedang memikirkan itu," jawab Kenzo dengan wajah tanpa menoleh sedikit pun.
Lovy mengangguk. "Betul."
Kenzo mulai menetralkan hatinya yang tidak teratur. Dia pun sudah mulai merasa tenang dan memberanikan diri untuk menatap Lovy. "Lalu apa mereka berakhir bahagia?" tanya Kenzo untuk memecah rasa gugupnya.
"Tentu bahagia. Akhirnya Raja merestui mereka dengan banyak memberikan rintangan."
"Nah!" Kenzo memetikan ibu jarinya. "Berarti aku harus membuat gambar Kerajaan dan Desa sekarang. Tapi, aku tidak tahu tempat di sini yang hampir mirip dengan seperti dibuku Novel," sambung Kenzo dengan matanya yang seakan seperti memikirkan sesuatu.
"Apa perlu datang langsung ke tempat saat kita menulis tempat itu?" tanya Lovy bingung.
"Tentu, kita harus membuat titik di tempat tersebut. Dan menentukan setiap sudutnya, agar cerita terasa lebih nyata," jelas Kenzo dengan sangat luwes.
"Menurutku, itu agak merepotkan," balas Lovy sambil mengernyit.
"Apa yang merepotkan, menjadi seorang penulis harus benar-benar memahami alur, tokoh, dan suasana cerita. Jangan seperti yang ada dibuku novelmu itu, pantas saja selalu ditolak!" tukas Kenzo yang kemudian tersenyum picik.
"Hei! Aku enggak benar-benar ditolak ya, mereka cuma mau aku merevisinya lagi!" kilah Lovy tidak terima.
"Iya, iya, mereka mengatakan itu agar kamu tidak kembali lagi ke sana."
Lovy terlihat murung setelah mendengarucapan darinya. "Benar, aku memang tidak pantas jadi Penulis."
Seketika hati Kenzo dipenuhi rasa bersalah karena sudah mengatakan hal yang kurang mengenakan. Padahal dia tahu bahwa Lovy memiliki kisah masa lalu yang kelam. "Siapa bilang? Itu dulu. Sekarang karena ada aku, kamu harus jadi penulis!"
Kenzo sendiri terkejut dengan apa yang barusan dia katakan. Dia pun segera mengatupkan bibirnya dan menatap ke arah lain agar Lovy tidak melihat wajahnya yang sudah merona.
"Kenzo ... kenapa aku ngerasa akhir-akhir ini kamu jadi baik," ledek Lovy kemudian terkekeh.
Kenzo sontak bangkit dari tempat duduknya dan berdiri tegap dengan wajah tegas seperti tidak berperasaan. "Ayo kita pergi!" ajak Kenzo.
Lovy berdecih. "Mau ke mana?"
"Cari tempat inspirasi itu, bawa aku kemana saja, tempat yang kamu tahu mirip dengan setting tempat dibuku novelmu," jelas Kenzo dengan tangan yang masuk ke kantung celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Kenzo | Sudah Terbit
FantasyCerita sudah terbit dan open PO dari tanggal 1 - 13 Agustus 2024 Cek part terakhir👉 🌳🌳🌳 Bagaimana kalau hanya dengan memohon kepada Pohon Peri, segala keinginanmu akan terpenuhi? Apakah bisa juga mendapatkan kebahagiaan dan kehadiran seorang pa...