20. Rasa Sedih

20 9 2
                                    

Lovy berjalan dengan tingkah lunglai menuju kamar Kirana. Entah kenapa, semenjak ditinggal pergi Kenzo, dia sudah tidak memiliki semangat untuk tidur sendirian lagi. Di malam mencekam seperti ini, dia memilih pergi ke kamar Kirana, karena tidak ingin tidur sendirian.

"Mah, apa aku boleh tidur bersama Mamah?" ucapnya ketika sudah berada di depan pintu kamar Kirana.

"Ah, tentu sayang. Kemari lah!"

Dia pun berjalan menuju kasur Kirana dengan tangan yang memegang satu bantal tidurnya. Dia mulai membaringkan tubuhnya di samping Kirana, dan diselimuti kain tebal.

"Mah, apa Mamah percaya jika ada seseorang yang terlahir kembali, namun wajah dan asal-usulnya berbeda. Tapi ... sikap dan perilakunya hampir sama?" ucapnya lagi ketika Kirana sudah hampir menutup mata.

"Terlahir kembali? Sepertinya Mamah kurang percaya," balas Kirana santai.

"Kenapa Mamah tidak percaya?"

"Karena, orang yang sudah pergi, dia sudah hidup di kehidupan yang sangat indah, yaitu surga. Tetapi jika orang itu adalah orang yang jahat di dunia, maka orang itu akan pergi ke neraka."

Kirana mengelus-elus puncak kepalanya dengan sangat lembut. "Jadi ... menurut Mamah tidak akan ada orang yang terlahir kembali. Orang yang mirip dengan orang yang telah tiada, itu hanya sebuah kebetulan," sambung Kirana lagi.

Benar, apa yang diucapkan Mamahnya barusan adalah kebenaran. Namun, entah kenapa dia merasa bahwa hal tersebut seperti sedang terjadi. Dia terkadang mengira, bahwa Kenzo seperti orang yang terlahir kembali, dan reinkarnasi dari Kenzo itu adalah Papahnya.

Meski nama keduanya yang hampir sama, mungkin dia pikir itu hanya kebetulan. Nama yang sama itu pasti dimiliki setiap orang. Tapi, bagaimana dengan perilaku dan sikap yang sama? Itulah yang jelas selalu ditunjukkan Kenzo kepadanya. Seperti beberapa hari yang lalu, ketika Kenzo tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan Vyvy.

Jelas nama itu adalah panggilan nama pada saat dia masih bayi. Dan, sampai sekarang panggilan itu tidak ada yang tahu kecuali Mamahnya. Bahkan teman sekolahnya pun, tetap memanggilnya dengan nama asli, yaitu Lovy.

"Ada apa ini? Kenapa putri Mamah tiba-tiba melamun?"

Panggilan Kirana berhasil membuat lamunannya berhenti. Dia segera membalas ucapan Kirana dengan senyuman, dan kembali menenggelamkan kepalanya pada pelukan Kirana.

"Bagaimana buku komikmu? Apa sudah selesai dan siap diterbitkan? Oh ya, dimana Agust, dia nggak kelihatan lagi belakangan ini," tanya Kirana penasaran.

"Sudah selesai Mah, dan dia ..." Dia menggantungkan ucapannya, berusaha untuk merangkai kata agar tidak mengatakan bahwa Kenzo sebenarnya sudah pergi selamanya. "Dia, sedang pulang kampung."

"Oh ya? Pasti dia sangat rindu kampung halamannya ya."

Kini pikirannya kembali berkecamuk kepada Kenzo. Baru ditinggal beberapa hari saja, rasanya sudah hampir kehilangan nyawa sendiri. Dia menatap Kirana yang hampir lelap tidur, namun di hatinya ada sesuatu yang mengganjal, dia harus mengatakan ini di waktu yang tepat bukan? Dan berharap kalau Kirana tidak akan marah padanya setelah mengatakan ini.

"Mah, sebenarnya ... penerbit pilihanku adalah ..." Kirana tampak mendengar ucapannya yang menggantung. Dia bahkan bingung harus melanjutkan ucapan itu atau tidak.

"Naratama Publisher, aku memilih penerbit itu," sambungnya setelah mantap untuk benar-benar mengatakannya.

"Apa? Kamu?"

Benar bukan, Mamahnya pasti tidak akan menerimanya. Mengingat bagaimana hubungannya dengan Damar, adalah sesuatu yang mustahil. Dan hanya akan ada kebencian yang menyelimutinya.

Mr. Kenzo | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang