16. Permohonan Maaf

21 14 2
                                    

Talent baru sudah didapatkan, semua orang di kantor penerbit sedang sibuk untuk memulai debut beberapa karya para penulis buku komik agar tidak terlewat sedikit pun. Begitu pula dengan Damar, sebagai CEO of Naratama Publisher, dia sedang digaduhkan dengan beberapa pertanyaan mengenai bagaimana Talent baru itu memulai cerita? Bagaimana kamu bisa menemukan Talent baru itu? Apa yang akan dilakukan kepada Talent sebelumnya jika Talent baru ini akan lebih baik?

Pertanyaan itu tentu membuatnya frustasi dan sedikit terganggu. Mengingat pekerjaannya bukan hanya untuk memenuhi kriteria para pembaca saja, tapi harus memenuhi segala kebutuhan para karyawannya di kantor. Saat sedang sibuk berkutik dengan isi kepala, tiba-tiba Naran, sekretaris pribadinya datang untuk memberikan informasi.

"Pak Damar, Kenzo sudah datang," ucap Naran sambil membungkuk memberikan hormat.

Damar menganggukkan kepalanya sebagai tanda memberikan persetujuan agar orang yang baru datang itu segera masuk. Tidak lama, Kenzo hadir melalui balik pintu dengan tangan yang dipenuhi kertas-kertas.

"Ada apa, Kenzo?"

Damar hanya bisa mengernyit saat melihat ekspresi tanpa makna timbul di wajah Kenzo. Kenzo ini adalah Kenzo Rezana, seorang penulis buku komik yang terkenal dan menjadi Talent terbaik di perusahaannya. Namun, entah hal apa yang membawanya masuk ke dalam kantor dengan ekspresi tidak senang seperti itu.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa karya milikku diambil oleh Talent barumu!" Kenzo langsung melempar kertas-kertas yang tadi digenggamnya berhamburan di depan wajah Damar.

"Apa yang kamu lakukan Pak Kenzo!" pekik Naran sambil membereskan kertas-kertas tidak tertata itu.

"Kamu sudah tahu atau belum? Talent barumu menggunakan karyaku, yang sudah tersinopsis rapih? Apa kamu sengaja melakukan itu?" pungkas Kenzo lagi, kali ini amarahnya semakin memuncak.

"Bisakah kamu sedikit mengalah? Lagi pula kamu sudah terkenal," balas Damar santai dan penuh penegasan.

"Mengalah? Ternyata benar apa yang terjadi? Kamu melakukan itu, sengaja?"

Damar sama sekali tidak mengerti apa yang terus dimaksudkan oleh Kenzo. Mengingat dia hanya fokus pada pekerjaan dan beberapa pertanyaan wartawan, sampai dia tidak mengetahui apa arti dari amarah Kenzo di hadapannya ini.

"Bisakah kamu jelaskan terlebih dahulu? Tidak baik menggunakan emosi yang berlebih kepada bosmu," ujar Damar sambil menyandarkan kepalanya di kursi.

"Aku ... tidak akan pernah menerima ini!"

Dengan tiba-tiba, Kenzo meraih kertas yang sudah dikumpulkan oleh Naran sejak tadi. Kini, Kenzo langsung pergi ke luar dari ruangan Damar dengan raut wajah yang lebih dari sekedar amarah.

Damar masih merasa bingung, namun dia segera bangkit dan mengejar Kenzo yang cukup berjalan jauh dari ruangannya. Tapi, dia berhasil menahan Kenzo yang masih berdiri di depan lift kantor.

"Apa yang akan kamu lakukan? Tidak bisakah mendengarkan penjelasanku dulu?" Damar memegang tangan Kenzo begitu erat sekaligus menahan agar Kenzo tidak meninggalkannya.

"Penjelasan? Apa seperti ini seorang Bos memperlakukan karyawannya?"

Kenzo kembali menepis genggaman tangannya dengan sangat keras. Emosi yang meledak di wajah Kenzo, berubah menjadi seringaian picik bersenandung tawa.

"Aku akan melaporkanmu, kepada polisi!"

Tidak lama, pintu lift pun terbuka, membuat Kenzo segera masuk dan menutupnya untuk turun ke lantai bawah. Sedangkan Damar, dia masih disibukkan dengan pikiran dan maksud dari setiap kata-kata yang diucapkan Kenzo tanpa memahami artinya. Naran yang masih berada di sampingnya, kini membungkuk hormat.

Mr. Kenzo | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang