Cantika, seorang gadis muda yang cerdas dan berbakat, pernah menjalani hubungan yang manis dengan Jax. Namun, seperti kisah cinta yang seringkali berliku, hubungan mereka pun harus berakhir. Cantika merasa patah hati, namun tak pernah menyerah pada...
Cantika dan Manuel kembali dari liburan mereka di Korea dengan banyak kenangan indah. Mereka memutuskan untuk kembali ke Filipina, tempat mereka tinggal dan bekerja, untuk menyambut kelahiran anak pertama mereka.
Setelah beberapa minggu kembali dari Korea, Cantika dan Manuel menikmati malam santai di rumah mereka di Manila. Mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama dengan memakai masker wajah, sebuah ritual yang sudah menjadi kebiasaan mereka. Mereka tertawa dan berbicara tentang segala hal, dari pekerjaan hingga rencana masa depan mereka setelah bayi mereka lahir.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Manuel, anong tema sa tingin mo ang dapat nating palamutihan ang nursery?" "Manuel, menurutmu kita harus mendekorasi kamar bayi dengan tema apa?" tanya Cantika sambil tersenyum, mengingat pembicaraan mereka saat liburan.
Manuel tertawa. "Siguro space theme? I always imagined our child as one Explorer." "Mungkin tema luar angkasa? Aku selalu membayangkan anak kita sebagai seorang penjelajah."
Cantika mengangguk setuju. "Iyan ay isang magandang ideya. Gusto ko." "Itu ide yang bagus. Aku suka."
Tiba-tiba, Cantika merasakan sesuatu yang aneh di kakinya. Dia melihat ke bawah dan terkejut menemukan darah mengalir dari bawah kakinya. Rasa panik segera menyergapnya.
"Manuel! May dugo! Manganganak na yata ako!" "Manuel! Ada darah! Aku pikir aku akan melahirkan sekarang!" seru Cantika dengan nada panik.
Manuel, yang juga tengah memakai masker wajah, terdiam sejenak sebelum rasa panik dan kewaspadaan mengambil alih. "Diyos ko, Kagandahan! Kailangan nating pumunta agad sa ospital!" "Oh Tuhan, Cantika! Kita harus segera ke rumah sakit!"
Dia segera melepaskan maskernya dengan cepat, tanpa peduli bahwa masih ada sisa-sisa masker yang menempel di wajahnya. Manuel segera membantu Cantika berdiri dan mengarahkannya ke mobil. Dengan hati-hati dan penuh perhatian, dia memastikan Cantika duduk dengan nyaman di kursi penumpang.
"Nakontak mo na ba sina Mark at Yeri?" "Mark dan yeri sudah dihubungi?" tanya Manuel sambil mengencangkan sabuk pengaman Cantika.
Cantika mengangguk dengan lemah, berusaha tetap tenang meski rasa sakit kontraksi mulai meningkat. "I've sent them a short message. Susundan nila tayo sa ospital." "Aku sudah mengirim pesan singkat kepada mereka. Mereka akan menyusul kita ke rumah sakit."
Manuel mengemudi dengan cepat namun hati-hati, mencoba tetap tenang meski hatinya dipenuhi kekhawatiran. "Malapit na tayo, baby. Hang in there." "Kita hampir sampai, sayang. Bertahanlah."
Setibanya di rumah sakit di Manila, para perawat dan dokter segera membawa Cantika ke ruang bersalin. Manuel tetap berada di sisinya, menggenggam tangannya dengan penuh kasih sayang.
"Malakas ka, Honey. Nandito ako sa'yo," "Kamu kuat, Sayang. Aku di sini bersamamu," bisik Manuel dengan suara lembut.
Proses persalinan berlangsung cukup lama dan penuh tantangan, tetapi Cantika menunjukkan kekuatan luar biasa. Setelah beberapa jam yang penuh ketegangan, tangisan pertama bayi mereka memenuhi ruangan. Manuel dan Cantika merasa lega dan bahagia melihat putra mereka lahir dengan selamat.