Bagian 28

2 0 0
                                    

Setelah syuting yang padat, Manuel menerima telepon dari Cantika. Suaranya terdengar cemas dan panik. "Manuel, mataas ang lagnat ni Isaac. Paulit-ulit niyang binabanggit ang pangalan mo. Gusto niyang nandito ka kasama niya at ako."
"Manuel, Ishak sedang demam tinggi. Dia terus mengigau menyebut namamu. Dia ingin kamu ada di sini bersamanya dan aku."

Manuel langsung bergegas menuju rumah Cantika. Malam sudah larut ketika ia sampai di sana. Dengan langkah cepat dan khawatir, ia mengetuk pintu. Cantika membukakan pintu dengan wajah yang penuh kekhawatiran.

"Nasa kwarto si Ishak,"
"Ishak ada di kamar," ujar Cantika dengan suara bergetar.

Manuel bergegas menuju kamar Ishak. Ia menemukan putranya terbaring di tempat tidur, wajahnya memerah karena demam. Ishak membuka matanya setengah, lalu mulai menangis saat melihat Manuel.

"Dad... I want you here,"
"Ayah... aku ingin Ayah di sini," rengek Ishak dengan suara lemah.

Manuel duduk di tepi tempat tidur, mengelus kepala Ishak dengan lembut. "Daddy's here, son. Daddy's here."
"Ayah di sini, Nak. Ayah di sini."

Namun, Ishak tetap gelisah. Dia terus merengek dan memohon, "I want to sleep with Mom and Dad."
"Aku ingin tidur bersama Ayah dan Ibu."

Cantika mencoba menjelaskan dengan suara lembut,
"Honey, you have to rest yourself so you can get better quickly."
"Sayang, kamu harus istirahat sendiri agar cepat sembuh."

Tapi Ishak tetap menangis, air mata mengalir di pipinya. Manuel menatap Cantika dengan penuh harap. "Halika na, alang-alang kay Isaac. I promise I will take care of you. Let me sleep here tonight."
"Ayolah, demi Ishak. Aku berjanji akan menjaga kalian. Biarkan aku tidur di sini malam ini."

Cantika ragu sejenak, tetapi melihat putranya yang begitu tersiksa, akhirnya ia mengangguk setuju. "Baiklah, demi Ishak."

Mereka bertiga berbaring di tempat tidur. Ishak berada di tengah-tengah, sementara Manuel dan Cantika berada di kedua sisi. Manuel mulai membacakan dongeng tidur untuk Ishak, suaranya lembut dan menenangkan. Perlahan, Cantika yang kelelahan akhirnya tertidur lebih dulu.

Ishak, yang masih terjaga, mulai memainkan jari-jari ayahnya. "Dad, wag ka na ulit aalis ha?"
"Ayah, jangan pergi lagi, ya?" bisiknya dengan mata yang mulai tertutup.

Manuel menatap wajah putranya dengan penuh kasih. "Walang pupuntahan si Dad. Laging nandito si Dad para sa inyo ni Mama."
"Ayah tidak akan pergi kemana-mana. Ayah akan selalu di sini untukmu dan Ibu."

Ishak tersenyum kecil sebelum akhirnya terlelap dalam tidur yang tenang, merasa aman di antara kedua orangtuanya. Manuel tetap terjaga, memandangi wajah Cantika dan Ishak, merasa lega dan bersyukur bisa bersama mereka malam itu.

Di lokasi syuting, Manuel berfokus penuh pada perannya. Hari itu, ia harus melakukan beberapa adegan yang cukup menantang. Tim produksi bekerja keras untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Manuel memberikan yang terbaik dalam setiap pengambilan gambar, menunjukkan profesionalismenya sebagai aktor.

Setelah syuting selesai, Manuel merasa lega dan puas. Namun, pikirannya langsung beralih ke keluarganya. Ia ingin memberikan kejutan untuk Cantika dan Ishak. Dengan cepat, ia pergi ke supermarket. Di sana, ia memilih beberapa hadiah: boneka beruang untuk Ishak, bunga dan cokelat untuk Cantika, serta beberapa mainan air untuk rencana hari esok.

Malam itu, Manuel pulang dengan membawa banyak tas belanjaan. Saat sampai di rumah, ia disambut oleh Cantika dan Ishak.

"Ano ang lahat ng ito, Manuel?"
"Apa ini semua, Manuel?" tanya Cantika dengan heran.

"Ito ay isang regalo para sa iyo,"
"Ini hadiah untuk kalian," jawab Manuel sambil tersenyum. "Bukas may plano ako, gusto kong pumunta tayo sa water park. Paano?"
"Besok aku punya rencana. Aku ingin kita pergi ke waterpark. Bagaimana?"

Harmoni layar dan nada (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang