INILAH HUKUM ALAM

33 5 1
                                    

DOUBLE UPDATE YAAA KARENA SEBELUMNYA AKU UDAH JARANG UPDATE :')

Semoga suka sama ceritanya, Aamiin

***

INILAH HUKUM ALAM

Hal yang paling brengsek adalah singgah, dan pergi. Seperti orang yang meneduh ketika hujan sudah reda.”

-

Rasa cemas merayapi pikiran Baskara saat mendengar ucapan Jeva itu. Dalam hening, Baskara mencoba mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut Jeva, namun perasaannya semakin berkecamuk.

"Aku harus pindah sekolah ke Yogyakarta," suara Jeva terdengar begitu jauh, seolah datang dari tempat yang tidak bisa dijangkau. "Orang tuaku baru saja bercerai semalam, dan aku memilih untuk ikut ibuku ke sana. Ayahku... dia melakukan kekerasan, dan ibuku terluka karenanya."

Kata-kata itu menggantung di udara, seperti asap tipis yang enggan menghilang. Natha, yang biasanya selalu punya jawaban untuk segala hal, hanya bisa terdiam, terkejut oleh kenyataan pahit yang mendadak muncul di hadapan mereka. Bagaimana mungkin, seseorang yang selalu terlihat ceria dan penuh tawa ternyata menyimpan luka begitu dalam?

"Kenapa kamu baru cerita sekarang?" Natha akhirnya bersuara, suaranya hampir tak terdengar, nyaris berbisik.

Jeva menggeleng pelan, matanya menyiratkan kelelahan yang mendalam. "Aku juga baru tahu semalam," ujarnya lemah.

Baskara merasa dunianya runtuh. Jeva yang selama ini ia kenal sebagai sosok kuat, ternyata rapuh dan terluka. Ia ingin mengatakan sesuatu, apa pun, untuk meringankan beban sahabatnya, namun lidahnya kelu. Rasanya semua kata yang ia miliki hilang entah ke mana.

"Jadi, kamu bener bakal pindah?" tanya Baskara, suaranya serak, nyaris tak terdengar. Matanya menatap kosong, seolah mencari jawaban di balik tatapan Jeva.

Jeva mengangguk, dan senyuman kecil yang dipaksakan muncul di wajahnya. "Iya, dalam minggu ini. Aku harus segera berkemas dan bersiap untuk pindah. Aku enggak tau kapan kita bisa ketemu lagi."

Hening melingkupi mereka. Hanya ada suara napas berat yang terlepas dari dada Jeva, seolah ia baru saja melepaskan beban yang selama ini membelenggunya. Natha mencoba tersenyum, meskipun senyuman itu terlihat getir. "Jeva, jangan terlalu larut dalam kesedihan. Kami bakal selalu ada di sini buat kamu, walaupun kamu jauh. Dan kita masih bisa saling berhubungan, kan?"

Senyuman Jeva semakin tipis, nyaris pudar, namun ia mencoba menyembunyikan kegelisahannya. "Makasih, kalian," balasnya pelan, suaranya terdengar rapuh. "Aku enggak tau apa yang akan terjadi kedepannya, tapi aku bakal mencoba fokus pada hal-hal yang lebih penting. Aku akan merindukan kalian."

Baskara menepuk pundak Jeva dengan lembut, sebuah isyarat sederhana yang sarat makna. Ia ingin mengungkapkan lebih banyak, tetapi kata-kata tak mampu mengakomodasi pergolakan perasaannya. "Itulah semangat yang selama ini aku nantikan. Kami selalu ada untukmu, sahabat," ucapnya dengan suara yang berusaha terdengar tegar, meskipun di lubuk hatinya tersembunyi kekosongan yang tak terisi.

Ketiganya duduk dalam keheningan, merasakan kehangatan persahabatan yang tetap kuat meski dilanda ujian. Baskara merasa sedikit lega, menyadari bahwa ia tidak sendirian dalam menghadapi semua ini. Namun, di balik rasa lega itu, kecemasan mendalam terus menghantuinya. Jeva akan segera pergi, dan bersama kepergiannya, Baskara merasa seolah bagian dari dirinya juga akan ikut hilang.

LAUT KARAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang