ANAK SULUNG DAN ANAK BUNGSU

38 6 0
                                    

Halo kalian 💙

Semoga suka sama ceritanya, Aamiin 💙

Aku double update, ya💙

***

ANAK SULUNG DAN ANAK BUNGSU

-

Bandung, 7 Juni 2011.

Saat Meidiana duduk di meja makan, ia melihat Baskara masuk ke ruang makan dengan baju putihnya, memegang buku catatannya di tangan. Wajahnya masih terlihat muram setelah kejadian beberapa hari lalu. Meidiana tersenyum lebar, berusaha menyambut kakaknya dengan ceria. "Aa, ayo makan bareng Mei di sini," ajaknya riang, matanya berbinar penuh harap.

Baskara, yang masih berusaha menjaga jarak dengan adiknya, hanya diam mendengar ajakan Meidiana tersebut. Ia tidak menghiraukan sapaan adiknya dan mulai mencari-cari sang mama. "Mama di mana?" tanyanya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Meidiana. Meidiana, yang tetap tersenyum, merasa sedikit terluka oleh ketidakpedulian kakaknya. "Mama di dapur, Aa. Yuk, makan dulu."

Ketika Meidiana melangkah menuju dapur, pandangannya tak sengaja tertuju pada meja makan yang penuh dengan hidangan. Di sana, di antara berbagai makanan, terhidang cumi goreng kesukaan Meidiana. Baskara pun kemudian bermonolog. "Itu cumi goreng, kesukaan Meidiana. Pasti di masakin sama mama." Pikirannya itu membuat hatinya semakin iri dan terluka. Merasa bahwa mamanya lebih memanjakan adiknya, ia merasa semakin dibedakan dan memilih untuk keluar saja tanpa meminta izin. "Aku enggak lapar," gumamnya pelan, hampir tidak terdengar oleh Meidiana.

Saat Baskara baru saja membuka pintu depan, ia mendengar suara papanya memanggil, "Bas, kamu mau pergi ke mana?"

Namun, rasa kesal masih membara di dadanya. Baskara tidak menjawab panggilan sang papa tersebut. Dengan satu tarikan napas marah, dia ke luar dari rumah lalu menutup pintu dengan keras. Papanya berdiri diam, terlihat kebingungan dengan sikap putranya yang semakin hari semakin aneh.

***

Saat Baskara berjalan menuju taman—tempat di mana ia sering berkreasi, menenangkan diri, dan menyimpan banyak kenangan—jam menunjukkan pukul dua siang. Ia menghela napas panjang, berusaha meredam semua emosi yang berkecamuk di dadanya. Langit cerah dan biru membentang luas di atasnya menambah keindahan perjalanan ini, memberikan kesan damai yang kontras dengan gejolak dalam hatinya.

Ketika sudah sampai di taman tersebut, sebelum duduk, Baskara merasakan kegembiraan yang tak terbendung. Tempat ini dianggapnya sebagai rumah keduanya. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya. Karena taman ini sebelumnya tidak memiliki nama yang spesial, ia ingin menamakan taman ini menjadi "Taman Alam Raya." Suasananya yang penuh nuansa alam dan ketenangan membuatnya layak diberi nama itu.

Taman Alam Raya adalah tempat yang indah dengan pepohonan hijau rindang menaungi bangku-bangku kayu. Di sinilah Baskara sering duduk di dekat pohon besar, mencurahkan isi hati lewat tulisan atau hanya merenung menatap cakrawala.

Baskara memilih taman ini sebagai tempat setiap kali perasaannya sedih karena di sini ia menemukan kedamaian yang tidak bisa ia dapatkan di tempat lain. Suara burung berkicau dan angin berhembus lembut membuatnya merasa lebih enang. Taman ini juga menyimpan banyak kenangan indah bersama teman-temannya, tempat di mana mereka berlari, tertawa, dan berbagi cerita.

Baskara membuka buku catatannya yang sudah penuh dengan tulisan tangan dan cerita fantasinya. Cerita-cerita yang ditolak oleh penerbit kemarin masih terasa menyakitkan, tetapi bukan itu tujuan utamanya datang ke sini. Ia ingin mengingat kenangan masa lalunya sejak umur tujuh tahun, khususnya momen-momen spesial.

LAUT KARAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang