AZURA DAN DUNIANYA

15 2 0
                                    

Halo Rain Rain ku💙

Enggak kerasa udah sampe sini aja😢

Masih seru ceritanya?

Semoga suka Aamiin💙

***

AZURA DAN DUNIANYA

-

Bunyi bel menggema di seluruh penjuru sekolah, seperti lonceng kecil yang membebaskan waktu dari cengkeramannya. Setiap dentingnya membawa rasa lega, tanda akhir dari sebuah kewajiban yang mengikat. Di bawah sinar matahari yang terasa sedikit lebih terik dari biasanya, jarum jam menunjukkan pukul 13.00 tepat pada hari Kamis itu. Langit biru tanpa awan memancarkan sinarnya yang hampir menyilaukan, menambah kesan bahwa siang ini adalah puncak dari sebuah minggu yang terasa panjang.

Di tengah-tengah keramaian, empat sahabat melangkah beriringan—Baskara, Zaidan, Rintik, dan Scarlett—menghirup udara siang yang panas, seolah-olah mereka merasakan betapa waktu berjalan lambat di hari yang terik ini. Keringat mulai membasahi pelipis mereka, namun itu tak menghalangi semangat percakapan yang mengalir di antara mereka.

"Apa yang bakal kalian lakuin setelah pulang sekokah ini?" tanya Rintik dengan nada riang, memecah keheningan yang dipenuhi oleh suara langkah kaki yang bersahutan.

Baskara, yang selalu terlihat tenggelam dalam pikirannya, tersenyum tipis sembari mengusap keringat di dahinya. "Aku mungkin bakal menulis lagi. Ada ide yang sedang mengganggu pikiranku," jawabnya dengan nada yang tenang, seolah dunia yang ada di sekitarnya hanyalah latar belakang bagi imajinasinya.

Zaidan tersenyum penuh antusias. "Kalau aku, mau nonton anime isekai yang baru keluar. Kayaknya seru, deh!" katanya sambil membayangkan petualangan fantasi yang akan dia nikmati nanti.

Rintik dan Scarlett tertawa kecil mendengar itu, sementara mereka semua berjalan menuju parkiran yang mulai penuh dengan siswa yang hendak pulang. Langit siang yang terang menjadi latar sempurna untuk percakapan ringan yang mengisi waktu di antara mereka, meskipun panas matahari terasa semakin menekan.

Begitu sampai di parkiran, langkah mereka mulai terpisah. Baskara sibuk mengeluarkan motornya, sementara Zaidan berdiri menunggu, dengan pandangan yang tak henti-hentinya melayang ke arah kerumunan siswa yang mulai membubarkan diri, sesekali menyipitkan mata karena silau.

Tiba-tiba, Zaidan menoleh ke arah Baskara dan berseru dengan nada sedikit lebih keras, "Si Azura cantik enggak, sih?"

Pertanyaan itu menggantung di udara yang panas, disertai oleh sejenak keheningan yang terasa lebih dalam dari biasanya, sebelum akhirnya terpecah oleh tawa kecil bergema di antara mereka. Siang itu berakhir dengan sederhana, namun penuh makna, saat mereka bersiap meninggalkan sekolah yang perlahan-lahan tenggelam dalam teriknya matahari siang.

Baskara tertawa ringan diiringi menimpali pertanyaan Zaidan dengan nada bercanda, "Udah cantik, manis, imut, gemesin. Pekerja keras lagi."

Zaidan tertawa kecil, namun kerutan di dahinya menunjukkan rasa penasaran lebih dalam. "Emang iya?" tanyanya, masih ragu.

Mesin motor Baskara sudah menyala dengan suara halus, dan dia memberi isyarat kepada Zaidan untuk naik. Tanpa banyak kata, mereka berdua segera melaju, meninggalkan halaman sekolah yang mulai lengang. Angin siang yang sedikit lebih panas menerpa wajah mereka saat motor melaju di jalan-jalan kota Bandung yang ramai namun penuh kehangatan khas. Pohon-pohon rindang di pinggir jalan hanya sedikit membantu menghalau terik matahari, sementara deretan toko dan warung menandakan kehidupan yang selalu bergerak di pusat kota ini.

LAUT KARAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang