INI AKHIR DARI SEGALA PERMASALAHAN?

43 6 2
                                    

HAI RAINN💙

Semoga kalian suka sama ceritanya💙

***

INI AKHIR DARI SEGALA PERMASALAHAN?

-

Mereka tiba di depan rumah Kanya, sebuah bangunan yang berdiri anggun di ujung jalan. Dinding putihnya bersih, dihiasi tanaman rambat yang tumbuh rapi. Jendela-jendela besar memancarkan cahaya hangat dari dalam, sementara sebuah pintu kayu berukir tampak seolah menunggu kedatangan mereka. Di sekitar rumah, taman yang luas terhampar dengan nuansa sejuk. Baskara pun menelan gugupnya, merasakan ketenangan yang sedikit menggetarkan hati.

Begitu mereka mencapai pintu gerbang, seorang wanita paruh baya keluar dari rumah. Wanita itu mengenakan seragam sederhana, menunjukkan bahwa ia adalah asisten rumah tangga. Dengan rambut yang sedikit beruban dan senyum ramah, dia mendekati mereka dengan langkah mantap.

"Selamat pagi, anak-anak. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sambil menatap mereka dengan penuh perhatian.

Jeva yang pertama menjawab. "Selamat pagi, Bu. Kami temen sekelas Kanya. Kami ingin bertemu dengannya, apakah dia ada di rumah?"

Wanita paruh baya itu mengangguk. "Oh, kalian teman-teman Kanya? Saya Bu Siti, asisten rumah tangga di sini. Mari masuk dulu, saya bakal panggilkan Kanya."

Mereka mengikuti Bu Siti masuk ke dalam rumah.

Bu Siti mempersilakan mereka duduk di ruang tamu yang luas. "Tunggu sebentar ya, saya akan panggilkan Kanya," katanya sebelum beranjak ke dalam.

Tak lama kemudian, Kanya muncul dengan wajah yang terkejut melihat Baskara dan Jeva di rumahnya. Ia menghampiri mereka dengan langkah yang tenang, tetapi sikapnya tetap dingin seperti biasa.

"Baskara, Jeva, ada apa datang ke sini?" tanyanya dengan nada datar.

Baskara menatap Kanya, mengumpulkan keberanian untuk bertanya meski hatinya penuh dengan keraguan. "Kanya, aku hanya ingin tahu kenapa kamu selalu menjauh dariku dan bersikap dingin," ucapnya pelan, suaranya bergetar, menggambarkan betapa pentingnya jawaban itu baginya.

Kanya terdiam sejenak, matanya berkedip beberapa kali seolah mencoba menahan sesuatu yang tidak ingin ia ungkapkan. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat sedikit tegang, dan bibirnya mengerucut tipis, seakan mencari kata-kata yang tepat. Ada keraguan di dalam matanya, sebuah pertempuran batin yang mungkin hanya Kanya yang bisa rasakan.

Baskara memperhatikan perubahan itu, dan semakin gelisah melihat ketegangan yang menguasai Kanya. Namun, di balik semua itu, ada secercah harapan yang masih ia pegang erat—bahwa mungkin, hanya mungkin, Kanya akan memberikan jawaban yang lebih dari sekedar penolakan.

Akhirnya, Kanya menarik napas dalam dan pandangannya mengeras, kembali menjadi dingin seperti biasa. "Baskara," katanya dengan suara yang nyaris tanpa emosi, namun jelas dipenuhi oleh keputusan yang bulat. "Kamu harus mengerti bahwa kita berasal dari dunia yang berbeda. Keluarga kita tidak setara—lihat sekarang, buka matamu."

Kata-katanya menusuk hati Baskara seperti sembilu, dan meskipun wajah Kanya tetap tampak tenang, ada bayangan kesedihan yang melintas di matanya, sesaat sebelum ia menunduk sedikit, menyembunyikan ekspresi yang mungkin akan memperlihatkan perasaannya yang sebenarnya. Tangannya yang tergenggam erat di depan dadanya menjadi tanda bahwa ia menahan diri dari sesuatu yang lebih dalam.

LAUT KARAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang