Semua orang merayakan tahun baru dengan senangnya. Tapi, mengapa tidak merayakan manusia baru yang singgah dalam hidupnya.
~♪
19. Tahun Baru Dengan Ceritanya.
Hallo Sayang-sayangnya Cici... Apa kabar?
Selamat membaca kisahnya...
~♪
Sebuah ketidakpercayaan bagi Dini adalah, menaruh rasa kepada laki-laki yang dia temui dalam mimpinya. Dini yakin jika laki-laki itu adalah Aditya teman satu kelasnya. Setiap Dini bertemu dengan laki-laki itu, hatinya terasa seperti ada getaran yang kencang. Dini tidak pernah seperti itu sebelumnya, jadi perempuan itu yakin jika memang sudah waktunya perempuan itu melibatkan rasanya untuk Aditya.
Malam ini, keluarga Dini sedang menikmati makan malam bersama. Tepatnya sore tadi, keluarga dari Supar berkunjung membawa makanan, katanya ingin merayakan bergantinya tahun.
"Bengong banget, mikirin apa?" tanya Putri yang tiba-tiba masuk kedalam kamarnya.
Dini menoleh ke arah suara, "Nggak punya sopan banget sih lo."
"Di suruh turun sama Bunda, soalnya semuanya udah pada datang," kata Putri memberitahu.
Dan setelah itu, Dini bangkit dari kasurnya. Berjalan menuju lemari untuk mencari rok dan kerudungnya. Tadi perempuan itu hanya memakai celana dan kaos pendeknya, jika dirinya tetap dengan pakaian itu yang terjadi adalah Afti akan memarahinya. Katanya sangat tidak sopan.
"Siapa aja yang ada di luar?" tanya Dini sembari memakai kerudungnya.
"Semuanya datang," kata Putri. Kemudian berlalu meninggalkan Dini. "Eh, ada satu lagi," kata perempuan itu kembali memasuki kamar Dini.
"Siapa? Katanya udah datang semua."
"Makannya cepetan keluar, biar Kakak tahu siapa," ujar Putri. Setelah itu, dia benar-benar pergi meninggalkan Dini.
~♪
Di tempat lain, beberapa orang tidak repot dengan pergantian tahun. Memilih untuk berdiam menunggu yang seharusnya. Tidak memikirkan apa yang biasanya menjadi senang untuk rayakan tahun baru.
Rifai duduk diam di kamarnya sejak dua jam yang lalu. Kepalanya kembali mengingat kejadian kemarin saat laki-laki itu pulang dari sekolahnya. Semuanya masih lengkap. Terputar dalam pikirannya.
"Sekali aja kamu nurut sama Bapak kayak Mbak kamu bisa nggak. Bapak capek banget punya anak kayak kamu, anak laki-laki satu nggak bisa banget nurut." Kata Bapak waktu itu.
"Emang nggak becus tuh orang tua," kata Rifai pada dirinya sendiri. Tangannya kemudian mengambil sebuah buku yang ada di atas meja. Diraihnya buku itu, lalu dibukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncrush [ Slow Update ]
FantasíaRif, jika tidak bersama mu. Maka akan ku jadikan kamu tokoh utama cerita ku.