24. Manusia Bumi dan Kejahilannya.

33 4 0
                                    

~⁠♪

Untuk pemilik senangnya, harus selalu mempunyai ruangnya.

~⁠

24. Manusia Bumi dan Kejahilannya

Hallo broo... Apa kabar?

Kita bertemu kembali dengan karya Cicipudu pemalas ini. Mohon pengertiannya sobat.

Selamat membaca kisahnya, Sayang-sayangnya Cici 🙌 🙌 🙌.

⁠~⁠

Pagi hari di akhir bulan Januari, kian ikut meramaikan kegiatan Dini. Seakan hampir sibuknya dengan semesta yang mendapatkan curhatan dari manusianya, meminta untuk dikurangi bebannya, meminta untuk memeluknya, dan berbagai hal lainnya.

Pak Luthfi—Guru Matematika kebetulan mengajar di jam pertama, terdengar mengesalkan memang tetapi nyatanya tidak.

"Kita coba kerjain latihan soalnya ya, anak-anak. Kayaknya di materi ini latihan soalnya belum, kan?" tanya Pak Luthfi. Setelahnya terdengar desahan kecewa dari beberapa siswanya. "Tenang guys, kerjainnya seperti biasa. Boleh sharing atau tanya sama teman-teman kalian," ucap Pak Luthfi kemudian. Tangannya sibuk membuka buku paket di mejanya untuk memberikan beberapa soal kepada anak muridnya.

"Coba buka buku kalian, halaman sembilan puluh tiga," perintah Pak Luthfi.

Semuanya lalu membuka buku mereka masing-masing, sesuai dengan perintah yang terdengar.

"Sudah?" tanya Pak Luthfi, menatap siswa-siswinya. Mereka kemudian mengangguk. "Ini kan jamnya tinggal setengah jam, nah sambil nunggu jam selanjutnya bunyi. Kalian coba kerjakan soal-soal itu ya," ucap Pak Luthfi.

"Pak, ngeliat angka-angka ini kenapa tiba-tiba saya jadi kenyang ya," kata Abbi, teman sekelas Dini.

"Loh bagus dong kalau gitu, uang saku kamu jadi irit. Jadi kalau kamu laper tinggal cari buku Matematika terus lihat angka-angkanya," jawab Pak Luthfi.

"Ye... Mana boleh konsepnya kayak gitu," simpul Abbi.

"Udah kerjain aja kali, ntar kalau udah selesai kita mabar. Syaratnya anak cowok harus ikut maju ke depan jawab satu soal, gimana setuju?" tanya Pak Luthfi kepada murid laki-lakinya.

Secara bersamaan anak laki-laki menyoraki guru Matematika itu. Beberapa umpatan terdengar dari bibir anak laki-laki yang tidak setuju dengan pendapat Pak Luthfi barusan.

"Gimana? Nanti kalau ada yang maju, satu orang deh nggak usah banyak-banyak," kata Pak Luthfi. "Kalau setuju diskusikan dulu siapa yang mau maju mewakili anak laki-laki, terus kalau udah sepakat bilang ke saya biar saya tulis nanti."

Setelahnya tidak ada yang berbicara, hanya terdengar samar-samar suara anak laki-laki yang sedang berdiskusi untuk menentukan siapa yang akan mewakili.

Tiga menit sesudah berdiskusi, ketua kelas berdiri lalu berjalan ke meja Pak Luthfi untuk memberi tahu hasil diskusi mereka. Pak Luthfi terlihat tersenyum setelah ketua kelas Dini berbicara.

"Oke guys, tadi ketua kelas kalian udah bilang siapa yang mau mewakili anak laki-laki buat maju ke depan," kata Pak Luthfi setelah itu. "Yang mewakili anak laki-laki itu katanya Aditya."

Uncrush [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang