"Gila, gila. Jadi Ratu punya hubungan spesial sama cowok misterius itu?"
"Siapa, sih, dia? Kok baru dengar namanya? Dia siswa sini juga, kah?"
"Selera Ratu turun drastis. Tadinya aku pikir Ratu bakal sama Galih atau nggak sama Aldo."
Telinga Syailendra berdenging mendengar suara siswa-siswa di sekitarnya. Lelaki yang tengah menelusuri koridor menuju kelas itu merasa sedikit aneh pagi ini. Tumben sekali banyak siswa yang memerhatikannya. Dan mereka membawa-bawa Ratu di setiap perkataan mereka.
Kebetulan pagi ini, sebelum ke kelas, Syailendra berniat mampir ke kelas Ratu untuk memberikan contoh soal yang akan mereka bahas di bootcamp nanti. Namun sejak di parkiran tadi sudah banyak saja yang melirik-lirik aneh ke arahnya. Atau ini hanya perasaannya saja?
Mengabaikan suara-suara itu, Syailendra melanjutkan langkahnya. Ia pun sampai di tangga menuju lantai dua. Baru saja ia meniti anak tangga, tampak tiga orang cowok yang lengan bajunya digulung dan tidak memakai dasi menghadang langkahnya. Hal itu membuat langkah Syailendra tertahan. Ia tatap tiga cowok tersebut dengan ekspresi bingung.
"Oh, jadi ini yang namanya Syailendra?"
Cowok yang di tengah—yang tubuhnya paling tinggi—bersuara. Tatapannya sangat tajam, tampak seperti akan menelannya hidup-hidup.
"Ya. Aku Syailendra. Ada urusan apa kamu sama aku?"
Lelaki itu tidak menjawab, malah sibuk memandangi Syailendra dari ujung kepala sampai kaki. Selang tiga detik ia tertawa meledek, melirik ke arah temannya yang juga tengah tertawa.
"Rendah banget selera Ratu." Lelaki itu menyeletuk.
"Bukan Ratu kali. Ni cowok aja yang kepedean," sahut teman lelaki itu.
"Yang beginian mau nyaingin seorang Galih? Mimpi kali dia. Asal usulnya aja nggak jelas," si cowok berambut keriting menimpali.
Rahang Syailendra mengetat mendengarnya. Makin lama omongan mereka semakin tidak sopan. Apalagi sampai membawa asal-usulnya. Pantang bagi Syailendra harga dirinya diinjak-injak.
"Maksud kalian apa ya? Saya rasa saya nggak pernah berurusan dengan kalian!"
Galih, lelaki yang berada di tengah-tengah itu menarik kerah baju Syailendra. "Harusnya situ mikir. Situ pantas nggak sama Ratu?!"
Syailendra tepis tangan lelaki itu dari kerah bajunya. "Ini bukan masalah pantas enggak pantas. Saya sama Ratu satu tim olimpiade. Jadi—"
"Situ baper kan?" tuduh Galih.
"Baper apanya?!"
"Alah... jujur aja sia teh! Mana ada cowok yang enggak baper dekat sama Ratu? Situ harusnya sadar siapa Ratu. Dia siswi favorit. Anaknya friendly, care sama siapa pun. Jadi jangan berharap banyak bakal ditaksir sama dia kalau nggak mau nasib situ kayak cowok-cowok lain yang berakhir patah hati. Gitu-gitu, selera Ratu nggak seburuk situ. Yang harusnya jadi pacar Ratu tuh saya!"
Syailendra tertegun. Ada kalimat yang sedikit mengganggu pikirannya; dia emang friendly. Entah kenapa hal itu membuat Syailendra merasa terganggu.
"Kali aja Ratu teh kasihan sama situ. Situ kan terkucilkan selama ini. Nggak punya teman. Hahahah!" Galih tertawa, membuat dua temannya ikut tertawa.
"Ya mending kalau kasihan. Gimana kalau si cupu ini cuma dimanfaatin sama Ratu? Kasihan banget nggak sih?"
Tangan Syailendra mengepal, buku-buku jarinya memutih. Tak bisa lagi menahan diri, ia ambil kerah baju Galih dan mencengkeramnya erat-erat. "Jaga mulut kamu. Saya nggak serendah itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu Luka, Seribu Rahasia [TAMAT]
RomanceDari semenjak lahir Syailendra dipaksa untuk "tak terlihat", dirumah, disekolah dan juga di lingkungan sekitarnya. Namun ternyata seorang perempuan bernama Ratu memperhatikan dan dengan jelas dan tertarik padanya. Perempuan cantik dan baik yang mem...