Ratu menatap geli layar ponselnya. Sejak bertukar nomor ponsel tadi sore, gadis itu tak henti mengirimkan pesan-pesan random pada Syailendra. Meski Syailendra lama membalas pesan, bahkan kadang hanya diread. Ah, Ratu tahu Syailendra itu kaku dan cuek. Ketikan lelaki itu juga formal. Seperti berkomunikasi dengan guru saja.
Contohnya seperti ini—
Ratu, sudah belajar atau belum malam ini? Tolong dikirimkan jawaban kamu, ya, sama rumus-rumusnya sekalian. Mau menyamakan sama punyaku. Maaf mengganggu waktunya, Ratu. Trims.
—pesan itu membuat Ratu melongo. Sudah capek-capek ia mengirimkan foto selfienya, malah itu yang dibalas Syailendra. Tidak ada sedikit pun Syailendra memuji fotonya yang tengah rebahan itu. Ini cowok kenapa nyebelin banget, sih?!
"Apaan sih dia. Apa aku kurang cantik ya?"
Sambil telungkup, Ratu menggoyang-goyangkan kakinya ke atas. Ia coba lagi mengirim foto pada Syailendra. Kali ini berpose lebih anggun.
Send.
Ratu mengirim fotonya dengan caption—
Segerin dulu aja. Serius amat.
Tak sampai semenit, pesan itu langsung dibalas. Ratu tersenyum kala ponselnya berbunyi. Ia buka chatroom Syailendra dengan senang hati—
Foto jawaban, Ratu. Bukan foto kamu. Trims.
Sakit sekali hati Ratu. Bahkan kekesalannya sampai ke ubun-ubun karena Syailendra bahkan tidak membuka foto tersebut. Main langsung balas saja!
Alhasil Ratu kirim pesan tambahan agar ia tidak terlalu malu.
Maaf salah kirim.
Lalu kembali meletakkan hapenya di atas nakas. Belum jadi ponsel tersebut tergeletak di nakas, Syailendra kembali membalas pesannya. Niat Ratu pun jadi tertunda. Ia memilih mengecek balasan Syailendra.
Memang ke siapa kamu kirim?
P
P
Balas!
Ratu langsung terduduk dibuatnya. Bibirnya melengkungkan senyum hingga membuat lesung pipinya muncul. Ratu terkekeh melihat spam chat yang Syailendra kirimkan.
"Kerjain sekalian ah," celetuk Ratu.
Maka ia membalas pesan Syailendra dengan mengarang alasan bahwa tadi Ratu mengirimkan pesan tersebut pada Aldo—gebetannya. Jadilah Syailendra misuh-misuh dan berujung meneleponnya.
Tawa Ratu pecah detik itu juga. Terbayang olehnya wajah lempeng Syailendra sepanik apa karena mengira dirinya memang mengirimkan foto seperti itu pada lelaki lain. Padahal Ratu adalah perempuan yang tidak mau kirim pap ke cowok. Hanya pada Syailendralah ia berani. Itu semua karena Syailendra cuek-cuek saja. Jadi Ratu merasa tidak cantik karena gadis seindah dirinya diabaikan.
"Kenapa kamu kirim foto begitu ke cowok lain? Nggak sopan, Ratu. Mana kamu juga lagi pakai tanktop. Hapus fotonya, nggak!" berang Syailendra dari seberang sana.
Ratu mati-matian menahan tawa. "Oh, foto aku ke room kamu aku hapus? Ya udah—"
"Jangan yang di chat aku! Kalau itu mah biarin aja!" selak lelaki itu.
Bibir Ratu berkedut hendak tertawa. "Lho, kenapa biarin aja? Padahal sama aja kan? Sama-sama foto seksi juga. Kan kamu yang bilang foto gitu nggak sopan?"
Syailendra terdiam. Ratu sejujurnya bahkan tidak tersinggung sama sekali. Malah ia tertawa geli memikirkan bagaimana ekspresi lelaki itu di seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu Luka, Seribu Rahasia [TAMAT]
Любовные романыDari semenjak lahir Syailendra dipaksa untuk "tak terlihat", dirumah, disekolah dan juga di lingkungan sekitarnya. Namun ternyata seorang perempuan bernama Ratu memperhatikan dan dengan jelas dan tertarik padanya. Perempuan cantik dan baik yang mem...