Satu hal yang Syailendra lupakan yaitu; hotel ini milik ayahnya.
Karena asyik mengurus kegiatan di sini ia jadi lupa sang ayah bisa saja berkunjung ke sini kapan pun yang ayahnya itu mau. Lagi pula, Gunawan memang sering keluar kota untuk meninjau proyek-proyeknya selama ini. Bukan hal mustahil sang ayah ada di hotel ini 'kan?
Syailendra mengacak rambutnya frustrasi. Syukur tadi keberadaannya tidak disadari sang ayah, hingga ia bisa kabur ke kamar seperti saat sekarang ini. Namun bagaimana selanjutnya? Sekarang ia bisa lolos. Nanti? Tidak ada yang tahu pasti sampai kapan ia bisa menyembunyikan diri dari keluarganya.
"Wah, lo kebangetan ya. Main tinggal aja. Nggak sopan banget. Bu Susan sampai nyariin lo tadi."
Suara yang berasal dari arah pintu itu membuat Syailendra mengangkat kepala. Dapat ia lihat Heri masuk ke dalam, dan kini mendudukkan diri di space kosong sebelahnya.
"Bu Susan nyariin aku?" bingung Syailendra.
"Ya iya. Tadi kita bincang-bincang sama pemilik hotel. Terus nanti malam kita diundang sama dia makan malam di restoran sebagai apresiasi karena udah mewakili kota Bandung. Lo bisa-bisanya kabur duluan," decak Heri.
Jantung Syailendra kehilangan fungsi detaknya detik itu juga. Wajahnya memucat membayangkan sang ayah yang akan tahu dirinya ada di sini kalau nanti ia ikut makan malam itu. Tidak. Syailendra harus mencari alasan agar ia tidak datang ke restoran untuk memenuhi undangan sang ayah. Tolonglah, minimal sampai perlombaan ini berakhir. Setelah itu Syailendra pasrah apa yang akan terjadi pada dirinya.
"Hm... kalau aku nggak datang gimana? Badanku kurang enak. Aku—"
"Sumpah, lo berani banget ya nentang Bu Susan? Ini kita diundang, lho. Wajib datang. Nggak enak sama pemilik hotel kalau kita nggak lengkap datangnya," potong Heri tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Aku beneran nggak bisa, Her. Aku juga mau hafalin materi. Lombanya besok kan? Aku takut nanti kita keteteran kalau buang waktu," konyol, namun apa lagi yang bisa Syailendra katakan? Sebisa mungkin ia tolak undangan makan malam itu meski pun alasannya terdengar tidak masuk akal sekali pun.
"Sakit jiwa lo, Ndra. Jangan gitulah. Datang aja buat lihatin muka. Setelah itu kalau lo mau ke kamar ya udah nggak masalah. Nanti gue bantu ngarang alasan ke Bu Susan."
"Tap—"
"Nggak ada tapi-tapian. Gue bilangin Bu Susan ya lo supaya besok nggak usah aja lo ikut lomba. Bu Susan lebih suka sama orang yang ngehargai orang lain. Nggak kayak lo ini!" ancam Heri.
Sebenarnya hanya omong kosong belaka, namun sukses membuat Syailendra cemas dan akhirnya mengalah.
Ya sudahlah, mau bagaimana lagi? Kalau pun Syailendra harus menghadapi ayahnya, Syailendra akan lalukan. Karena ia tidak punya pilihan lain saat ini.
****
Hari sudah menunjukkan pukul tujuh malam, dan Syailendra sudah siap dengan setelah kemeja serta celana hitam yang membalut tubuhnya. Meski dihindari, ternyata ia tidak mampu kabur dari situasi ini. Syailendra benar-benar akan turun ke bawah untuk menghadiri acara makan malam itu.
Tuhan, tolong. Bukakan hati Papa agar nggak mempermasalahkan kehadiranku di sini. Aku ingin ikut olimpiade ini. Tolong jangan gagalkan. Kali ini saja, aku ingin jadi manusia yang berguna....
"Udah siap lo? Yuk keluar," ajak Heri yang tengah memakai sepatu.
Syailendra mengangguk pasrah. Mereka pun keluar dari kamar, lantas menuju lobi lantai lima untuk menunggu Sasa dan Ratu.
Ternyata mereka sudah sampai duluan. Objek pertama yang Syailendra lihat adalah sosok Ratu yang tengah mengenakan dress selutut berlengan tiga perempat warna putih. Rambutnya dibiarkan tergerai menyentuh garis pinggang. Cantik sekali. Pakaian gadis itu sangat serasi dengan kulitnya yang putih mencolok. Saking cantiknya, Syailendra tidak sadar ada gadis lain di samping Ratu yang tak kalah cantik. Dialah Sasa, pacar Heri yang mengenakan celana kulot dengan atasan sweater pink. Heri langsung memeluk pacarnya itu dan memuji kecantikannya. Ratu sampai memisahkan dua orang itu karena takut Bu Susan tiba-tiba datang dan melihat pemandangan tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu Luka, Seribu Rahasia [TAMAT]
RomanceDari semenjak lahir Syailendra dipaksa untuk "tak terlihat", dirumah, disekolah dan juga di lingkungan sekitarnya. Namun ternyata seorang perempuan bernama Ratu memperhatikan dan dengan jelas dan tertarik padanya. Perempuan cantik dan baik yang mem...