#18. Kabur

197 20 4
                                    

Di malam ini, bulan purnama terlihat lebih terang dari biasanya. Semilir angin berusaha menyibak jubah merah milik seorang pemuda yang sedang diam-diam keluar dari tempat tinggalnya.

Dengan ditemani seorang pemuda yang berjubah hijau tua, dirinya terasa sedikit tenang karena tidak seorang diri di malam ini.

Namun rasa tenang itu tak bertahan lama. Di sini—padang rumput liar yang hanya ada beberapa pohon yang seperti membentuk sebuah perbatasan wilayah—kedua pemuda itu berhenti berjalan.

Sang kakak menghembuskan nafas berat, bola mata hijau tua emerald itu menatap khawatir pada sang adik yang kini tengah ditatapnya. Seakan tahu kekhawatiran sang kakak, Deon menampilkan senyuman nya.

"Kak, tenang saja. Aku akan segera menemui kakak, kok!" Ia berusaha meyakinkan Cruel dan membuat Cruel tenang.

Tangan Cruel menepuk lembut pipi mulus Deon, bola mata mereka bertemu dan bersinar karena sang purnama meneranginya.

"Berjanjilah kau akan kembali." Walau ekspresi wajahnya datar, tetapi Cruel mengatakan nya dengan tulus dan penuh kasih sayang.

"Tentu, aku berjanji!" Akhirnya sang adik memeluk erat tubuh kakaknya.

[Nai POV ; yang belum paham ataupun bingung sama chapter sebelumnya sama awalan chapter ini, ayo kita flashback bentar!]

*flashback on.

"Hm, rencanaku sebenarnya.. beberapa hari sebelum perang dimulai, aku akan pergi. Menurutku akan lebih aman jika aku tak memberitahu keputusanku pada yang mulia kaisar dan raja iblis, jadi.. aku berniat menghindari mereka dengan kabur."

"Kabur? Kau akan kabur kemana?"

"Kemana pun, asal tidak di dunia manusia dan iblis. Mungkin daerah perbukitan, kurasa disana cukup aman dan cukup sulit untuk ditemukan oleh kaisar dan raja iblis."

"Raja iblis? Kau yakin?" Cruel mengernyit pada Deon.

Deon menghela nafas, lalu mengangguk.

"Aku tahu, raja iblis pasti akan melacak keberadaan ku dengan sihirnya. Tapi, aku akan berusaha keras untuk menghindarinya."

"Lalu.. kapan kau akan kembali?" Nada Cruel kini berubah menjadi lirih, juga menatap Deon dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

Deon tersenyum simpul, "suatu hari, pasti."

- - -

"Kaisar tadi memberi surat," ucap Deon to the point.

"Surat?"

Deon lantas memberikan surat dari kaisar yang ia terima tadi pada Cruel. Cruel pun membaca nya dengan teliti.

Cruel mengernyit, lalu menatap Deon kesal.

"Haah~ mau bagaimana lagi? Aku sudah memutuskan kapan aku akan pergi, kak. Kakak bisa kan menemani ku sampai ke wilayah perbatasan kekaisaran?" Jelas dan tanya Deon.

Sedikit raut kesal Cruel masih dapat Deon lihat, tapi ia menghela nafas lega saat Cruel mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Terimakasih."

"Kapan kau akan pergi?" Tanya Cruel.

"Besok."

"Apa? Bukankah it--"

"Kak, lebih cepat lebih baik."

Cruel berdecak sambil mengalihkan pandangannya, Deon hanya bisa menatap pasrah dan lega melihatnya.

*flashback off.

"Kau sudah menyiapkan semuanya, kan?" Tanya Cruel begitu pelukan mereka berakhir.

My only siblings | Cruel DeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang