#22. Ed

146 9 4
                                    

Pagi telah tiba, sekarang ini Cruel sedang berada di ruangan kerja nya. Tangannya terhenti dari kegiatan yang sedang ia lakukan sekarang, ia memijit pelipisnya frustasi.

Cruel tak bisa fokus, entah mengapa hatinya merasa cemas. Pikirannya tak henti-henti mengarah pada sang adik di luar sana. Firasat buruk menghantui isi kepala Cruel, seakan terus berkata adikmu sedang tidak baik-baik saja.

"Ada apa?"

Sebuah suara membuat Cruel menoleh ke arahnya, ia mendapati Remember tengah berdiri di depan pintu ruang kerja nya yang memang setengah terbuka.

Cruel menggeleng kecil sebagai jawaban, lalu Remember meminta ijin untuk masuk ke dalam ruangan dengan membawa sebuah nampan berisi secangkir teh dan teko nya.

Remember mulai menuangkan teh ke dalam cangkir kosong itu, "Anda pasti sangat cemas, Tuan. Tetapi kita hanya bisa berharap agar Count cepat ditemukan." ucapnya.

Cruel menghela nafas, "Justru aku tak mau dia ditemukan, Remember."

.

.

Sebenarnya yang saat ini sedang terjadi di wilayah Vampire's land, suara-suara pedang yang diayunkan terdengar riuh.

Raja Iblis bersama beberapa pasukannya kini tengah melawan sekumpulan vampir.

"Tidak ku sangka aku akan bertarung seperti ini denganmu," Ucap Raja Iblis pada Ratu Vampir yang ada dihadapannya ini.

"Tch, Aku tidak ingin membuang tenaga ku untukmu brengsek." Tatapan kewaspadaan tetap ditunjukkan di mata Ratu Vampir itu.

Ditengah-tengah acara serang-serangan antara Iblis dan Vampir itu, salah satu Iblis menyusup ke dalam istana Vampir. Ed.

Menjalankan rencana dari sang Raja, Ed sebagai bawahan yang selalu ingin menunjukkan rasa kesetiaannya terus menyusuri setiap ruang di dalam istana. Untungnya suasana nya cukup sepi, hanya ada beberapa kelelawar yang seperti mengintai-mungkin peliharaan Vampir disini-nya.

"Tidak ada di sini. Lalu dimana?" Batinnya saat ia selesai mengecek seluruh ruangan yang ada.

Ia terus meneliti setiap bentuk bangunan kuno ini, hingga Ed tak sengaja melihat sebuah pintu usang yang tertutupi beberapa peti hitam.

Ed dengan perlahan mendekati pintu itu, ia sedikit terganggu karena banyak sarang laba-laba yang menghalangi pintu tersebut. Terpaksa ia bersihkan dahulu agar ia bisa membuka pintu nya dengan mudah.

Setelahnya, ia masuk ke dalam pintu tersebut. Ternyata isi nya sebuah lorong yang entah menyambung kemana. Ed hendak meninggalkan ruangan karena ia berpikir hanya sebuah lorong, mungkin saja ini gudang.

Namun, langkah nya terhenti saat ia akan menutup pintu. Telinga nya menangkap bunyi sesuatu. Tidak, itu adalah suara seseorang.

Ed semakin menajamkan indera pendengaran nya, ia yakin betul tadi ada suara seseorang yang berasal dari dalam lorong.

Karena sudah merasa terhantui rasa penasaran dan curiga, ia akhirnya memilih untuk memasuki lorong itu. Dengan tujuan membuktikan bahwa ada seseorang didalamnya.

Tap Tap Tap

Suara langkah kaki Ed terdengar saking heningnya suasana, sekian lama ia berjalan mengikuti arah lorong akhirnya Ed menemukan ujung lorongnya.

Di temani sebuah lampu remang-remang di ujung lorong itu, Ed meneliti sekitarnya. Perhatiannya tertuju penuh pada sebuah pintu (lagi) tepat berada di tembok ujung.

Saat hendak membuka pintu itu, jari-jemari Ed langsung melepuh. Percikan ungu keluar saat Ed menyentuh gagang pintu. Perih, membuat Ed tak sengaja bersuara.

My only siblings | Cruel DeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang