Anna berdiri di samping sutradara Kang yang tengah memberi arahan kepada para pemain tentang adegan selanjutnya. Ia sesekali ikut menimpali dan membantu menjelaskan beberapa hal yang harus mereka lakukan pada adegan tertentu.
Setelah memberi arahan, semua orang bersiap pada posisi masing-masing. Anna menarik diri dan kembali ke mejanya. Dari jarak pandang yang tak begitu jauh, sepasang matanya memperhatikan setiap adegan yang tengah berlangsung.
Termasuk ketika pandangannya jatuh pada sosok Baekhyun. Perlu Anna akui, pria itu terlihat keren dan manly dengan pakaian casual ala detektif kaya yang diperankannya.
Ketika Anna sibuk memandangi, pikirannya terlempar pada kejadian malam itu. Dimana saat Baekhyun yang tiba-tiba menciumnya. Hanya ciuman singkat tapi sukses membuat hal itu melekat dalam pikirannya. Padahal, itu tak seberapa jika di bandingkan dengan apa yang telah mereka lakukan di Jepang. Tetapi, ciuman itu terasa berbeda.
"Cut!"
Suara sutradara Kang yang cukup nyaring kembali menyadarkan Anna dari lamunannya. Ia meneggakkan tubuhnya ketika melihat dua orang crew berlari ke arah Baekhyun dan membantunya untuk berdiri. Anna nyaris tak bisa menahan dirinya untuk ikut menghampiri pria itu, tetapi detik berikutnya ia mengurungkan niatnya.
"Kau baik-baik saja, Baekhyun?"
Pria itu mengangguk, "semuanya baik. Tidak apa-apa."
"Sungguh? Katakan saja jika kau perlu membutuhkan peran pengganti untuk adegan ini. Karena kita juga sudah menyiapkannya. Jadi jangan memaksakan dirimu."
Baekhyun mengulas senyum tipis, ia baru saja terjatuh dan bagian punggungnya terasa nyeri. "It's all fine, kita bisa melanjutkannya."
"Baiklah. Ku akui kau memang jago berkelahi. Sabuk hapkido hitam tidak bisa berbohong. Tapi, aku tetap akan menggunakan peran pengganti untuk menjaga keselamatanmu dan juga pemain lainnya."
"Aku mengerti," ujar Baekhyun yang kemudian melemparkan pandangannya pada sosok wanita yang sejak tadi memperhatikannya. Ia tersenyum rupawan dengan rambutnya yang sedikit berantakan serta keringat yang masih mengucur di kedua pelipisnya.
"Semua bersiap!"
Dan saat itu lah Anna seakan kembali merasakan detak jantungnya. Ia memalingkan wajahnya yang terasa panas, mengambil kopi americanonya yang hampir dingin dan menghabiskannya dalam sekali teguk.
He looks so damn hott. Anna mengibas-ngibaskan kedua tangannya di depan wajah. Berusaha menurunkan suhu panas yang mendadak menyerang kedua pipinya.
"Need a cold water?"
Anna menoleh dan mendapati Yojung berdiri di sebelahnya, wanita itu membawa 2 botol air dingin dan juga satu bungkus snack.
"Tak perlu berterimakasih." Yojung menyerahkan satu botol air itu kepada Anna, yang diterima dengan senang hati oleh sang wanita. "Anggap saja itu permintaan maafku karena aku tak bisa mengantarmu ke rumah sakit."
Anna mengulas senyum tipis, "no need to apologize, aku yang seharusnya berterimakasih padamu."
"Kau tahu seberapa cemas aku saat itu? Baru pertama kalinya aku melihatmu pingsan."
"You must be suprised."
"Of course. I'am."
Anna terkekeh pelan, ia berpaling sebentar untuk menenggak air minumnya, "it won't happen again. I promise."
"Aku tidak tahu jika kau selama ini alergi tomat." Yojung menyadarkan pinggangnya pada tepi meja, ia melipat kedua tangannya di depan dada.
"Hm, memang tidak ada yang tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shameless - BBH
FanfictionTerdesak keadaan membuat Anna sembarang masuk ke dalam kamar hotel. Jika boleh memilih, ia lebih baik mati dibandingkan harus tidur dengan mantan kekasihnya yang menurutnya adalah seorang psycho. Keadaan memang tak pernah menguntungkan Anna, jika i...