Tangan Anna terkepal di udara, ia menarik nafas dalam-dalam sebelum kemudian memberanikan diri untuk menekan bel di samping pintu.
Anna sudah memikirkan hal ini berulang kali sebelum datang ke rumah Jaebum. Pria itu tidak bisa terus menghindarinya dan mengabaikan pekerjaannya begitu saja. Bukan berarti, Anna tidak bisa bekerja dengan baik sebagai asisten sutradara. Tidak, namun sejak awal Anna tak pernah menginginkan posisi tersebut sekalipun ia mendapat kesempatan.
Pintu abu-abu terbuka dengan lebar, memperlihatkan sosok pria yang nampak terkejut saat melihat Anna berdiri di depannya dengan air mukanya yang datar dan tak terbaca.
"A-anna?"
"We need to talk," ujar Anna dengan tenang, menatap lurus ke depan.
"O-oke." Jaebum menutup pintu di belakangnya. Lantas mengikuti Anna.
Setelah berjalan beberapa meter, Anna memilih kafe terdekat untuk berbicara dengan Jaebum. Keduanya masuk ke dalam tanpa memesan minuman dan mengambil tempat duduk dekat jendela.
Mereka tak pernah secanggung ini selama lima tahun mengenal satu sama lain sebagai rekan kerja. Namun, apa yang telah terjadi mengubah semuanya. Terlebih untuk Jaebum.
"Bagaimana kabarmu, Ann?" tanya Jaebum pelan. Pertanyaannya bukan semata hanya ingin berbasa-basi. Tapi, dirinya sungguh ingin tahu bagaimana keadaan Anna setelah semua yang terjadi pada wanita itu.
Nafas Anna bergetar, "baik." Jawabnya singkat. "Bagaimana denganmu? Kau terlihat sehat."
Jaebum menelan salivanya, "ya ... akuㅡ"
"Kembalilah bekerja." Anna memotong perkataan Jaebum sebelum pria itu menyelesaikan ucapannya.
Jaebum terdiam. Alasannya mengambil cuti bukan karena dirinya ingin bermalas-malasan atau tidak ingin bekerja, hal itu tidak pernah terlintas di benaknya. Namun, usai semua yang terjadi, ia hanya ingin memberikan sedikit ruang bagi Anna. Dan setidaknya, rasa bersalahnya pada wanita itu akan sedikit berkurang, meskipun nyatanya saat kembali melihat Anna sekarang, dirinya tetap merasa menjadi manusia paling jahat karena telah membuat wanita itu kesulitan selama ini.
"Cutiku masih tersisa beberapa hari lagi. Maaf, aku tidak bisa."
Anna membasahi bibirnya seraya merotasikan pandangannya. "Aku tidak bisa menggantikan tugasmu sebagai asisten sutradara."
"Kauㅡ" Jaebum tercekat, "kau yang menggantikanku?"
Anna mengangguk, "jadi, kembalilah bekerja dan berhenti menghindariku, jika itu alasanmu cuti."
Pria itu tergagap, "Anna, aku hanyaㅡ aku tidak menghindarimu ..."
"Apapun itu. Jika kau begini. Kau hanya membuatku merasa bersalah."
Jaebum menggeleng dengan keras, "aku tidak pernah berniat melakukan itu. Aku hanya ingin memberimu ruang. Setidaknya kau akan merasa lebih baik jika tidak melihatku untuk sementara."
"Lebih baik?" Anna mendengus pelan. "Terimakasih untuk itu. Tapi ... alasanmu tidak membuatku merasa 'lebih baik' seperti yang kau katakan."
Jaebum menunduk, "maaf, Ann. Aku sungguh menyesal atas apa yang terjadi padamu. Jika saja aku tahuㅡ "
"Sudahlah. Tidak ada gunanya mengatakan itu sekarang. Aku hanya tidak ingin malasah ini mempengaruhi pekerjaanmu begitu juga denganku. Dan tunjukan saja sikapmu yang biasanya. Aku tidak ingin orang-orang mengetahui masalah yang terjadi di antara kita. Hanya itu yang ku minta."
Jaebum mengangguk paham, "aku mengerti, Ann. Aku janji akan menjaga sikapku padamu."
Anna tak lagi mengatakan apapun, ia beranjak dari kursinya dan melangkahkan kakinya keluar dari kafe. Ia menghembuskan nafas perlaham sebelum kemudian pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shameless - BBH
FanfictionTerdesak keadaan membuat Anna sembarang masuk ke dalam kamar hotel. Jika boleh memilih, ia lebih baik mati dibandingkan harus tidur dengan mantan kekasihnya yang menurutnya adalah seorang psycho. Keadaan memang tak pernah menguntungkan Anna, jika i...