BAB 1

208 9 0
                                    

DICAPAI sebatang kayu lalu dipatahkan. " cari banyak sikit. Kita nak buat unggun api. " ujar seorang lelaki selaku ketua kumpulan.

" pst! Jom lepak belakang nak? " ajak Emily. Lili menoleh kiri kanan sebelum memandang Emily semula.

" kau ni! orang suruh tolong cari kayu bukan melepak. " jawab Lili sembari sibuk mematahkan kayu-kayu yang dikumpul. Emily merengus kasar.

Dia melabuhkan duduk di atas kayu besar.

" ehem. " mendengar seseorang berdehem lantas dia menoleh. Terus dia bangkit.

" kalau rasa tak nak buat kerja boleh angkat kaki balik sendiri. " sindir ketua kumpulannya. Emily sudah merungut di dalam hati.

" maaf. "

" cari kayu. " arah ketua kumpulannya.

Emily perlahan mengganguk. Dia menoleh melihat Lili yang sedang menahan tawanya dari meletus keluar.

Dicapai satu ranting kayu lalu dicampak ke gadis itu. Sempat Lili mengelak.

" tu la orang suruh tolong tak nak, kan dah kene marah. "

Emily menjeling.

Hari menjelang malam. Semua ahli sudah duduk mengelilingi unggun api. Emily yang sedari tadi menahan kantuk yang amat hanya diam. " kau ni kenapa? nampak macam manusia tak cukup kalsium. " bahunya di laga dengan bahu Lili.

Emily sekadar menjeling. " aku mengantuk la gila. Bila nak masuk khemah ni... " rungut gadis itu. Lili menggeleng sebelum dia bangkit mencapai ikan mentah yang sudah ditusuk dengan lidi.

" kau nak? " soal Lili sembari melabuhkan punggung di atas kayu besar. Emily menggeleng. " aku dah tak tahan. Aku masuk tidur dulu. " pinta Emily langsung berlalu ke khemah. Lili sekadar menggeleng. Dia membakar ikan yang dipegangnya itu.






ZUPP!!

" tepat. "

Dia menghampiri ayam yang sudah mengelupur di tanah akibat panahan handalnya. Di ikat kedua kaki ayam tersebut sebelum di angkat di bawa ke rumah usangnya.

Air yang sudah mendidih sejak tadi dia lihat. Di masukkan ayam tadi ke dalam air yang sedang mendidih panas.

Menunggu bulu ayam melembut dia mencapai anak panah yang dia gunakan untuk memanah ayam tersebut. Dicapai selembar kain berwarna putih. Di lapkan pada hujung anak panah dimana terdapat darah ayam.

ADUH!

mendengar jeritan itu lantas dia bangkit. Dicapai lembing miliknya. Memegang erat menghampiri disemak samun tersebut. Tiada satu suara yang terdengar.

Dia menebas semak samun itu. Membulat matanya melihat satu sosok tubuh perempuan yang terbaring di bawah bukit. " siapa pula ini? " soalnya.

Dia menghampiri tubuh itu sebelum menggerakkan tangan gadis itu dengan kakinya.







MATANYA dicelik perlahan. Kepala yang terasa sakit dipegang. " aduh... " adunya. Matanya melilau melihat sekeliling nya. Dimana pula dia?

" sudah bangun? " satu suara menyapa. Dia menoleh. " kau siapa pulak? Kenapa aku ada dekat sini? " soalnya. Menjauhkan diri dari lelaki asing di hadapannya.

" Aku Arfan Jibrail. Panggil saja Jibrail. " kata Jibrail sembari memegang dadanya tanda hormat. " kau siapa? Kenapa kau di sini? " soalnya.

" Emily... Emily Adriana. " jawab Emily acuh tak acuh. Jibrail mengganguk. Emily diam. Dahinya berkerut menahan sakit.

" kau jatuh di bawah bukit, jadi kepala kau sedikit cedera. Tapi tidak apa sudah aku letak ubat di kepala kau. " jelas Jibrail. Emily masih diam.

" macam mana aku ada dekat sini? " Emily memandang lelaki itu. Belum ia tersedar sesuatu.
" entah la. Aku juga tidak tahu. Kau tidak ingat apa-apa? "

" alahai bodoh nya kau. Dah aku pengsan memang aku tak ingat apa-apa lah. " sindir Emily. " bodoh? Apa itu? "

Berkerut dahi Emily. " kau tak tahu? "

Lelaki itu menggeleng.

" kau ni lelaki purba ke apa? " soal Emily. Melihat dari segi pemakaian lelaki itu lain dari zaman sekarang. " mungkin? " singkat Jibrail.

" oh ya itu. " ditunding jarinya ke arah sepotong ayam yang elok terhidang di atas daun pisang di samping Emily bersama air kosong di dalam tempurung kelapa. " isi perut kau, mungkin kau sedang lapar. Dari semalam kau tidak sedarkan diri. " sambungnya.

" gila kau? Dalam tempurung kau hidangkan aku air?! " ternaik nadanya dalam berkata. Jibrail sekadar tersenyum. " kau biasa minum dalam apa? "

" cawan. "

" cawan? Itu apa? "

" astaghfirullah! Cawan pun kau tak tahu. Kau ni manusia ke haiwan! " naik gila dibuatnya Emily. Lelaki dihadapannya sungguh buat dirinya naik gila.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mr. Forest: Arfan Jibrail ✔Where stories live. Discover now