BAB 23

65 3 2
                                    

PINTU besar itu diketuk perlahan. Pintu dibuka perlahan.

" eh, Tuan Arfan. " kata Kak Mah menyapa. Jibrail mengukir senyuman. Senyuman paksa. " Dato dan Datin ada? " soalnya. Kak Mah mengganguk sebelum memberi ruang untuk Jibrail masuk.

" eh Arfan. " sambut Datin Rania lembut. Jibrail mengganguk " Datin, sekarang ini saya betul-betul ada masalah. " ujar Jibrail berterus terang.

Berkerut dahi Datin Rania. " masalah apa Arfan? "

" Aryana...dia hilang. " jawab Jibrail. Membulat mata Datin Rania. " apa?! Dah jumpa dia kah?! "

Jibrail menggeleng. " ya Allah... " ucap Datin Rania.

" jadi, kenapa kamu datang sini? "

" saya cari...Emily. Dia ada? " soalan Jibrail buatkan riak wajah Datin Rania langsung berubah keruh. " tak...tak ada. Dari semalam dia tak balik. " kata Datin Rania.

Jibrail menggepalkan kedua-dua belah tangannya. Sah ini helah Emily!

" Datin...maaf kalau apa yang saya kata buat Datin sakit hati, tapi Datin kena terima. " ujar Jibrail tiba-tiba. Dia tak boleh lagi sembunyikan hal ini. Orang tua Emily harus tahu sikap sebenar anak mereka.






" STOP! sakit Emily. " jerit Aryana menahan perit dan pedih. Perlahan-lahan satu-persatu titisan air mata jatuh mengalir di pipi gebunya. Emily ketawa suka.

" comel. " sinisnya. Melihat wajah Aryana yang telah pun dia mencorek seninya. Miskipun hanya satu garisan namun sakit untuk Aryana.

" c-cukup...sakit... " adu Aryana lemah. Emily tersenyum sinis. " sakit? Sakit lagi hati aku! " tempik Emily.

" aku rasa tak cukup lah...apa kata aku buat lagi sebelah? Baru ngam cantik. " kata Emily buatkan bulu remang milik Aryana naik.

Ya Allah...lindungi lah hamba-mu ini. Hamba mu ini terlalu lemah untuk melawan.

" apa yang ada dalam fikiran kau Emily, ingat Tuhan Emily! Ingat Allah Emily! " jeritnya. Emily memandangnya tajam. " kau diam lah perempuan! Kau tak perlu nak ajar aku. Aku tahu apa yang aku buat! " ujarnya.

Aryana menggeleng perlahan. " Emily, jangan jadi macam ni. "

" kau diam! Kalau dia ada, kenapa dia tak tolong aku untuk dapatkan Jibrail?! Kenapa? Jadi buat apalah aku nak tunduk dekat dia. " sinis suaranya.

Aryana terkedu. Jauh sungguh gadis dihadapannya tergelincir. Ya Allah...

" setiap yang berlaku pasti ada hikmahnya yang tersirat. " kata Aryana. Emily senyum jengkel.

" kau tak payah nak acah alim dengan aku. Tapi ada bagusnya juga kan? Ya la kan, nyawa kau kan...dah hujung tanduk sekarang ni. " ujar Emily.

" Emily! "

Mendengar namanya dipanggil lantas dia menoleh. Terbutang luas matanya.







" EMILY! " Ehsan menerjah masuk. Beberapa orang bawahan Emily cuba menghalang tapi apakah dayanya. Ehsan seorang yang berkeras kepala.

Emily terkedu. Bagaimana abangnya tahu dia di sini?

" abang? "

" abang? Sekarang baru kau sedar kau ada abang?! Kau ada keluarga?! Kerja gila apa kau buat sampai nak berdendam bagai hah?! " tengking Ehsan. Naik turun dada lelaki itu menahan marah.

" m...macam mana kau tahu aku ada dekat sini? " soal Emily. " dosa apa aku dengan kau sampai kau tergamak nak buat macam ni Emily Adriana? " sampuk satu suara.

Lantas matanya memandang ke belakang Ehsan. Jibrail memandangnya dengan panahan tajam. Apatah lagi melihat wajah isterinya sudah terluka. Makin naik darahnya.

" J-Jibrail... " ujar Emily perlahan. Dia ingin menghampiri lelaki itu namun langkahnya terhenti sebaik sahaja melihat sekumpulan polis di belakang Jibrail.

" letakkan pisau di bawah atau kami tembak! " kata salah satu pengawai polis. Emily menggenggam pisau ditangannya itu.

Perlahan kakinya berundur ke belakang.

" Emily..? " kata Ehsan. Melihat adiknya tiba-tiba berundur buatkan dia hairan.

Hinggalah...

Tubuh Aryana ditarik mendekatinya lalu pisau ditanggan diletakkan pada leher gadis itu.

Membulat wajah Jibrail.

" bunuh lah aku, cepat! " cabar Emily. Riak wajah Jibrail bertukar risau.

Aryana sudah berselawat dan berdoa di dalam hatinya agar dia dilindungi. Matanya dipejam erat.

" lepaskan dia Emily... " lembut suara Ehsan.

Emily menggeleng dengan tawa yang seolah-olah mengejek. " kenapa? Baru lah nampak sweet , mati sama-sama. " katanya.

" lepaskan dia, Emily! " jerit Jibrail. Emily memandang Jibrail pula sebelum mengukir senyuman sinis.

" kenapa? Inilah detik-detik yang bagus untuk kau tengok isteri kesayangan kau mati " . Jibrail menggeleng perlahan.

Dia buntu. Jikalau pihak berkuasa menghampiri Emily sudah tentu gadis itu serta-merta membunuh isterinya.

ZUPPS!!!

ZUPPS!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mr. Forest: Arfan Jibrail ✔Where stories live. Discover now