BAB 7

74 3 0
                                    

EMILY menggigit bibirnya sembari dia terus menjenguk luar pintu. " kau dah kenapa? " soal Ehsan dingin.

" sibuk lah. " jeling Emily. Ehsan mengangkat keningnya sebelah. " sejak kau balik, aku perasan ada yang tak kena dengan kau. " kata Ehsan tiba-tiba. Emily memandang lelaki itu. " apa maksud kau? Aku oke je lah. " nafinya.

" kau yakin? kau nampak tak tenang sejak kebelakangan ini. " jujur Ehsan. Emily terdiam.

" mana ada. "

" semalam aku nampak kau bercakap dengan beberapa orang lelaki. Siapa mereka semua tu? " soal Ehsan. Dia mula curiga akan dengan adik perempuannya.

Emily diserang perasaan cuak. " tak payah sibuk, hal aku. " dia elak dari Ehsan.

Ehsan semakin curiga namun dia ketepikan dahulu perasaan tersebut.





PINTU bersaiz besar itu dibuka sebelum dia melangkah masuk. " dah buat apa yang aku minta? " soalnya.

Lelaki berbadan tegap itu mengganguk. " As you said, me and the successful team directed by you " ujar lelaki itu.

" good job. Ganjaran saya akan bagi kemudian. Sekarang keluar. " arahnya.

Lelaki itu mengganguk. Dia melangkah keluar diikuti anak-anak buahnya.

Emily yang terasa dia keseorangan di dalam gudang itu tersenyum senget. Dia melangkah menghampiri sebuah bilik. Tombol pintu dipulas sebelum ditolak ke dalam.

" long time no see boy. " sinisnya. Emily memeluk tubuh sembari matanya memandang ke arah lelaki itu yang diikat rapi pada kaki dan tangan.

Matanya membulat. " k...kau? "

" ya saya. Rindu saya Encik Jibrail? " soal Emily.

" k...kenapa kau buat aku begini? " soal Jibrail yang masih terkejut. Gadis disangka baik ternyata batu api. Emily ketawa sinis.

" aku dah cakap kan, aku suka kau Jibrail. Kau tak faham kah? Kau tahu, sejak aku balik ke sini hati aku tak tenang fikirkan kau. Kau buat hidup aku tak tenteram. "

" tapi, bukan begini- "

" apa maksud kau hah? Kau sendiri pernah cakap dengan aku, kau takkan pernah tinggalkan rumah usang tu. Jadi, aku sendiri yang buat kau tinggalkan rumah usang tu! " jerit Emily.

Jibrail terkedu. Emily yang kini bukan Emily yang pernah ia jumpa.

Lelaki itu menggeleng perlahan. Dia memandang wajah Emily yang masih kekal dengan senyuman sinisnya.






JUS oren yang terhidang di atas meja dia ambil lalu disedut menggunakan penyedut minuman.

" aku nak tanya lah, apa yang jadi lepas kau jatuh? " soal Lili. Emily meletakkan semula jus orennya.

" kenapa kau nak tahu? " soal Emily. " sebab aku nak tahu, tak ke pelik kau jatuh kemudian hilang tiba-tiba. " ujar Lili. Emily menyengih.

" tak payah lah risau. Benda dah selesai kan? Jadi, jangan ungkit lagi. " kata Emily. Telefon bimbit dia keluarkan lalu bermain media sosial. Lili mendengus.

Pinggan yang berisi kan nasi dan lauk juga secawan air putih diletakkan di atas lantai.

" kau siapa? " soalnya. " saya...saya bibik di sini. "

" bibik? bibik atau bebek? " hairan lelaki itu. Bibik mengerutkan dahinya. Bibik pun tak tahu kah?

" huh, lupakan saja. Kenapa kau tidak tolong aku? Lepaskan ikatan ini. " katanya sembari menunjukkan kakinya yang masib diikat berhubung dengan besi besar.

Bibik menggeleng. " maaf, Puan Emily tidak benarkan saya melepaskan Jibrail. Tapi dia arahkan saya untuk beri makan kepada Jibrail. " jawab Bibik. Dia mula dihurung rasa bersalah.

Jibrail mendengus. " tak kusangka perempuan itu jahat. " bisik hatinya.

" Jibrail makanlah. Maaf. " pinta Bibik sebelum melangkah keluar dari bilik gudang itu. Jibrail mendengus kasar. " bagaimana aku mahu melepaskan diri. Beberapa lelaki kemarin berada di hadapan sana. " monolognya sendiri.





MATANYA tak henti memerhati gadis itu yang sibuk menjamah biskut dengan kopi panas.

" Oi. " sapa Ehsan tanpa ada nada lemah lembutnya. Emily lantas menoleh sembari keningnya terjungkit ke atas sebelah. " apa? "

" kau ni...aku perasan hampir setiap hari keluar. " ujar Ehsan bersama wajah curiganya. Emily kekal menayangkan wajah tenangnya. " salah ka kalau aku nak jumpa kawan aku ataupun keluar pergi jalan-jalan? " soalnya.

Ehsan diam seketika. " jumpa siapa? Lily atau...lelaki-lelaki yang hari itu? " tebak Ehsan. Emily meneguk liur payah. " tak, kau yang sibuk kenapa? Suka hati aku lah. Hal aku. " balas Emily. Ehsan masih kekal dengan rasa curiganya.

" hello everybody! " jerit Ethan berjalan masuk seolah-olah sedang catwalk. Kedua-dua pasang mata itu lantas menoleh. " kau dah kenapa? " soal Ehsan. Ethan memandang abangnya.

" tak ada lah, tengah bahagia ni ha. "

" bahagia? Sebab? " soal Ehsan.

" hehe, tadi aku jalan tepi seekor lembu ni dia pandang aku mat! Mesti dia suka aku! " teruja lelaki itu. Hampir tersedak gadis itu yang mendengarnya.

Biar betik?!

" hotak ko mana ada lembu dekat Kuala Lumpur ni. " kata Ehsan. Jelas lelaki itu bernada malas. Malas melayan karenah adik yang satu ini. Gila!

" hok aloh, awok jeles ke, tahu lah cemburu ada haiwan suka aku. " sinis Ethan dengan senyuman gila. Ehsan mengeluh kasar. Sah gila dah.

" aku sarankan kau bawa adik kau pergi hospital bahagia. "

" abang kau jugak. "

" bukan. Abang aku tak gila. " laju Emily membalas.

Cepat kan? Sebab ini lebih kurang macam short story tapi macam bukan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cepat kan? Sebab ini lebih kurang macam short story tapi macam bukan. Haha.

Mr. Forest: Arfan Jibrail ✔Where stories live. Discover now