Story 2: Can I keep running away from you?

1.7K 123 7
                                    

Asza

"Asza."

Suara panggilan di cafe itu mengalihkan perhatianku.

Aku mendongak dan melihat Ajji, anak dari teman dekat mama yang juga pernah jadi teman kuliahku. Beberapa hari yang lalu, mama sempat memberitahuku tentang Ajji dan memberikan nomor kontaknya. Begitu melihat fotonya, aku terkejut karena ternyata aku sudah mengenalnya.

Sulit rasanya untuk tidak mengenal Ajji. Di masa kuliah, dia dan Agas pernah terlibat dalam pertengkaran hebat. Tapi sampai sekarang, aku masih belum tahu apa penyebab sebenarnya dari konflik mereka.

Saat Ajji mendekat, aku tersenyum kecil. Aku duduk di hadapannya. "Hai," sapaku pelan sambil menjabat tangannya.

"Gue nggak nyangka lo anaknya Tante Ina," kata Ajji, terlihat agak terkejut.

Aku mengangguk. "Iya, dunia emang sempit ya. Gimana kabar lo, Ji?" tanyaku.

Ajji mengangguk. "Baik, lo gimana? Sekarang kerja di mana?" tanyanya.

Aku tertawa kecil. "Biasa aja, sama kayak lo. Gue kerja di perusahaan FMCG."

"Oh, pesen dulu, Za. Gue tadi cuma pesen minum, belum pesan makan," kata Ajji sambil menyodorkan buku menu padaku.

Aku membuka menu dan melihat-lihat pilihan makanan. "Gue pesan ini aja ya, Ji. Lo mau apa?" tanyaku sambil menunjuk salah satu menu.

"Oh, sama deh kalau gitu. Tunggu bentar ya, gue pesen dulu," jawab Ajji sambil berdiri untuk memesan makanan.

Saat Ajji pergi, pikiranku melayang ke masa lalu, mencoba mencari tahu alasan di balik pertengkaran antara Agas dan Ajji. Rasanya Ajji bukan tipe orang yang menyebalkan. Walaupun dulu dia terkenal suka merayu pacar teman, reputasinya memang tidak bagus. Tapi sejauh ini, Ajji terlihat ramah dan baik. Bahkan dalam chat pun, dia tidak seperti yang sering orang bilang.

Ponselku bergetar, mengalihkan perhatianku dari Ajji yang sedang memesan. Begitu Ajji kembali duduk, aku membuka ponsel untuk melihat pesan yang masuk. Ada panggilan tak terjawab dari Agas dan pesan darinya. Aku langsung membalas tanpa ragu.

"Lo sibuk?" suara Ajji membuyarkan konsentrasiku saat aku masih sibuk mengetik balasan untuk Agas.

"Hm?" aku menjawabnya dengan setengah hati, pikiranku terbagi antara balasan yang harus segera kukirim.

Ajji tertawa kecil, mungkin sadar kalau aku kesulitan fokus pada dua hal sekaligus. "Gue tanya, lo sibuk? Soalnya dari tadi hp lo geter terus, dan lo baru aja bales chat," katanya sambil menopangkan kepalanya di atas meja, matanya menatapku penuh perhatian.

Wajah Ajji... sebenarnya lumayan, tapi bagiku Agas masih lebih menarik.

"Oh... nggak. Gue cuma bales chat Agas," jawabku sambil meletakkan ponsel kembali ke meja. "Eh, lo masih inget sama Agas kan?" tanyaku, agak khawatir Ajji mungkin sudah lupa.

Ajji terlihat agak tegang mendengar namanya, tapi kemudian dia berusaha santai. "Lo masih deket sama Agas?" tanyanya sambil meneguk air putih.

Aku mengangguk dan menyesap air putihku juga. "Iya, gue sama dia kan udah temenan lama," kataku dengan yakin.

Ajji hanya mengangguk-ngangguk, matanya masih menatapku penuh rasa ingin tahu. "Udah ngasih tau dia kalo kita ketemu hari ini?" tanyanya lagi, membuatku sedikit bingung kenapa dia peduli apakah aku sudah memberitahu Agas atau belum.

"Belum," jawabku setelah menelan sisa air putih. "Mungkin nanti gue kasih tahu. Biasanya sih gue nggak kasih tahu soal blind date ke siapa-siapa, tapi kalau gue inget, gue bakal bilang ke dia," tambahku menjelaskan.

The Infinity Between Us | Byeon Wooseok & Kim HyeyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang