cw: narasi mengandung mature content, a lot of profanities (FRONTAL)
***
"Nggak apa-apa kan kalo gue tinggal besok?" Agas bertanya sekali lagi, suaranya penuh dengan ketidakpastian. Pertanyaan ini sudah dia ajukan berkali-kali, mungkin sudah tak terhitung berapa kali.
Asza, yang sedang bersandar dalam pelukan hangat Agas, menghela nafas panjang. Kelelahan tampak jelas di wajahnya, seakan pertanyaan yang sama terus-menerus mengganggu ketenangannya.
Malam ini, mereka berdua berada di sebuah kamar hotel yang nyaman, jauh dari rumah Asza. Sejak kejadian menyakitkan tadi, ketika Asza merasa hancur akibat kata-kata tajam istri baru ayahnya, Agas langsung memutuskan untuk membawanya pulang. Namun, Asza menolak untuk tidur di rumahnya sendiri karena ketakutan yang mendalam akan kenangan ibunya yang masih membayangi.
"Nggak apa-apa?" Agas bertanya lagi karena tidak ada jawaban dari Asza.
"Lo udah nanya soal itu seribu kali, Gas," Asza mencoba menarik diri sedikit dari pelukan Agas, tapi tangan Agas dengan tegas menahannya, memastikan Asza tetap berada dalam dekapan hangatnya. Asza, dengan tubuhnya yang kecil, hanya bisa pasrah dalam pelukan Agas.
"Ya gue mastiin lagi, Asza. Kalo lo misal mau ditemenin lagi, gue bisa coba minta tambahan cuti lagi." Agas masih mencoba memastikan, matanya penuh dengan kekhawatiran dan cinta yang mendalam.
"Kan supervisor lo nggak ngebolehin. Gue nya juga udah nggak apa-apa kok," Asza mencoba meyakinkan, suara lembutnya berusaha untuk tenang. "Serius."
"You sure? Gue beneran nggak apa-apa kalo harus request cuti lagi," Agas terus berusaha, tampak tak bisa menahan kekhawatirannya.
Asza memutar matanya, tampak sedikit frustasi. "Iyaa agasss, just shut up. Jangan ngulangi pertanyaan yang sama terus." Suaranya menandakan bahwa dia mulai kesal, meskipun dia tetap dalam pelukan Agas.
Agas, menyadari bahwa Asza mulai jengah, merundukkan tubuhnya dan mencium bibir Asza dengan lembut, dua kali berturut-turut. Ciuman itu penuh dengan rasa sayang yang mendalam, seolah ingin menyampaikan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
"Okay, okay. Gue percaya. Tapi kalo misalnya lo—"
Ucapan Agas terputus ketika Asza menutup mulutnya dengan lembut, ciuman mereka menggantikan kata-kata. "Don't tell me what to do, i'm not five. Dan iya, kalo ada apa-apa gue bakal langsung hubungin lo." Suaranya tegas, namun penuh dengan rasa percaya.
"Kalo gue—"
"Atau hubungi Shakil atau Juan kalau bener-bener urgent," kata Asza sambil mencegah Agas berbicara lebih jauh, sekali lagi menutup mulut Agas dengan lembut.
Agas tertawa lembut, rasa cintanya yang mendalam terasa dalam tawa tersebut. "Oke," katanya, lalu mencium bibir Asza sekali lagi. Dia mengeratkan pelukannya, seakan ingin memastikan bahwa Asza merasa aman dan dicintai, apapun yang terjadi.
"How's your feeling?" tanya Agas lembut, matanya penuh perhatian saat ia mencoba menilai keadaan emosional Asza.
Asza hanya bergumam tidak jelas sambil menyandarkan kepalanya di dada Agas, tidak memberikan jawaban yang jelas. Suara lembut dan bergetar dari dada Agas seolah memberikan kenyamanan yang tidak terkatakan.
"Eh, apa kok gitu doang?" Agas terkekeh geli, suaranya mengandung nada bercanda. "Giman?" Ia menunduk sedikit, mencoba untuk melihat wajah asza yang tersembunyi di balik pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Infinity Between Us | Byeon Wooseok & Kim Hyeyoon
Fanfiction(21+) A fanfiction of Byeon Woo Seok and Kim Hye Yoon (lovely runner) Dalam pelukan waktu yang melingkupi dua sahabat masa kecil, Agas dan Asza, kisah cinta yang rumit dan memikat bermekaran. Saat mereka memasuki usia 30-an, Asza masih mencari pasan...