Asza
Aku menarik nafas panjang dan kasar, menyusutkan kelelahanku setelah membaca pesan singkat dari Agas. Lima hari telah berlalu sejak Mama harus dirawat di rumah sakit, dan setiap hari terasa lebih berat daripada yang sebelumnya. Rasa khawatir dan cemas terus mengusik pikiranku.
Menurut penjelasan dokter, Mama mengalami gejala serangan jantung akibat sumbatan di otaknya. Berita itu menghantamku seperti badai. Setelah seminggu menjalani perawatan intensif, dokter mengatakan bahwa Mama mungkin akan diperbolehkan pulang. Itu menjadi satu-satunya kabar baik yang mampu meredakan kegelisahanku, meskipun rasa khawatir masih membayangi setiap langkahku.
Agas, yang sebelumnya menemani di Bandung, akhirnya harus kembali ke Jakarta karena tuntutan pekerjaannya. Kini, aku merasa seperti terasing di kota ini, menghadapi semua tantangan sendirian. Mama hanya memiliki satu adik perempuan, Teteh, yang saat ini tinggal di Sukabumi. Teteh berjanji akan datang menjenguk, tetapi jarak dan kesibukan membuatnya sulit untuk segera tiba.
Dengan penuh pertimbangan, aku memutuskan untuk mengajukan resign dari pekerjaanku. Sebenarnya, keinginan untuk keluar dari pekerjaan ini sudah ada jauh sebelum Mama sakit, namun aku terus menunda karena merasa enggan meninggalkan timku. Salah satu teman se-timku telah lebih dahulu resign, dan aku merasa tidak tega untuk meninggalkan rekan-rekan kerjaku dalam situasi seperti ini.
Tapi kondisi Mama yang semakin memburuk dan keinginan untuk tidak berjauhan dengannya akhirnya memaksaku untuk bertindak. Aku segera menulis email resmi kepada supervisor-ku, mengajukan pengunduran diri. Beruntung, supervisorku memahami kondisiku dan bersedia memberikan one month notice, meskipun kontrakku sebenarnya mengharuskan three months notice sebelum keluar.
Secepatnya, aku harus mengambil alih bisnis kafe Mama. Mama memiliki dua kafe di kota Bandung yang kini harus aku kelola. Tanggung jawab ini sangat berat, terutama karena Mama sudah tidak boleh bekerja keras lagi. Selama lima hari cuti yang aku ambil, aku bersyukur tidak mengalami masalah besar. Sesekali, rekan kerjaku menghubungiku melalui Google Meet untuk bertanya mengenai pekerjaan yang belum selesai, dan aku dengan sabar menjawab pertanyaan mereka dari rumah sakit, sambil berharap Mama segera pulih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Infinity Between Us | Byeon Wooseok & Kim Hyeyoon
Fanfiction(21+) A fanfiction of Byeon Woo Seok and Kim Hye Yoon (lovely runner) Dalam pelukan waktu yang melingkupi dua sahabat masa kecil, Agas dan Asza, kisah cinta yang rumit dan memikat bermekaran. Saat mereka memasuki usia 30-an, Asza masih mencari pasan...