Story 19: Where I Lost and Found You

1.2K 106 35
                                    

content warning: mature content with a lot of profanities, pembaca harap bijak


Agas

Gue baru aja menginjakkan kaki di Bandara Florence Peretola. Akhirnya, setelah perjalanan panjang yang terasa nggak ada habisnya, gue sampai juga di kota yang selama ini cuma ada di bayangan gue—Florence, Italia. Perjalanan 19 jam dari Jakarta, transit di Paris selama beberapa jam, lalu melanjutkan penerbangan terakhir ke sini, semuanya terasa begitu melelahkan. Kepala gue berat, mata gue pedih, dan tubuh gue udah kayak remuk, tapi di balik semua itu, ada rasa penasaran yang nggak bisa gue abaikan.

Florence... di sinilah Asza sekarang. Di kota ini, dia mungkin lagi sibuk dengan hidup barunya tanpa gue.

Gue berjalan pelan melewati keramaian bandara yang penuh dengan turis dan orang-orang lokal. Bener-bener suasana yang berbeda dari Jakarta. Udara di luar bandara jauh lebih sejuk, ada bau khas yang nggak bisa gue jelasin, mungkin aroma bangunan-bangunan tua yang dipadukan dengan wewangian roti dari kafe-kafe terdekat.

Setelah ngelewatin imigrasi dan ngambil koper, gue langsung keluar bandara, mencari taksi. Udara dingin yang mulai terasa menyentuh kulit gue, bikin gue sedikit gemetar. Gue bersyukur gue udah siap-siap bawa jaket tebal dari rumah, karena kalau nggak, pasti udah menggigil di tengah angin malam ini.

Gue melambai ke arah taksi yang mangkal di depan pintu keluar bandara. Seorang sopir taksi dengan rambut abu-abu dan senyum ramah menghampiri gue, membukakan pintu bagasi buat naruh koper.

"To Hotel Loggiato dei Serviti," gue bilang ke sopir itu. Itu hotel yang gue pilih setelah nyari-nyari di internet—letaknya dekat dengan pusat kota dan nggak jauh dari Caffè Gilli, kafe tempat Asza sering melakukan transaksi dengan kartu kredit kantor. Tempat itu adalah satu-satunya petunjuk yang gue punya tentang keberadaan dia.

Taksi mulai melaju pelan meninggalkan bandara, menuju jalanan Florence yang mulai sepi karena malam semakin larut. Gue menatap keluar jendela, melihat deretan bangunan-bangunan kuno dengan arsitektur yang bener-bener berbeda dari apa yang biasa gue lihat di Jakarta. Jalanan kecil berliku, lampu-lampu jalanan yang temaram, dan bayangan gereja-gereja megah yang terlihat di kejauhan, semuanya menciptakan suasana yang magis. Tapi di balik semua keindahan ini, gue nggak bisa lepas dari satu pikiran—apa yang bakal gue lakuin kalau gue nggak ketemu Asza di sini? Gue udah jauh-jauh datang, dan gue nggak punya rencana cadangan.

Perjalanan dari bandara ke hotel cuma butuh sekitar 20 menit. Florence bukan kota yang besar, dan pusat kotanya relatif kecil dibandingkan dengan kota-kota besar lain di Eropa. Sopir taksi berbelok ke jalanan berbatu kecil yang dipenuhi kafe dan toko-toko yang udah tutup. Gue bisa lihat beberapa turis masih jalan-jalan di sekitar, menikmati udara malam dan suasana kota tua ini. Sesampainya di hotel, gue langsung bayar taksi, mengucapkan terima kasih dalam bahasa Inggris yang sopir itu balas dengan senyum ramah.

Gue menatap hotel di depan gue—bangunan klasik bergaya Renaisans yang bikin gue merasa seolah-olah sedang masuk ke dalam mesin waktu. Gue berjalan ke dalam, disambut oleh petugas resepsionis yang tersenyum sopan. Setelah proses check-in yang singkat, gue langsung naik ke kamar. Gue bener-bener udah nggak punya energi buat ngapa-ngapain lagi, selain beristirahat.

Begitu masuk ke kamar, gue langsung merasa lega. Kamar hotel ini sederhana tapi nyaman, dengan jendela yang menghadap ke jalan kecil di bawah. Tanpa mengganti baju atau mandi, gue langsung melemparkan tubuh gue ke kasur yang empuk, menyelubungi diri dengan selimut tebal. Mata gue berat banget, tapi otak gue masih terus memikirkan hal yang sama—gimana kalau gue nggak bisa ketemu Asza?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Infinity Between Us | Byeon Wooseok & Kim HyeyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang