Story 8: Let's give it a try until you're sure about your feelings

2.2K 91 12
                                    


content warning: sexual content with a lot of profanities
(sangat frontal, MINOR DNR)

---

Asza

Jantungku berdegup kencang setelah aku menutup telepon. Sebenarnya, aku yang menawarkan untuk datang ke apartemen Agas, tapi akhirnya malam ini dia yang menawarkan untuk datang ke tempatku.

Dalam hatiku, ada rasa ingin pergi ke apartemennya karena mungkin dalam perjalanan kesana, aku bisa meredakan degup jantung yang berkecamuk ini. Aku takut harus mengatakannya dengan cara yang tepat, aku sendiri belum yakin apakah aku menyayangi Agas, tetapi aku tahu aku sangat nyaman bersamanya dan aku tidak ingin jauh darinya.

Aku berputar-putar di ruang tamu apartemen, mencoba merangkai kata-kata yang tepat. Namun, pintu apartemenku kemudian diketuk, dan aku yakin itu Agas, dia memiliki akses kartu apartemenku, jadi dia bisa saja masuk tanpa mengetuk.

Aku berjalan ke pintu dan membukanya. Agas tersenyum, memakai hoodie hitam yang sering sekali dia pakai.

"Masuk, Gas," kataku, mempersilahkan Agas untuk masuk.

"Lo mau minum apa?" tawarku begitu Agas sudah duduk.

Agas tersenyum lembut. "Santai aja sih, Za. Nanti gue ambil sendiri kayak biasanya," jawabnya sambil terkekeh. Dia menepuk-nepuk tempat di sofa sebelahnya. "Duduk sini, lo mau ngobrol soal apa?" tanyanya ramah, menunjukkan bahwa dia siap mendengarkan apa pun yang ingin aku katakan.

Aku berjalan ke arahnya dan duduk di sampingnya. Agas kemudian memutar tubuhnya, menatapku dengan penuh perhatian.

Aku menggaruk dagu ku, merasa bingung harus memulai dari mana. Tatapan Agas tetap setia menemaniku, menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulutku.

"Gue minta maaf," kataku akhirnya, dengan suara pelan dan penuh keraguan.

"For what?" tanya Agas dengan lembut.

"Everything," jawabku singkat, tanpa bisa memberikan penjelasan lebih lanjut.

"Everything? Kayak apa maksudnya?" desak Agas.

"Making you wait?" jawabku dengan nada yang terdengar bingung.

Agas mendengar jawabanku, maju sedikit dan dengan lembut menarik kakiku yang sedang bersila di sofa, menyatukan kakinya dengan kakiku. Dia menatapku dengan serius. "Ngomong yang bener, Za. Gue bingung kalo lo-nya juga bingung," katanya dengan tegas namun penuh pengertian.

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Gue minta maaf karena udah bikin lo nunggu lama, Gas. Gue bingung sama perasaan gue sendiri, tapi yang gue tau, gue nyaman banget sama lo dan gue nggak mau kehilangan lo," kataku akhirnya, suaraku terdengar lirih namun jujur.

Agas menatapku dengan serius. "Terus?" desaknya, seakan ingin menggali lebih dalam apa yang ada di pikiranku.

Aku menunduk, memainkan kuku-kuku panjangku yang belum sempat aku potong. Melihat itu, Agas langsung menarik tanganku dan memegangnya erat. "Jangan dimainin gitu kukunya," katanya pelan, meminta agar aku berhenti bermain kuku.

"Gue beberapa minggu ini denger banyak saran dari orang. Lo tau sendiri gue nggak pernah berhubungan serius sama orang, jadi gue sangat amat bego soal ginian. Meskipun gue yakin lo juga nggak jauh beda sama gue sih," kataku, berusaha tersenyum. Kekehan Agas terdengar, menenangkan hatiku yang gelisah.

"Gue sih nggak mau bohongin diri gue terus," timpalnya dengan senyuman kecil yang menyiratkan ejekan ringan.

Aku menghela napas, mencoba mengumpulkan keberanian. "Jujur gue takut mau mulai semuanya, Gas. Dan emang ini semua kayak cepet banget buat gue," kataku dengan nada yang penuh keraguan.

The Infinity Between Us | Byeon Wooseok & Kim HyeyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang