Terlambat Kah Untuk Menyadari Perasaan Ini? (part II)

573 90 23
                                    


Eum...
Oke deh. Thanks ya Del

/Read

Chat off

Dengan kasar Delynn menghebuskan nafasnya. Kemudian dia membaringkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya.

"Kenapa aku gak pernah bisa bahagia lagi kayak dulu? " Gumam Delynn, bertanya pada dirinya sendiri.

" Aku cuman mau ngerasain bahagia lagi. Aku cuman mau tersenyum dan tertawa sebebasnya. Apa itu salah? "

" Aku ingin seperti dulu lagi. Hanya itu... Tolong... Untuk kali ini izinkan aku bahagia yang lebih lama. Aku tidak ingin kembali ke kegelapan yang dingin dan menyeramkan tanpa ada warna lain selain hitam" Monolog Delynn.

"Kenapa??? Kenapa aku harus terus hidup jika tidak diizinkan bahagia lagi? Apa rencanamu tuhan??? " Lanjutnya

" Hiks.... Hiks... " Suara isakan tangis itu mulai terdengar dari Delynn. Kini, untuk yang kedua kalinya, dia merasakan hancur yang sehancur hancurnya ketika sedang jatuh cinta.

" Memang seharusnya aku tidak pernah mencoba lagi! Tapi.. Kenapa aku masih percaya pada manusia??!! Aku bodoh!!! "

Delynn mulai mengacak acak rambutnya karena depresi. "  Aku ingin hilang dari dunia ini..... "

" Hiks.... Hiks..... "

Kini, Delynn sudah berhenti berbicara. Yang terdengar hanya tangisannya saja. Di kamarnya, Delynn meluapkan semua rasa yang telah bercampur aduk di dalam hati dan pikiran. Sebisa mungkin dia menenangkan diri sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.

Tok!
Tok!

Delynn langsung menghapus air mata nya ketika pintu kamarnya di ketuk.
"Masuk" Sahut Delynn sedikit bergemetar karena menahan tangis.

"Hai, Delynn. Maaf kita semua ganggu kamu" Ucap seorang wanita yang tampaknya lebih dewasa dari Delynn.

"Kak Marsha? , Kak Muthe? Dan... Ce Fiony? " Gumam Delynn ketika melihat tiga orang wanita di hadapannya.

" Kami denger kamu lagi gak baik baik aja ya? " Delynn hanya terdiam ketika Muthe bertanya.

" Boleh sedikit cerita tentang apa yang kamu alami? " Tambah Marsha dengan lembut.

Delynn terlihat seperti sedang berpikir. Dia mulai duduk di pinggir kasur bersama dengan ketiga wanita yang kini berada di kamarnya.

" Aku capek.... " Ucap Delynn yang terdengar sangat lirih di telinga mereka."  Aku capek selalu diam di kegelapan! Kenapa aku gak bisa bahagia kayak dulu lagi?! Aku juga pengen ngerasain itu semua lagi... Aku pengen berada di tengah tengah pelangi lagi. Aku pengen bercanda dan bermain tanpa ada beban seperti dulu lagi!!! Kenapa semua itu sulit di dapat?!! Hiks... Hiks... " monolog Delynn

" Dunia ini kejam, Kak! Aku gamau tinggal di dunia ini lagi!! Aku gak sanggup!! Kenapa aku gak bisa bahagia sedikit lebih lama lagi?.... " Lanjutnya terdengar sangat pedih, sehingga Marsha, Muthe dan Fiony ikut menangis.

" Sttt!!! Kamu gak boleh ngomong gitu. Ya, justru karena dunia ini kejam. Kita jadi tau bahwa hal hal kecil yang bisa membuat kita bahagia adalah hal yang berharga " Ujar Fiony sambil memeluk tubuh Delynn, dan diikuti oleh Muthe dan Marsha.

" Nangis aja gapapa. Semuanya berhak menangis. Karena mau sekuat apapun mereka. Jika sudah terlalu lelah mereka juga membutuhkan tangis untuk mengekspresikan perasaannya. Kamu juga manusia, Delynn. Menangislah sepuas kamu sekarang ini. Tapi, jangan sampai berlarut larut. Itu gak baik" Tambah Muthe dengan lembut.

"Gadis kecil yang malang. Dia sudab di beri cobaan seberat ini di usianya yang masih remaja. Bahkan, dua tahun yang lalu dia sudah dibuat trauma akibat insiden yang kini merubah dirinya secara drastis. "

" Delynn anak yang kuat... Delynn anak yang hebat... Aku yakin.. Suatu hari kamu pasti akan bahagia. Jangan pernah menyerah ya?? Capek itu wajar, Tapi nyerah bukan jalan keluarnya" Ucap Marsha

Mereka berpelukan sangat lama. Hingga Delynn sendiri yang melepas pelukan itu ketika dirinya sudah merasa lebih baik.

Hingga saat sudah 30 menit lebih. Akhirnya Delynn melepas pelukan itu. Dia menyeka air matanya menggunakan punggung tangannya. Kemudian menatap ketiga wanita yang sudah menenangkannya.

"Makasih, Kak, Ce. Kalian udah bantu aku di saat seperti ini" Ucap Delynn sambil tersenyum tipis pada mereka dan langsung di balas ramah oleh ketiganya.

"Sama sama" Jawab Fiony, mewakili dirinya dan kedua temannya.

"Kami akan selalu ada buat kamu, Delynn. Apapun dan kapanpun itu " ucap Muthe.

" Karena.. "

" Semua sayang Delynn!!! "ucap mereka bertiga dengan kompak sambil memeluk kembali tubuh Delynn.

" Ya, setidaknya aku masih punya mereka yang bisa menjadi alasan untuk aku bertahan meski rasanya sanhat sulit menerima kenyataan"














Tbc....

Maaf ya double up. Soalnya td Author bari sadar kalau ada teks yang kepotong. Jd ini adalah lanjutan nya. Kalo gak dilanjutkan nanti malah gak nyambung ceritanya.

Sekali lagi maaf ya... 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Love in Frienship [Lilynn Gen12] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang